Tak Cerminkan Karakter Bangsa, Survei Lingkungan Belajar Kemendikbudristek Dikritik

Anggota DPR RI Illiza Saaduddin Djamal. (foto: masakini.co/Ahlul Fikar)

Bagikan

Tak Cerminkan Karakter Bangsa, Survei Lingkungan Belajar Kemendikbudristek Dikritik

Anggota DPR RI Illiza Saaduddin Djamal. (foto: masakini.co/Ahlul Fikar)

MASAKINI.CO – Partai Persatuan Pembangunan (PPP) menyayangkan adanya variabel dan pertanyaan dari Survei Lingkungan Belajar untuk Kepala Sekolah dan Guru dibuat oleh Kemendikbudristek yang dinilai bisa menjadi pelunturan atas karakter bangsa dengan spirit Bhinneka Tunggal Ika.

Anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi PPP, Illiza Sa’aduddin Djamal mengatakan beberapa pertanyaan dari survei tersebut tampak mengganjal dan tidak relevan.

Dia mencontohkan, dalam survei itu terdapat pertanyaan; laki-laki lebih perlu meraih pendidikan yang tinggi daripada perempuan; Presiden lebih baik dijabat seorang laki-laki daripada perempuan, dan sejumlah pertanyaan lainnya.

“Pelaksanaan assessment nasional melalui Survei Lingkungan Belajar adalah terobosan yang baik, namun ada hal-hal yang harus menjadi pedoman dalam pelaksanaannya. Bahwa lingkungan sekolah agar dapat memecahkan permasalahan perbedaan dengan cara damai dan tidak mencari kambing hitam atas perbedaan tersebut serta berpijak pada kesepahaman atas kearifan lokal yang ada,” katanya kepada masakini.co, Senin (26/7/2021).

Illiza menyebut, seharusnya semangat dari Survei Lingkungan Belajar itu adalah semangat “ke-kita-an”, bukan menganggungkan semangat “ke-kami-an”.

Survei lingkungan belajar juga perlu diarahkan untuk meningkatkan kepercayaan diri Kepala Sekolah dan Guru, agar memiliki kepercayaan diri yang tinggi dalam meningkatkan mutu pembelajaran sekolah.

Pihaknya mendesak Kemendikbudristek menarik kembali variabel pertanyaan dari survei tersebut, serta mengokoreksi dan melakukan evaluasi secara menyeluruh.

“Pemerintah dalam hal ini Kemendikbudristek RI dalam Survei Lingkungan Belajar tidak memberikan pertanyaan/polling yang bersifat tendensius kepada Kepala Sekolah dan Guru yang menyangkut isu yang sangat sensitif menyangkut SARA,” ungkapnya.

Illiza juga meminta Kemendikbudristek memasukkan nilai-nilai karakter yang sesuai dengan ke-Indonesia-an serta kesepahaman atas kearifan lokal yang ada dalam survei tersebut, sehingga menciptakan harmoni dalam proses belajar-mengajar.

“Evaluasi terhadap mutu pendidikan haruslah berifat holistik dengan mengedepankan pendidikan karakter yang bercirikan karakter religius, cinta kebersihan dan lingkungan, jujur (dalam kata dan perbutan), peduli serta cinta air,” pungkasnya.

TAG

Bagikan

Berita Terkait

Tinggalkan Komentar

Berita Terbaru

Berita terpopuler

Add New Playlist