MASAKINI.CO – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) telah menyalurkan kuota gratis bulan Oktober untuk siswa, guru, mahasiswa dan dosen. Di mana bantuan itu telah dikirim kepada 35,7 juta orang.
Namun, ternyata masih ada kendala dalam penyaluran kuota gratis. Koordinator Perhimpunan untuk Pendidikan dan Guru (P2G) Satriwan Salim menyampaikan masih ada 19 provinsi di September lalu belum mendapatkan kuota gratis secara merata.
Selain itu, diketahui juga terdapat penyaluran yang tidak tepat sasaran, seperti yang terjadi di Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Di sana, para guru mendapat kuota gratis, akan tetapi wilayah tersebut tidak memiliki internet, jadi bantuan ini sama saja percuma.
“Tapi yang luring di Tanah Datar guru SD mereka dapet internet, tapi kan mereka belajar luring, mereka berkunjung ke rumah siswa, ada yang tidak tepat sasaran juga,” tuturnya dalam diskusi daring Sukses Belajar di Masa Pandemi Bagaimana Caranya?, Jumat (6/11).
Dia juga mengakui bahwa bantuan ini sangat membantu mereka yang belajar daring. Namun, diharapkan Kemendikbud juga memperhatikan mereka yang menjalani PJJ luring. “Bantuan ini efektif memang sangat membantu tapi bagi yang luring belum tersentuh, selain TVRI dan e-modul,” tambahnya.
Sebagai informasi tambahan, dari 35,7 juta penerima subsidi kuota gratis, rinciannya ada 946 ribu untuk jenjang PAUD, 5,3 juta di jenjang SD dan di tingkat SMA sebanyak 1,6 juta.
Lalu, untuk tingkat SMK sebanyak 1,3 juta, SLB 35 ribu dan 27 ribu untuk kesetaraan. Selain itu guru berjumlah 957 ribu, mahasiswa 915 ribu dan dosen 65 ribu.
Untuk jenjang pendidikan tinggi, Kemendikbud melakukan mekanisme yang berbeda, yakni perguruan tinggi diminta untuk membuat SPTJM (surat pernyataan tanggung jawab mutlak) di setiap bulannya.
Hingga saat ini baru terdapat 912 ribu mahasiswa dan 65 ribu dosen yang akan menerima bantuan tahap 1 bulan ini. Sehingga total 977 ribu penerima bantuan di jenjang dikti.[]
JAWAPOS