Warga Aceh Gelar Haul Jenderal Turki Utsmani

Lokasi haul Teungku Chik Dibitai. [Ahlul Fikar]

Bagikan

Warga Aceh Gelar Haul Jenderal Turki Utsmani

Lokasi haul Teungku Chik Dibitai. [Ahlul Fikar]

MASAKINI.CO – Sejumlah komunitas di Banda Aceh peringati haul Teungku Chik Dibitai, bertajuk mengenang 494 Tahun perjuangan jenderal perang Turki Utsmani, Rabu (28/8).

Ketua Panitia, Muammar Alfarisi mengatakan kegiatan ini diadakan agar generasi muda Aceh tahu akan sejarah besar Kerajaan Aceh Darussalam. Diantaranya hubungan diplomasi dengan Kerajaan Turki Usmani yang sudah terjalin 400 tahun lebih.

“Biar mereka sadar bahwasanya ada hubungan diplomasi sejak 494 tahun lalu,” kata Muammar.

Ketua GATA Aceh, Muammar Alfairusi. [Ahlul Fikar]

Ia menjelaskan, sejak saat itulah korespondensi antara Aceh dengan Turki pada abad ke-16 mulai intensif dan berlanjut di era pemerintahan Sultan Selim II. Ia memberikan bantuan militer berupa kapal, pasukan artileri dan persenjataan lainnya yang dibutuhkan Aceh untuk menyerang Portugis.

Menjadi bagian dari imperium Kesultanan Utsmani, Kesultanan Aceh Darussalam kemudian menjadi negara dengan kekuatan militer yang diperhitungkan di kawasan Sumatera dan Malaka. Beberapa kali Aceh mampu mengalahkan Portugis dalam berbagai pertempuran. Selain itu, kapal-kapal Aceh diizinkan menggunakan bendera Turki.

Bendera Kesultanan Aceh Darussalam berwarna merah dengan bulan sabit, bintang, dan pedang berwarna putih, menyerupai bendera Kesultanan Utsmani. Salah satu peninggalan Kesultanan Aceh Darussalam, Meriam Lada Secupak, merupakan salah satu meriam pemberian dari Turki.

Hubungan tersebut kemudian menjadikan Aceh sebagai wilayah protektorat Kesultanan Utsmani hingga abad ke-18.

Seperti diketahui, Teungku Chik Dibitai memiliki nama lengkap Muthalib Ghazi bin Mustafa Ghazi. Beliau merupakan ulama dan juga jenderal perang dari Turki yang dikirim Kerajaan Turki Usmani sebagai bentuk kerjasama antara dua kerajaan.

Setibanya di Aceh, Teungku Chik Dibitai mendirikan balai dekat sungai di Desa Bitai saat ini, ia gunakan bersama pasukannya untuk melatih rakyat Aceh. Berbagai terapan ilmu militerpun diajarkan di sini.

Salah satu pahlawan yang merupakan bekas murid Teungku Chik Dibitai yaitu Laksamana Keumala Hayati yang menjadi laksamana perempuan pertama di dunia.

“Terakhir (muridnya) Cut Nyak Dhien dan Tengku Fakinah, selepas itu tak ada lagi, karena serangan Belanda pada tahun 1873,” lanjut Muammar.[Ahlul Fikar]

TAG

Bagikan

Berita Terkait

Tinggalkan Komentar

Berita Terbaru

Berita terpopuler

Add New Playlist