MASAKINI.CO – Riset literasi keuangan yang dikeluarkan Bank Indonesia mencatat, baru 32 dari 100 masyarakat Aceh yang paham dengan keuangan. Sementara terkait keuangan syariah, baru 21 dari 100 orang yang paham.
“Berdasarkan riset Bank Indonesia tingkat literasi keuangan di Aceh baru 32,7%. Artinya, dari 100 orang warga Aceh, baru 32 orang yang paham keuangan. Namun, inklusi keuangan di Aceh sudah 73%,” kata Ahmad Dadek, Asisten II Sekda Aceh saat menghadiri ulang tahun ke 8 Otoritas Jasa Keuangan di Banda Aceh, Jumat 22/11.
Riset itu mengartikan, dari 100 orang, 73 orang sudah berinteraksi dengan keuangan. Sementara untuk literasi keuangan syariah di Aceh ternyata hanya 21%, sementara tingkat inklusinya 41%.
“Pemerintah Aceh akan terus meningkatkan kesadaran masyarakat tentang sistem keuangan tersebut,” kata Dadek.
Dadek mengatakan, pihaknya sangat membutuhkan dukungan OJK, termasuk juga peran dalam mendukung kehadiran Lembaga Penjaminan Kredit (Jamkrida) di Aceh. Nantinya Jamkrida itu juga akan beroperasi berdasarkan sistem ekonomi syariah di Aceh, sehingga UKM dan UMKM di Aceh lebih mudah mendapatkan akses ke sektor permodalan syariah.
Dengan demikian, kata Dadek, ekonomi Aceh diharapkan terus berkembang sehingga Aceh dapat lebih kontributif dan inklusif dalam membangun negeri.
Dadek mengajak seluruh masyarakat Aceh untuk segera beralih menggunakan keuangan syariah. Sistem keuangan dalam Islam, kata Ahmad Dadek, menerapkan prinsip keadilan di dalamnya. Selain itu, kata dia, melalui pembiayaan hulu-hilir dengan pola musyarakah dan mudharabah diyakini akan lebih cepat mengakselerasi perekonomian daerah.
Di Aceh sistem keuangan syariah merupakan hal wajib di Aceh sebagaimana amanat Qanun Nomor 11 Tahun 2018 tentang Lembaga Keuangan Syariah. Tahun depan, semua lembaga keuangan yang beroperadi di Aceh harus sudah syariah. []
