BANDA ACEH | MASAKINI – Cuaca ekstrem melanda Aceh dalam beberapa hari terakhir. Karena itu, nelayan diimbau untuk tidak melaut terlalu jauh dari daratan. “Bila terlihat cuaca mulai mendung atau cuaca mulai memburuk segera merapat ke darat,” kata Zakaria, Kepala Stasiun Data dan Informasi BMKG Blang Bintang saat dikonfirmasi, Selasa 25/06.
Zakaria mengatakan, adanya pusaran angin tertutup yang dikenal dengan istilah Edy, membuat terjadinya belokan angin dan konvergensi di atmosfer sehingga terjadi perlambatan pergerakan massa udara di atmosfer Provinsi Aceh. Hal itu membuat perlambatan massa yang membentuk uapan air yang terbawa oleh angin sehingga berkumpul di atas atmosfer Aceh. Uapan itulah yang kemudian tumbuh menjadi awan-awan hujan.
“Dengan tumbuhnya awan-awan hujan di atmosfer memicu terjadinya angin kencang yang biasanya bersifat sesaat tapi kecepatannya bisa mencapai 80/jam bahkan bisa lebih dam dapat meningkatkan tinggi gelombang 3,5 meter,” kata Zakaria.
Hal itu, kata Zakaria sangatlah membahayakan nelayan. “Selain angin yang ditimbulkan oleh adanya awan konvektif, Aceh juga masih musim angin baratan. Hal itu membuat angin kencang di Aceh akan lebih bertahan lama.”
Selain nelayan, Zakaria juga mengimbau masyarakat yang beraktivitas di daratan agar tidak melaksanakan kegiatan di luar rumah jika tengah terjadi badai petir. Mereka diminta untuk tidak berlindung di bawah pohon maupun baliho atau sejenisnya.
“Jangan berpegangan di tiang listrik atau pagar yang terbuat dari logam. Logam dapat menghantar listrik ketika terjadi badai petir,” kata Zakaria. []