MASAKINI.CO – Kompetisi Liga 1 Indonesia akan segera bergulir dan dijadwalkan berlangsung pada 27 Agustus 2021. Kepastian ini diperoleh setelah Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) dan PT Liga Indonesia Baru (LIB) memperoleh izin dari Satgas Penanganan Covid-19 dan Polri.
Menyusul kabar baik itu, dunia sepak bola Tanah Air juga dihampiri kabar buruk terkait adanya sujumlah pemain yang tidak menerima gaji atau penundaan pembayaran gaji oleh manajemen klub, baik kontestan klub Liga 1 mapun Liga 2.
Asosiasi Pesepakbola Profesional Indonesia (APPI) pun telah mengumumkan status tunggakan yang belum dibayarkan secara Lunas oleh Klub kepada para pesepakbola, sesuai dengan putusan National Dispute Resolution Chamber (NDRC). “Total Klub yang belum melaksanakan putusan NDRC adalah sebanyak satu klub untuk Liga 1 dan enam klub untuk Liga 2. Total dari 115 Putusan NDRC Indonesia Tingkat Pertama, jumlah Putusan yang telah terselesaikan secara Lunas adalah 50 Putusan,” kata APPI dalam lama resminya dikutip masakini.co, Sabtu (14/08).
APPI menjelaskan bahwa juga terdapat sebanyak 65 putusan lainnya belum terselesaikan, rinciannya masing-mmasing 1 Putusan Tidak Diterima dan masih menunggu proses Banding, 47 Putusan Belum ada Pembayaran, dan 17 Putusan Pembayaran Sebagian.
Wakil Presiden APPI Andritany Ardhiyasa memberikan komentar terkait ini. Menurutnya, jelang bergulirnya kompetisi dalam waktu dekat ini sudah seharusnya manajemeb klub melaksanakan kewajibannya kepada pemain, membayar gaji yang tertunggak.
Selain daftar putusan NDRC yang belum dieksekusi di atas, kini APPI mengirimkan gugatan tujuh Pesepakbola dari total 18 Pesepakbola, terhadap klub PERSIS SOLO melalui NDRC Indonesia, atas tunggakan gaji klub yang belum dibayarkan kepada pemain. Total tunggakan mencapai Rp2.332.900.000.
Meskipun demikian, APPI hanya dapat mengajukan gugatan terhadap tujuh dari total 18 Pesepakbola karena hanya 7 orang yang memiliki salinan dari kontrak dengan Klub Persis Solo. Sementara itu 11 Pemain lainnya tidak memiliki salinan kontrak dan tidak mendapatkan akses untuk meminta salinan tersebut dari pihak Klub, sehingga tidak dapat mengajukan gugatan atas kasus mereka melalui NDRC.
Merujuk pada peraturan FIFA, Circular no 1171/2008 mengenai Standar Minimum Kontrak Pesepakbola Profesional, Poin 1.2 “Each signatory party must receive a copy of the contract and one copy has to be forwarded to the Professional League and/ or Member Association for registration according to the provisions of the competent football body.” Pada peraturan tersebut disebutkan dengan jelas bahwa, setiap pihak yang tercantum pada kontrak diharuskan untuk memiliki salinan atas kontrak tersebut dan salinan yang sama juga harus dikirimkan kepada badan yang berwenang dalam penyelenggaraan kompetisi, dalam hal ini, PSSI dan PT LIB sebagai operator liga.
“Bukan hanya Klub Persis Solo, masih banyak pesepakbola yang tidak memiliki salinan kontraknya, seperti Klub Mitra Kukar dan PSM Makassar. APPI berharap peraturan ini dapat ditaati oleh seluruh klub Profesional di Indonesia, baik di Liga 1 ataupun Liga 2. Karena dengan tidak adanya salinan kontrak, selain melanggar peraturan FIFA, hal ini juga sangat merugikan bagi pesepakbola karena tidak dapat melakukan penyelesaian atas kasusnya melalui NDRC,” kata Executive Committee APPI Riyandi Angki dalam keterangannya.
Riyandi menerangkan mengenai hubungan hukum antara ke-18 pesepakbola tersebut dengan Klubnya, jika merujuk pada asas kebebasan berkontrak untuk melakukan perpindahan atau transfer yang telah tertuang dalam Regulasi FIFA Regulations on the Status and Transfer of Players, jika kontrak pada musim tersebut berakhir (2020/2021) maka sudah tidak ada hubungan hukum lagi antara pesepakbola dengan klubnya, sehingga tidak diperlukan surat keluar bagi pesepakbola untuk dapat pindah klub.
“Adanya aturan Surat Keluar membuat banyak pesepakbola terhambat dalam proses perpindahan ke klub baru nya padahal status kontrak dengan klub lama telah usai. Hal ini melanggar Bosman Ruling yang telah terjadi sejak tahun 1995 sehingga jika di Indonesia masih ada hambatan pemain untuk pindah klub padahal statusnya ialah Free Agent, maka Indonesia seperti melangkah mundur 26 tahun kemajuan sepakbolanya,” tuturnya.[]
Laporan: Ali L