Pameran Foto ‘Hilang Tak Terganti’ Untuk Hari Hutan Sedunia

Bagikan

Pameran Foto ‘Hilang Tak Terganti’ Untuk Hari Hutan Sedunia

MASAKINI.CO – Dua fotografer di Kota Banda Aceh, Aceh, Junaidi Hanafiah dan Zulfan Monika, menarik puluhan pasang mata yang hadir secara offline dalam pameran foto bertajuk ‘Hilang Tak Terganti’. Mereka memamerkan foto-foto pilihan tentang sisi “buruk-baik” hutan Aceh yang dipotret dalam satu dekade terakhir.

Pameran yang diputar melalui virtual ini juga menarik ratusan pengunjung di kanal YouTube Masakini.co dan Fendra Tryshanie. Pameran turut diisi dengan diskusi, Minggu malam (21/3/2021) di warung kopi Leuser, Lampineung, Banda Aceh.

Junaidi Hanafiah dan Zulfan Monika dalam diskusi meletakkan satu kesepahaman bahwa pameran yang mereka gelar tersebut untuk memperlihatkan fakta yang terjadi di hutan Aceh.

“Alasan yang terbesit di hati, melalui foto-foto ini saya ingin mengajak semua orang untuk ‘marah’ sebenarnya. Ketika orang sudah ‘marah’, dia setidaknya pasti akan peduli terhadap kerusakan hutan dan kematian satwa di Aceh yang terus terjadi,” kata Junaidi Hanafiah.

Fotografer yang akrap disapa Junha itu mengatakan, sepanjang satu dekade perjalanannya memotret hutan dan satwa di Aceh, peristiwa memilukan selalu saja terus terjadi.

Berangkat dari itulah, 14 tera foto dikumpulkannya. Di pameran ini, dia memilih sekitar 40-an foto-foto dengan cerita kerusakan hutan yang paling memilukan.

“Kalau dibilang capek ya pasti capek. Tapi saya melakukan ini biar anak cucu kita tidak melihat hutan dan satwa itu dari foto saja kelak. Melalui pemberitaan yang terus menerus, saya lakukan ini untuk ‘warning’ bagi siapapun menjaga hutan,” ujarnya.

Sementara foto-foto keindahan hutan dari sisi flora dan faunanya ditampilkan Zulfan Monika. Dia mengatakan terkadang hal-hal kecil di hutan itu terlihat cukup indah.

Melalui foto keindahan itulah, fotografer yang akrap disapa Jaboi tersebut mengajak orang lain untuk peduli terhadap hutan.

“Saya memotret dari 2007. Di acara ini cuma 2 hardisk file foto yang bisa saya buka-buka karena mepetnya waktu. Tapi bisa saya pastikan, apa yang ada di dalam hutan yang diciptakan Allah itu sungguh luar biasa, tak bisa tergantikan,” katanya.

Melalui lensa kamera, dua fotografer ini ingin menggugah dan merangkul siapapun demi hutan tetap lestari. “Hutan itu bagai ‘ibu’ yang memberi tanpa minta pamrih,” ungkap Jaboi.

Dia menambahkan pameran sengaja dibikin virtual biar meninggalkan jejak digital yang bisa diakses siapapun di kemudian hari. “Kalau dicetak, habis pameran mungkin akan terbuang seperti sampah,” tambahnya.

Sementara itu Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Aceh, Abdul Hanan yang juga didapuk sebagai pemateri tak menampik hutan di Aceh dalam keadaan terancam.

Dia menjelaskan saat ini luas hutan Aceh mencapai 3,5 juta hektar. Terdapat 1.573 orang yang direkrut dan dibiayai pemerintah Aceh sebagai pengaman hutan.

“Jumlah mereka banyak, terlalu ramai bahkan, tapi itu belum juga bisa mengamankan hutan kita. Di situlah saya ingin menyampaikan kepada kita semua, ini bukan tugas satu orang, bukan tugas dua orang, tapi tugas kita semua menjaga,” katanya.

Pemerintah, sebut Hanan, siap menjadi ‘imam’ terdepan demi melestarikan hutan di Aceh.

Diskusi pameran foto virtual tersebut turut diselingi dengan hiburan musik oleh Tangke Band. Bahkan band yang digawangi Subur Dani Cs itu merilis lagu khusus yang diberi judul Geureda (rakus). Seniman kondang di Aceh, Djamal Sharief, juga ambil bagian membaca puisi dengan judul ‘Tanda-tanda’ karya penyair Taufik Ismail.[]

TAG

Bagikan

Berita Terkait

Tinggalkan Komentar

Berita Terbaru

Berita terpopuler

Add New Playlist