Rumah Singgah Harapan: Cinta dan Ketulusan Tak Pernah Padam

Nurhelmi, gadis dari Pulau Banyak, Aceh Singkil merawat kakaknya penderita kanker di BFLF. | Foto: dok. BFLF

Bagikan

Rumah Singgah Harapan: Cinta dan Ketulusan Tak Pernah Padam

Nurhelmi, gadis dari Pulau Banyak, Aceh Singkil merawat kakaknya penderita kanker di BFLF. | Foto: dok. BFLF

MASAKINI.CO – Rumah Singgah Bersama by BFLF Indonesia masih menjadi rumah ternyaman bagi pasien penderita penyakit kronik di Provinsi Aceh.

Di sini, beragam perjuangan tanpa ada keluh kesah, melainkan semangat untuk sembuh.

Begitu juga dengan perjuangan dua saudari dari Pulau Banyak, Aceh Singkil. Nelvi Indriani Nazara dan Nurhelmi. Mereka menjadi pengingat tentang cinta, pengorbanan, dan kekuatan keluarga.

Nelvi, seorang mahasiswi Universitas Abulyatama, yang telah delapan bulan terakhir menjalani pengobatan kanker. Tubuhnya yang melemah karena kemoterapi tak pernah memadamkan semangatnya untuk sembuh.

Namun di balik ketegaran Nelvi, ada Nurhelmi yang menjadi adik tangguh. Ia rela menunda kuliah demi mendampingi kakaknya menjalani perawatan di Banda Aceh.

“Bukan karena nilai atau biaya, tapi karena cinta dan tekad menjaga kakaknya. Mereka datang jauh dari Pulau Banyak, belasan jam perjalanan laut dan darat,” kata Ketua BFLF Indonesia, Michael Octaviano, Kamis (31/7/2025).

Kisah Nurhelmi dan Nelvi bukan sekadar soal pengorbanan. Ini adalah kisah dua perempuan muda yang saling menguatkan, dalam keterbatasan, jauh dari orang tua, dan di tengah situasi sulit.

Sehari-hari, mereka tinggal di rumah singgah BFLF bersama puluhan pasien dari berbagai daerah. Di ruang sederhana itu, tidak ada sekat status sosial atau asal-usul. Semua yang datang adalah keluarga, saling mendukung satu sama lain.

“Selama hampir 11 tahun, kami membantu ribuan pasien tanpa bantuan tetap dari pemerintah. Tidak ada gaji, tidak ada pamrih, semua ini karena Allah,” tutur Michael.

Rumah Singgah BFLF menyediakan fasilitas dasar secara cuma-cuma: tempat tinggal, makan, hingga layanan antar jemput ke rumah sakit.

Namun yang paling penting, rumah ini memberi rasa aman dan dukungan emosional bagi mereka yang sedang berjuang melawan penyakit.

Di balik dinding rumah itu, doa-doa dipanjatkan dalam senyap. Ada pelukan yang menguatkan, air mata yang diam-diam jatuh, dan harapan yang tak pernah padam.

Michael menegaskan bahwa apa yang dilakukan oleh BFLF seharusnya menjadi tanggung jawab negara. Tapi karena belum semua pasien mendapat perhatian yang layak, mereka tetap memilih untuk bergerak.

“Kami tidak bisa membantu semua orang, tapi kami bisa menjadi tempat berpulang bagi mereka yang tak tahu harus ke mana. Semoga Allah terus memberi kekuatan bagi kami,” ujar Michael.

Nelvi dan Nurhelmi hanyalah satu dari ribuan cerita di Rumah Singgah BFLF. Cerita tentang cinta yang sederhana tapi kuat, tentang adik yang memilih menunda mimpi demi menjaga kakaknya tetap hidup, tentang keluarga yang saling menggenggam ketika dunia terasa runtuh.

TAG

Bagikan

Berita Terkait

Tinggalkan Komentar

Berita Terbaru

Berita terpopuler

Add New Playlist