Prevalensi Stunting Aceh Tinggi, Akper Ibnu Sina Sabang Gelar Seminar

Suasana seminar stunting

Bagikan

Prevalensi Stunting Aceh Tinggi, Akper Ibnu Sina Sabang Gelar Seminar

Suasana seminar stunting

MASAKINI.CO – Tingginya angka stunting di Aceh, mendorong Akper Ibnu Sina Kota Sabang bergerak meningkatkan perannya mengatasi persoalan gizi kronis tersebut.

Bersama Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Sabang, akademi keperawatan tersebut gelar seminar sehari dengan topik, stunting dan dampak psikis pada anak.

Seminar dihadiri seratusan peserta dari Sabang, serta kabupaten kota lainnya. Pembicaranya, Mrs. Anne Trollvik dari Inland Norway University of Applied Sciences Norwegia dan Dr.rer.med. Marthoenis, M.Sc., MPH dari FKep Unsyiah Banda Aceh.

Direktur Akper Ibnu Sina Kota Sabang, Aida Khairunisa, S. ST, M. Si, menyebutkan saat ini stunting menjadi prioritas nasional harus menjadi perhatian semua pihak.

“Semua ikut mengatasinya sesuai dengan tupoksinya masing-masing, saat ini Aceh menduduki peringkat tiga nasional untuk angka stunting balita, di bawah Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Sulawesi Barat (Sulbar),” sebut Aida, didampingi DPD PPNI Kota Sabang Ns. Ibnu Masthur, S.Kep.

Menurut Aida, berdasarkan data yang diperoleh pihaknya, prevalensi stunting pada bayi di bawah dua tahun di Aceh cukup tinggi.

“Sebanyak 37,9 persen, sedangkan prevalensi rata-rata nasional sebesar 30,8 persen. Masalah inilah yang mengetuk hati kami untuk ikut serta mencari solusi, apalagi ada pemateri dari Norwegia yang berbagi informasi tentang penanganan stunting di negaranya,” ujar Aida.

Pembicara dan penyelenggara seminar stunting

Sementara itu, dalam paparannya Marthoenis mengemukakan stunting merupakan anak yang lebih pendek dibanding anak-anak lain seusianya.

“Kata lain tinggi badan anak berada di bawah standar, penyebab stunting itu pengasuhan yang kurang baik, terbatasnya ANC dan PNC, kurangnya akses keluarga dengan makanan bergizi serta kurangnya akses air bersih dan sanitasi,” jelasnya.

Stunting, kata Marthoenis memiliki efek jangka panjang yakni kurangnya kognitif kepampuan berpikir dan gangguan fisik anak, terganggunya produktivitas anak serta kesehatan yang buruk pada anak.

Berbagai intervensi mengurangi stunting di Indonesia terus di tingkatkan seperti perlakuan terhadap ibu hamil dalam memberikan makanan tambahan, zat besi, asam folat, program menyusui dan ASI eklusif

Mrs. Anne Trollvik menjelaskan bahwa dari hasil studi di Negara Norwegia juga terdapat kasus stunting, namun prevalesnsinya tidak banyak.

Penyebabnya pun agak berbeda dengan yang terjadi di Indonesia, penyebab utama adalah masalah asupan nutrisi pada masalah kehamilan dan juga pada masa pertumbuhan pada anak, sedangkan di Norwegia penyebab utamanya perlakuaan yang salah terhadap anak (kekerasan pada anak).

Menurut Anne sebagai tindakan preventif pemerintah harus berperan aktif dalam mencegah terjadinya stunting, seperti memastikan bahwa setiap orang yang bekerja dalam lembaga pengasuhan anak usia dini memiliki latar belakang belakang pendidikan yang tepat.

“Sehingga benar-benar memahami pertumbuhan dan pekembangan anak serta nutrisi yang dibutuhkan,” sebutnya.

Seminar tersebut dibuka Ketua DPD PPNI Sabang, Ns. Ibnu Mastur. Ia menyambut baik seminar tersebut. Menurutnya isu stunting masih relevan dan menjadi masih menjadi permasalahan di Asia Tenggara hingga kini.

“Stunting merupakan tantangan Indonesia, terutama Sabang,” sebutnya.[]

TAG

Bagikan

Berita Terkait

Tinggalkan Komentar

Berita Terbaru

Berita terpopuler

Add New Playlist