Nasib Nurma di Tengah Wabah Corona

Nurma, menjajakan dagangannya.[Zian]

Bagikan

Nasib Nurma di Tengah Wabah Corona

Nurma, menjajakan dagangannya.[Zian]

MASAKINI.CO – Nurma Fardan warga Pasie Brandeh, Kecamatan Batee, Kabupaten Pidie itu menghampiri sejumlah pria yang hendak salat Jumat. Ia membawa ember hitam. Isinya, buah yang telah dibungkus plastik dan kerupuk.

“Beli nak kerupuk atau buah beberapa,” kata Nurma Fardan, mengawali perbincangan.

Sambil menawarkan dagangannya, ia mengeluarkan keluh kesah sejak pandemi corona merengut nyawa di Aceh. Pemerintah Pidie, turut jalankan antisipasi menghalau virus asal Pasar Seafood Wuhan, China tersebut.

“Susah sekali sekarang, setelah ada aturan dilarang buka warung dan tempat umum akibat wabah corona,” keluh perempuan berusia 53 tahun itu sambil membenarkan posisi maskernya.

Ia mengaku kesulitan menafkahi tujuh anaknya, akibat pendapatan yang merosot tajam. Ia kecewa atas keputusan pemerintah.

“Dikira mudah apa cari uang sekarang ini,” kata Nurma.

Ia saban hari berjualan sejak pukul 08.00 WIB-17.00 WIB di kawasan RSUD Tgk Chik Di Tiro Sigli. Namun sejak Pemkab Pidie jalankan social distancing rumah sakit sepi.

Menurut Nurma, sebelum wabah corona penghasilannya bisa mencapai Rp250 ribu. Tapi sekarang hanya Rp120 ribu maksimal.

“Sekarang sepi pembeli, bahkan saya jualan cukup untuk kebutuhan sehari saja. Tidak jualan, tidak ada uang. Tidak bisa makan di rumah. Biasanya ada labanya, sekarang cukup buat tidak ngutang kalau mau makan,” katanya.

Ia mengaku mengeluarkan modal usaha sebesar Rp100 ribu, ditambah makan dan bayar ojek dari rumahnya di pedalaman pesisir Pidie, menuju kota Kecamatan Grong-Grong menghabiskan biaya Rp50 ribu.

Saat ini Nurma hanya keluarkan modal Rp70 ribu, ditambah biaya ojek seperti biasa. Pendapatannya hanya cukup untuk makan sehari.

“Yang penting saya tak berutang sama orang, cukup buat sehari saja boleh juga,” sebutnya.

Sejak 10 tahun lalu, Nurma menjadi tulang punggung keluarga setelah suaminya meninggal. Anaknya ada yang menuntut ilmu di dayah, ada pula yang membantunya menyiapkan dagangan.

“Kondisi dagangan seperti ini, saya sangat sulit membiayai empat anak saya di rumah. Untung sekolah libur, dayah juga, jadi jajannya tak ada, uang cuma cukup membeli beras dan sedikit kebutuhan dapur,” katanya.

Pedagang asongan itu berharap wabah corona cepat berlalu, agar mudah menafkahi keluarga.[Zian]

TAG

Bagikan

Berita Terkait

Tinggalkan Komentar

Berita Terbaru

Berita terpopuler

Add New Playlist