MASAKINI.CO – Wakil Ketua Komite III DPD RI yang membidangi kesehatan, HM Fadhil Rahmi Lc MA, menyatakan ketidaksetujuannya terkait sikap dari pihak yang meminta tes GeNose dihentikan. Sejak 1 April 2021, GeNoSe bisa menjadi syarat perjalanan di semua moda transportasi, selain antigen dan PCR.
“GeNose mulai digunakan awal Februari. Untuk trasportasi udara sejak April. Melonjak covid, sekarang, apa dosa GeNose? Kalau memang “negatif palsu”, kenapa gak dari Maret melonjak Covid-19 ini,” katanya, Sabtu (26/6/2021.
Dia menjelaskan, GeNose C19 adalah alat yang dibuat khusus oleh para ahli dari Universitas Gajah Mada (UGM) untuk mendeteksi infeksi virus corona melalui embusan napas. Di Indonesia, GeNose telah mengantongi izin edar dan izin pakai dari Kemenkes RI.
Cara kerja alat ini, orang yang diperiksa diminta mengembuskan napas ke sebuah alat berbentuk tabung, kemudian alat sensor dalam tabung tersebut akan mendeteksi VOC dalam napas yang diembuskan.
GeNose membutuhkan waktu sekitar 2−3 menit untuk mendeteksi ada tidaknya VOC yang bisa menandakan Covid-19. Selama ini, hasil tes GeNose dijadikan salah satu cara perjalanan udara di Indonesia.
Tes ini cenderung lebih murah dibandingkan Antigen, PCR dan lainnya. Tes GeNose hanya seharga Rp40 ribu. Sementara tes lain harganya mencapai ratusan ribu rupiah.
Menurut pihak yg meminta dihentikannya pemakaian tes Covid-19 menggunakan GeNose adalah karena hasil tes alat tersebut dinilai tak akurat.
Hal itu yang akhirnya dijadikan kambing hitam dibalik melonjaknya kasus Covid-19 di Indonesia.
“Di awal hadir GeNose cuma 20 ribu, dan sekarang Rp40 ribu sekali tes. Seharusnya justru dimurahkan bukan dihilangkan atau dihentikan,” ujar Fadhil Rahmi.
“Rakyat itu dibantu untuk dimudahkan, jangan dipersulit. Mari gunakan pikiran agar senantiasa memudahkan rakyat, jangan sebaliknya,” tambah pria yang akrab disapa Syech Fadhil tersebut.
Sementara terkait dengan tudingan para pihak bahwa alat tes GeNose tak akurat, Syech Fadhil meminta para ilmuan untuk mencari cara agar alat tadi bisa lebih akurat.
“Kalo ada indikasi tidak akurat, cari cara biar akurat. Metode lain juga ada gak akuratnya. Mari gunakan pikiran untuk senantiasa memudahkan rakyat, jangan sebaliknya,” pungkasnya.
Reporter: Ali L