Toleransi di Panggung MTQ

Bagikan

Toleransi di Panggung MTQ

MASAKINI.CO – Ada yang menarik dari gelaran Musabaqah Tilawatil Quran Mahasiswa tingkat Nasional di Unsyiah. Adalah kafilah dari Universitas Negeri Manado (UNIMA). Kehadiran mereka ke Aceh didampingi langsung oleh pejabat kampus yang notabanenya adalah non muslim.

Kondisi ini bukan tanpa alasan. Mengingat di kampus tersebut, jumlah mahasiswa muslim adalah minoritas. Maka pada perhelatan inipun mereka hanya mengirimkan sembilan orang mahasiswanya. Mereka akan bertanding pada cabang tilawah, tartil, debat Bahasa Inggris dan Khat.

“Kami datang jauh dari Manado untuk menyebarkan semangat silaturrahim,” kata Pembantu Dekan III FMIPA UNIMA Prof. Herry Sumampouw, di Banda Aceh, Kamis 1/08.

Selain Herry, ikut juga Pembantu Dekan III Fakultas Bahasa dan Sastra, Arie Tulus, dan Pembantu Dekan III Fakultas Ilmu Pendidikan Mesty Rindengan. Mereka bertiga bukan beragama Islam.

Mereka mengakui bahwa ini adalah kali pertama datang ke Aceh. Mereka pun menghormati nilai-nilai kearifan masyarakat Aceh.

Prof. Herry mengatakan, meskipun mereka adalah seorang non muslim, mereka tetap semangat untuk memotivasi mahasiswanya agar tampil maksimal pada MTQMN ini. Ia juga bercerita, bagaimana kampusnya benar-benar serius untuk ikut serta pada event dua tahunan ini. Setiap mahasiswa muslim diseleksi ketat mulai dari tingkat fakultas.

“Jadi yang tampil di sini, benar-benar mahasiswa kami yang terpilih,” ujarnya.

Dari segi jumlah, mereka sadar bahwa kafilah UNIMA tidak mungkin tampil sebagai juara umum. Oleh sebab itu, mereka datang dengan semangat yang lebih istimewa yaitu menyambung tali persaudaraan dengan kafilah lainnya.

Ketua Kafilah UNIMA Mardan Umar yang merupakan satu-satu pejabat UNIMA yang muslim pada kafilah ini menjelaskan, bahwa jumlah mahasiswa muslim di UNIMA tergolong sedikit. Jumlahnya hanya sekitar 1000 orang dari total 20.000 mahasiswa. Namun di sana semangat toleransi antar agama terjalin begitu kuat. Dalam interaksi sosial, mereka juga tidak terlalu mempermasalahkan latar belakang agamanya.

Dukungan penuh Rektorat terhadap Kafilah ini, sebenarnya adalah bukti nyata bahwa nilai-nilai toleransi terjalin baik di kampus tersebut. Mahasiswa benar-benar didorong untuk beprestasi. Tidak peduli apapun latar belakang agamanya.

“Atas nama pendidikan, kampus akan selalu support,” ujar Mardan Umar. []

TAG

Bagikan

Berita Terkait

Tinggalkan Komentar

Berita Terbaru

Berita terpopuler

Add New Playlist