MASAKINI.CO – Uap mengepul di bilik berukuran 2×1 meter. Di dalamnya, penderita aneka penyakit berharap kesembuhan. Warga juga rajin berkunjung untuk menjaga kebugaran.
Bilik beranyam rumbia itu milik Idram. Ia menamainya Najwa Sauna. Usahanya dibangun persis di kediamannya Jalan Tgk Glee Iniem, Desa Lambiheu, Kecamatan Darussalam, Kabupaten Aceh Besar.
Uniknya, Najwa Sauna hanya buka beberapa jam saja sejak pukul 13.00 WIB, hingga jelang tiba waktu Salat Magrib. Namun pria kelahiran Aceh Utara ini, mulai beraktifitas sejak pukul 11.00 WIB.

Ia mengawali aktivitasnya di dapur sauna; membakar kayu dan merebus berbagai rempah-rempah. Sekitar dua jam ramuan dimasak dalam dua wadah khusus di atas tungku api.
“Airnya mendidih, uapnya dialirkan lewat pipa ke bilik sauna,” kata Idram pada masakini.
Idram menyebutkan, selain sauna para pengunjung juga disuguhkan minuman tradisional 44 jenis rempah. Ramuan yang ditemukannya saat menderita asam urat akut.
“Asam urat saya parah sampai tak bisa berjalan tahun 2013,” ujarnya.
Lantas ia memilih berobat di kampung, rajin mandi sauna milik adik sepupunya. Beberapa kali mencoba, ia merasa penyakitnya berkurang. Ia minta resep rempah itu dan membawanya pulang.
“Awalnya saya buat untuk sendiri, namun orang di sekitar juga ikut jadi saya layani,” ujar pria yang akrab disapa pak Bram ini.

Seiring berjalannya waktu orang-orang terus berdatangan dari berbagai daerah. Sehingga pada akhir tahun 2013 ia membuka tempat tersebut untuk umum.
Maret tahun 2014, ia menerima bantuan dari Unsyiah untuk membangun dua ruang pemandian. Ia menyebutkan sudah banyak orang yang merasakan manfaat dari ruangan bersuhu 40-45 derajat celsius ini. Berbagai penyakitpun seperti asam urat, lumpuh, darah manis dan lain sebagainya dapat disembuhkan di sini.
Sandi (50) mengaku ia sudah sudah menikmati mandi sauna sejak awal dibangun. Hingga saat ini ia masih rutin melakukannya, sangat berguna untuk kesehatan.
“Alhamdulillah saya tidak pernah sakit. Dulu berat badan saya 127 kg sekarang sudah jadi 96 kg,” ungkapnya saat dijumpai di bilik pemandian.
Ia juga menyebutkan, kerabatnya Yusmadi yang dulunya memiliki masalah dengan pita suara sehingga tidak bisa berbicara, namun sekarang sudah bisa berbicara.
“Sekarang tidak henti-henti dia ngomong,” timpanya disambung ketawa.

Sampai sekarang Idram tidak pernah mematok harga pada pengunjung untuk menikmati fasilitas yang ia sediakan.
“Berapapun yang mereka berikan saya ikhlaskan saja,” ungkapnya.
Biasanya kalau ada pengunjung, uang yang ia diperoleh sekitar Rp150 ribu hingga Rp250 ribu perharinya
“Kadang-kadang tidak ada juga,” lanjut bapak enam orang anak ini.
Pak Bram mengaku, uang tersebut digunakan untuk membeli ramuan sauna, obat tradisional dan juga kayu bakar.
Setiap pekan ia merogoh kocek Rp600 ribu untuk membeli alat-alat tersebut. Sehingga hanya sedikit keuntungan yang ia peroleh dari tempat ini.
Kendati demikian, uang tidak membuat keikhlasan di hatinya luntur. Ia terus menebar manfaat untuk orang yang membutuhkannya.
“Kalau saya kedepankan uang, dari dulu sudah saya tutup usaha ini,” kata Idram. [Ahlul Fikar]