Pelari Kampanyekan “Zero Thalassemia” di Nol Kilometer Indonesia

Ilustrasi olahraga lari. (sumber foto: kompas.com)

Bagikan

Pelari Kampanyekan “Zero Thalassemia” di Nol Kilometer Indonesia

Ilustrasi olahraga lari. (sumber foto: kompas.com)

MASAKINI.CO – Sebanyak 30 orang lebih pelari dari beragam profesi dan asal daerah di Indonesia, berlari dalam rangka mengkampanyekan “Zero Talasemia” di Aceh. Kegiatan amal itu berlangsung di Kota Sabang, Sabtu (14/1/2023). Para pelari menempuh jarak 47 kilometer dan finis di titik nol kilometer Indonesia.

Founder Yayasan Darah untuk Aceh (YDUA), Nurjannah Husien, mengatakan target kegiatan tersebut untuk membantu penyintas talasemia di Aceh dan meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai bahaya talasemia.

“Ini merupakan kegiatan amal untuk meningkatkan kesadaran akan bahaya talasemia dan untuk mengurangi angka kelahiran talasemia mayor di Aceh,” katanya.

Selain itu, kegiatan bertajuk “Run for Zero Thalassemia” ini juga dilaksanakan untuk membantu memfasilitasi para penyintas talasemia di Aceh yang setiap bulan harus melakukan transfusi darah secara rutin di RSUD dr. Zainoel Abidin.

“Kami mengajak para pelari baik dari beberapa daerah mendukung kampanye kami dengan berlari dan menggalang dana untuk para penyintas thalasemia di Aceh,” ujar Nurjannah.

Nicky Hogan, salah satu pelari yang ikut berpartisipasi, mengatakan dirinya tertarik mengikuti kegiatan ini untuk membantu meringankan beban para penyintas talasemia di Aceh.

“Akibat talasemia, kebahagiaan dirampas, kehidupan direnggut, bahkan pada usia dini. Namun masih ada yang dapat kita lakukan, selalu akan ada harapan, untuk mengembalikan kebahagiaan itu, untuk mempertahankan kehidupan itu. Dan kami akan berlari untuk itu,” ungkapnya.

Talasemia merupakan penyakit keturunan (genetik) yang belum ada obatnya, di mana salah satu upaya penyembuhannya adalah dengan transplantasi sumsum tulang belakang.

Namun upaya untuk memperbaiki “pabrik” darah ini, sangat mahal biayanya dan memakan waktu yang lama.

Transfusi darah secara rutin biasanya dilakukan sebulan sekali atau kurang, sedangkan efek sampingnya adalah terjadi penumpukan zat besi di dalam darah pasien. Untuk mengurangi zat besi dalam tubuh, pasien juga harus rutin minum obat setiap hari.

Biaya transfusi darah dan obat-obatan yang harus dikonsumsi itu tergolong besar, apalagi hal itu rutin dilakukan seumur hidup.

TAG

Bagikan

Berita Terkait

Tinggalkan Komentar

Berita Terbaru

Berita terpopuler

Add New Playlist