MASAKINI.CO – Letak bangunan satu pintu itu menyempil di sudut pusat keramaian Geurugok, ibu kota Kecamatan Gandapura. Sebuah rak berkelir kuning terpacak di depannya. Di balik rak yang dilapisi kaca, itu tampak tersusun mie berwarna kuning pucat. Potongan ayam kampung. Sekumpulan toge. Irisan seledri. Dan buah kentang rebus telah dipotong dadu.
Hujan pada sore di penghujung November 2022 itu baru saja berhenti ketika kami masuk ke dalam warung. Aroma kaldu udang menyambut kedatangan kami. Kedai ini bernama Warkop Adil ‘Mie Kocok Ajo Geurugok’.
Letaknya di Jalan Medan – Banda Aceh, persis di jantung kota kecamatan Gandapura, Kabupaten Bireuen. Masyarakat setempat lazim menyebutnya Keude (pasar) Geurugok.
Dari pusat ibu kota kabupaten, Keude Geurugok berjarak sekitar 22 kilometer ke arah timur. Namun jika datang dari kabupaten tetangga, Lhokseumawe, butuh waktu tempuh sekitar 45 menit berkendara ke arah barat.
Orang-orang Aceh, terutama yang berasal dari pantai utara-timur sudah tak asing dengan Geurugok. Pusat kecamatan ini punya daya pikat menggoda. Apalagi untuk mereka yang doyan kulineran.

Selain mie kocok, di sana juga ada kuliner lezat Sate Apaleh. Makanan ini sudah santer terkenal di seantero Aceh. Tapi sore itu kami telah memutuskan ingin manjakan lidah dengan Mie Kocok Geurugok.
Mudah sekali mencari keberadaan warung ini. Letaknya memang sebanjar dengan warung sate. Paling sudut ke arah barat dari deretan kedai yang menjajakan sate apaleh.
Lazimnya sebelum di saji, mie kocok yang berbahan dasar tepung itu direbus terlebih dulu. Butuh sekitar 3 menit mie dalam serok logam dicemplung ke air panas. Berbarengan juga dengan toge. Mie kemudian dikocok-kocok agar tak lengket.
Aktivitas peraciknya saat memasak dan mengocok-ngocok mie itulah, yang bikin kuliner ini ditabalkan nama jadi mie kocok.
Lepas tiga menit, mie kemudian ditiris lalu disajikan dalam piring. Selanjutnya daging ayam kampung disuwir kecil. Kentang rebus model potong dadu juga ditaruh sebagai toping. Sejumput seledri ditabur.
Usai memastikan bahan-bahan pelengkap itu ada di piring, sang koki lalu mengguyur mie dengan kuah kaldu udang yang kental. Tak lupa bawang goreng dan kecap asin dibubuh.
“Satu porsi harganya 13 ribu saja,” kata Haris, seorang pekerja di Mie Kocok Ajo Geurugok menjelaskan berapa harga sepiring kuliner itu.
Menurut Haris pelanggan mereka selain warga Geurugok dan sekitarnya, kebanyakan juga adalah pelintas di Jalan Medan – Banda Aceh.
Saban hari warung baru buka melayani pembeli pukul 10 pagi sampai 6 sore. Kadang juga bisa lewat sampai pukul 8 malam. Ini kalau stok mie belum habis.
Menurutnya ratusan piring dalam sehari tersaji. Butuh 30 sampai 50 kilogram mie untuk memenuhi permintaan pengunjung itu. Lain lagi kalau sedang lebaran. Pembeli makin ramai. Persediaan mie ditambah hampir dua kali lipat. Tapi harga tetap bersahabat, Rp13.000 seporsi.
Kalau ingin yang spesial, artinya taburan suwir ayam kampung diperbanyak dan bonus usus atau ampela ayam, harga Mie Kocok Geurugok sedikit naik jadi Rp17.000 saja. Masih cukup ramah di kantong.
Seorang pembeli, Muhammad Nugraha, mengakui kenikmatan mie kocok tersebut. Meski sudah kerap bolak-balik melintas di Keude Geurugok, pria asal Sumatera Barat itu baru kali ini punya kesempatan singgah.

Kala suapan pertama mie khas Geurugok itu mendarat di mulutnya, ingatan Nugraha terlempar pada Mie Belitung. Menurutnya makanan dari dua daerah yang terpisah jauh itu punya kesamaan.
“Mungkin bedanya, kuah Mie Belitung terasa manis,” ujarnya.
Pemikat utama dari Mie Kocok Geurugok kata Nugraha adalah kuah kaldunya yang kental dan gurih. Sensasi ragam bumbu dan cita rasa pedas melekat ketika disantap. “Rasa pedas itu mungkin dari lada putihnya kali, ya,” terkanya.
Setelah sekian kali suapan, Nugraha makin punya alasan mengapa Mie Kocok Geurugok dengan Mie Belitung tak sama. Salah satu negasi pembeda itu terletak pada suwiran ayam kampungnya. Di lidah Nugraha, toping ayam kampung telah digoreng ini terasa gurih kala bersatu dengan kuah kental Mie Kocok Geurugok.
“Makin mantap dan bikin tambah selera makan,” ujarnya seraya menimpali, “seporsi mie ini cukup membuat kenyang.”
Di pusat Keude Geurugok kini yang jual mie kocok makin ramai. Ada tiga warung. Wisatawan bisa singgah untuk mencicipi sajian mie di sana. Waktu yang paling tepat untuk datang adalah siang dan sore hari. Kalau datang malam, nasibnya bisa jadi untung-untungan. Tergantung stok mie masih tersedia atau tidak.
Memang, kuliner yang satu ini hampir setiap daerah di Aceh punya. Namun, Mie Kocok Geurugok yang terletak di Jalan lintas Medan – Banda Aceh tersebut sangat sayang dilewati bagi pecinta kuliner.
Rasa autentik yang kaya akan rempah-rempah khas Aceh, seperti kayu manis, pala, cengkeh, dan lada, itu menyatu dalam sepiring Mie Kocok Geurugok.