Api suci dinyalakan persis depan gerbang Palani Andawer, pertanda belasan umat Hindu etnis Tamil di Banda Aceh bersiap menyambut Thaipusam. Sementara pandita, bergegas memimpin umat memuja dan memanjatkan harapan pada Dewa Muruga.
Fahreza Ahmad dan M Aulia
Tsunami Aceh 2004, melumat Palani Andawer termasuk puluhan etnis Tamil pemeluk Hindu di Gampong Keudah, Kecamatan Kutaraja, Banda Aceh. Sebelum gelombang raya itu, jumlahnya 100 orang namun yang tersisa saat ini hanya 15 orang. Walau minoritas, seluruh ritual keagamaan berjalan damai di kuil yang telah dibangun tahun 1934 ini.
Etnis Tamil tanpa sungkan sejak tahun 2012, menunjukkan kebudayaan dan ritual Thaipusam pada warga Banda Aceh yang mayoritas muslim. Bahkan tabuhan gendang dan tari-tarian kegembiraan merayakan Thaipusam, menarik ratusan warga serta wisatawan untuk menyaksikan.
Bagi pemeluk Hindu Keudah, Krueng Aceh juga bagian dari kehidupannya. Seakan sungai suci Gangga di India, penyucian diri dan pengharapan baru juga dialirkan di sungai yang membelah Banda Aceh ini. Tanpa risih mantra-mantra turut diucap di tepi sungai.
Pemeluk Hindu meyakini bila diri telah suci, walau besi menembus sebagian anggota tubuh tak akan ada darah menetes. Mantra-mantra Pandita sangat membantu pria-pria menjalankan nazar dan menebus dosa. Ritual sakral itu juga berlangsung di tepi Krueng Aceh.
Menguyur diri dengan air Krueng Aceh saban tahun dilakoni sejumlah pria etnis Tamil Keudah, saat Maha Puja Pangguni Uthiram Thiruvila. Silih berganti dan saling membantu itulah yang dilakukan saat menyucikan diri.
Usai penyucian diri, pria-pria bernazar bersimpuh di kaki pandita. Ritual penting dalam Taipusam yang tak terlewatkan,
Menancapkan besi di pipi, lidah dan bahu cara lazim dilakukan etnis Tamil pemeluk Hindu sebagai upaya menebus dosa dan berharap pengampunan Dewa Muruga.
Discussion about this post