MASAKINI.CO – Langit mulai gelap. Rintik hujan mulai menyiram persawahan Gampong Ilie, sore itu. Namun ratusan warga tak pindah dari lapangan.
Sebelum hujan datang, terdengar dari pengeras suara “semua sudah boleh menaikkan layangnya.” Kata itu, komando panitia di bawah tenda.
Usai aba-aba, seketika langit desa di Kecamatan Ulee Kareng, Banda Aceh itu berwarna merah, kuning, hijau, hitam dan putih. Layang-layang bersaing ketinggian.
Tak semua selamat. Sebagian putus benang, ada pula yang gagal terbang. Tak sedikit pula yang mendarat di tengah sawah warga. Pemandangan itu membuat penonton riang, sementara pemain kecewa.
Sedikitnya 160 peserta dari Banda Aceh dan Aceh Besar berkumpul ikut Festival Geulayang Tunang akhir Januari lalu.
Geulayang Tunang yang diperlombakan merupakan jenis geulayang tarik. Setiap peserta membawa layang-layang dengan ukuran dan warna sesuai keinginan.
Panitia memilih layangan yang paling tinggi dan tegak sebagai juaranya. Tentu sesuai waktu yang diberikan, hanya lima menit.
Inisiator Festival Geulayang Tunang, Illiza Sa’aduddin Djamal, Anggota Komisi X, DPR RI dari Dapil Aceh I. Ia dinilai warga setempat konsisten melestarikan tradisi dan budaya Aceh.