Pro Kontra Tidak Wajibnya Kegiatan Pramuka di Sekolah*

Salsabila Nur Safitri, Taruna Politeknik Ilmu Pemasyarakatan

Bagikan

Pro Kontra Tidak Wajibnya Kegiatan Pramuka di Sekolah*

Salsabila Nur Safitri, Taruna Politeknik Ilmu Pemasyarakatan

MASAKINI.CO – Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim mencanangkan program Pramuka yang nantinya siswa tidak diwajibkan lagi untuk dapat mengikuti kegiatan ekstrakurikuler tersebut.

Namun sayangnya, adanya kebijakan ini menuai pro dan kontra dari berbagai macam pihak. Mulai dari adanya mispersepsi bahwa pramuka dihapus, ataupun beberapa pihak yang masih menginginkan bahwa pramuka ini harus tetap digalakkan.

Kebijakan itu tentu menimbulkan opini positif. Hingga detik ini seluruh siswa masih diwajibkan untuk dapat mengikuti ekstrakurikuler pramuka di tiap-tiap sekolahnya baik di jenjang SD, SMP, maupun SMA.

Hal ini yang membuat adanya kesan pemaksaan yang dilakukan oleh sekolah kepada murid-muridnya, walau bahkan murid tersebut tidak menyukai aktivitas pramuka.

Banyak dari siswa yang melakukan aksi bolos kegiatan pramuka dengan alasan bahwa kegiatan tersebut tidak dirasa kebermanfaatannya, merasa bahwa kegiatannya tidak jelas hasilnya, dan beberapa siswa merasa bahwa kegiatan pramuka tidak relevan dengan kehidupannya.

Sebagai contoh, ada beberapa sekolah yang dalam salah satu kegiatan melakukan kegiatan makan bersama. Mirisnya, makanan dicampur dengan air lumpur, atau bekas gigitan orang lain. Hal tersebut yang dianggap siswa sebagai salah satu kegiatan yang tidak diketahui relevansinya.

Tapi kebijakan menteri Nadiem Makarim tersebut juga menimbulkan opini negatif. Sebab pada dasarnya, kegiatan pramuka ini secara ideal mengajarkan mengenai bagaimana cara bertahan hidup di alam dengan berbagai keterbatasan yang dimiliki.
Mereka yang kontra terhadap kebijakan ini merasa bahwa Pramuka adalah satu satunya cara bagi sekolah untuk dapat mengajarkan life skill kepada anak-anak. Selain itu, pramuka juga mengajarkan adanya kedisiplinan bagi siswa.

Apa yang Harus Dilakukan?
Dalam hal ini, apabila sekolah masih menginginkan adanya kegiatan pramuka, maka perlu dievaluasi ulang mengenai kegiatan apa saja yang harus dilakukan.

Sekolah tidak harus melakukan kegiatan pramuka tiap minggu jika dirasa bahwa pembelajarannya tidak memerlukan kegiatan yang sebanyak itu.

Sekolah harus dapat memastikan bahwa kegiatan dan pembelajaran masih relevan dengan kebutuhan siswa, sehingga siswa tidak merasa dipaksa dengan adanya pramuka.

Di sisi lain, pemerintah dan sekolah juga harus dapat memastikan bahwa life skill tetap bisa diajarkan dengan cara lain.

Misalnya di sekolah yang ada di Jepang, mereka diajarkan untuk dapat merapikan sepatunya, kemudian memberikan piring-piring bekas makanan, atau seperti sekolah di China di mana di kelas 1 SD mereka diajarkan bagaimana etika menyebrang, bagaimana untuk melakukan kegiatan menyapu, menyetrika, dan lain sebagainya.

*) Opini, Salsabila Nur Safitri, Taruni Politeknik Ilmu Pemasyarakatan

TAG

Bagikan

Berita Terkait

Tinggalkan Komentar

Berita Terbaru

Berita terpopuler

Add New Playlist