Perlu Kesadaran Bersama untuk Cegah Stunting di Aceh

Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Provinsi Aceh, dr. Safrizal Rahman. (foto: masakini.co/Ahlul Fikar)

Bagikan

Perlu Kesadaran Bersama untuk Cegah Stunting di Aceh

Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Provinsi Aceh, dr. Safrizal Rahman. (foto: masakini.co/Ahlul Fikar)

MASAKINI.CO – Perang melawan stunting tak bisa dilakukan oleh satu pihak semata, melainkan dengan memakai kata kunci kolaborasi. Semua pihak harus terlibat aktif menyelamatkan generasi Indonesia di kemudian hari agar lebih baik, sebelum stunting menyebabkan kerusakan permanen pada fisik dan mental anak.

Saat ini, stunting masih menjadi masalah di berbagai negara berkembang, termasuk di Indonesia. Stunting menjadi salah satu prioritas masalah kesehatan yang perlu diselesaikan oleh pemerintah dan masyarakat, karena angka kejadiannya yang relatif masih tinggi.

Stunting ini bisa dicegah jika semua pihak mengetahui penyebabnya dan sigap secara bersama-sama mencegahnya.

Untuk diketahui, penyebab terjadinya stunting karena rendahnya akses terhadap makanan bergizi, rendahnya asupan vitamin dan mineral, dan buruknya keragaman pangan dan sumber protein hewani.

Faktor ibu dan pola asuh yang kurang baik, terutama pada perilaku dan praktik pemberian makan kepada anak, juga menjadi penyebab anak stunting.

Dimana ibu yang masa remajanya kurang nutrisi, bahkan di masa kehamilan, dan laktasi akan sangat berpengaruh pada pertumbuhan tubuh dan otak sang anak.

Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) wilayah Aceh, Safrizal Rahman, mengatakan salah satu penyebab anak menjadi stunting karena ibunya mengalami anemia saat masa kehamilan.

“Selama ini, salah satu penyebabnya kasus stunting itu ya dari ibu yang anemia,” kata Safrizal Rahman, Kamis (10/11).

Menurutnya, ada sebagian remaja putri Aceh yang tidak terkontrol Hemoglobin (Hb), sehingga remaja-remaja ini berada dalam posisi anemia dan penyebabnya akibat gizi yang tak seimbang.

Dia mengatakan, hal yang paling bahaya dari anemia adalah ketika remaja putri tersebut menjadi calon ibu dan hamil.

“Misalnya, remaja putri tadi tamat sekolah mereka berumah tangga dan hamil, maka bayi yang dikandungnya itu biasanya tidak akan mendapatkan asupan gizi yang optimal,” ujarnya.

Oleh sebab itu, tutur Safrizal, calon-calon ibu yang anemia ini cenderung akan melahirkan anak-anak yang nantinya juga tidak sehat, seperti stunting.

Ia menyebutkan, langkah penanganan terhadap stunting wajib dimulai sejak dini. Remaja putri yang masih duduk di bangku sekolah menengah atas (SMA) mesti diberikan minum tablet Fe atau zat besi.

“Itu salah satu upaya untuk mencegah anemia,” jelasnya.

Kemudian, lanjutnya, ibu hamil juga diwajibkan untuk minum vitamin Fe agar mencegah terjadi anemia.

Memang, ungkap Safrizal, tidak semua remaja putri HB-nya tidak terkontrol. Namun lantaran terpapar fenomena diet, lalai makan, dan kerap konsumsi makanan junk food, gizi remaja putri jadi tak cukup.

Dia turut mengimbau para orang tua untuk mengajak putri-putrinya supaya melakukan pemeriksaan HB secara rutin, di samping juga pemeriksaan kesehatan lainnya.

“Sehingga remaja putri kita lebih tahu berapa kadar HB-nya, agar paham upaya perbaikan,” katanya.

Safrizal mengatakan, saat ini pemerintah sedang menggalakkan program pemberian kapsul vitamin Fe kepada pelajar perempuan. Namun demikian, pengetahuan siswi tersebut terkait pentingnya mengkonsumsi tablet tambah darah itu (TTD) itu dinilai belum cukup.

“Sehingga barangkali banyak siswi yang dibagi vitamin Fe itu tidak diminum, dia simpan karena rasanya tidak nyaman. Itu karena dasar pengetahuannya kurang,” ungkapnya.

Selain kepada remaja putri, kata Safrizal, program pemberian TTD itu juga diwajibkan kepada ibu hamil hingga ibu menyusui.

Ibu hamil wajib mengkonsumsi lebih banyak selama sembilan bulan masa kehamilan.

“Harus ada kesadaran untuk meminum TTD itu. Sebab, dampaknya sangat berbahaya untuk kualitas anaknya nanti jika tak dikonsumsi,” bebernya.

“Kalau ibu menyusui mengkonsumsi makanan sehat dan asupan gizi yang bagus, maka tentu tidak anemia. Tapi kalau tidak memperbaiki gizinya dengan mengkonsumsi makanan bergizi, itu berbahaya terjadi anemia dan akan berdampak pada pertumbuhan anaknya,” pungkas Safrizal Rahman.

TAG

Bagikan

Berita Terkait

Tinggalkan Komentar

Berita Terbaru

Berita terpopuler

Add New Playlist