Pulau Breueh, Surga Penangkaran Penyu dan Wisata Bahari di Aceh

Pantai di Pulau Breueh, Kecamatan Pulo Aceh, Aceh Besar.

Bagikan

Pulau Breueh, Surga Penangkaran Penyu dan Wisata Bahari di Aceh

Pantai di Pulau Breueh, Kecamatan Pulo Aceh, Aceh Besar.

MASAKINI.CO – Pulau Breueh di Kecamatan Pulo Aceh, Aceh Besar, memiliki sejumlah pantai tempat penyu bertelur. Travelers ke sana selain menikmati keindahan alam juga berkesempatan melihat penyu bertelur atau melepaskan tukik kembali ke laut.

Untuk mencapai Pulau Breueh yang merupakan salah satu pulau berpenghuni di Kecamatan Pulo Aceh, traveler dapat menempuh perjalanan dengan menggunakan kapal nelayan atau kapal feri dari Banda Aceh. Perjalanan ke Pulo Aceh dimulai dari dermaga lama di bawah Jembatan Ulee Lheue Banda Aceh.

Pelayaran ke pulau terluar di Aceh Besar itu memakan waktu sekitar 1,5 jam dengan kapal nelayan menuju Dermaga Gugop di Kemukiman Pulau Breueh, dengan catatan cuaca sedang bagus.

Setiba di Pulau Breueh, traveler dapat menikmati keindahan pantai berpasir putih yang menghadap Samudera Hindia.

Di kawasan ini, masyarakat setempat mengelola lingkungan sekitarnya sebagai lokasi penangkaran penyu sekaligus destinasi wisata. Bahkan di sana masyarakat dari 12 desa membangun Taman Ekowisata berlokasi di Pasi Weung.

Para wisatawan yang datang ke sini diperbolehkan untuk melihat penyu saat naik ke daratan untuk bertelur. Penyu biasanya mulai singgah ke daratan dari Agustus hingga Desember.

Namun, wisatawan dilarang mengambil telur-telur penyu yang berada di Pasi Weung mulai tahun ini. Meski di Pantai Balue belum ada larangan total, namun ada aturan untuk menyiapkan telur penyu yang disisihkan untuk penangkaran.

Lokasi penangkaran penyu dibuat di camp penyi serta Pasi Weung. Setelah menetas, penyu akan dilepas kembali ke pantai. Para wisatawan yang ingin melihat penyu bisa berkunjung ke Pulau Breueh pada periode Agustus hingga Desember.

Jika beruntung, wisatawan juga dapat ikut dalam proses pelepasan penyu bersama-sama dengan anak-anak serta warga di Pulau Breueh.

“Di Pasi Weung, lebih lengkap penyu yang bisa dilihat. Di sana ada penyu hijau, yang merupakan jenis penyu paling langka juga ada penyu belimbing,” kata Pegiat Wisata Pulau Breueh, Fauzi.

Penyu belimbing memiliki tempurung berwarna gelap dengan bintik putih. Panjangnya bisa mencapai 180 sentimeter dengan berat mencapai 500 kilogram.
Penyu belimbing banyak ditemukan di perairan tropis hingga lautan sub kutub. Ketika penyu belimbing bertelur, mereka akan pergi ke pantai daerah tropis.

D. coriacea menghabiskan sebagian besar hidupnya di laut lepas dan hanya naik ke daratan saat akan bertelur dan mereka bisa mengeluarkan telur 60 sampai 129 telur dalam dua sampai tiga tahun.

Sedangkan Penyu hijau (C. mydas) merupakan penyu yang paling sering terlihat di laut tropis. Ciri paling menonjol dari penyu hijau adalah memiliki kepala kecil dan paruh tumpul. Spesies ini memiliki tubuh berwarna abu-abu, hitam, atau kecokelatan.

Nama penyu hijau sendiri berasal dari warna lemak di bawah sisik yang berwarna hijau. Berbeda dengan penyu belimbing yang bisa bertelur empat sampai lima kali per musim, penyu hijau hanya bertelur sekali dalam tiga sampai empat tahun.

Selain menawarkan keindahan pantai dan penangkaran penyu, Pulau Breueh juga memiliki beragam kegiatan wisata bahari lainnya seperti menyelam, snorkeling, memancing, dan mengunjungi pulau-pulau kecil di sekitarnya.

Pengunjung yang ke sana juga dapat menyaksikan matahari terbenam (sunset) di Samudera Hindia pada sore hari sambil menikmati deburan ombak. Pantai Lambaro juga cocok untuk mandi bareng keluarga atau sekadar berswafoto.

Menurut Kadisbudpar Aceh Almuniza Kamal, Pantai Lambaro sangat cocok dijadikan tempat liburan keluarga atau bersama pasangan. Lokasi ini termasuk salah satu lokasi terbaik menikmati sunset di Pulo Aceh.

“Pantai Lambaro adalah salah satu pantai yang saya rekomendasikan untuk teman-teman ke Pulau Aceh. Pantai ini bersih dengan pasir putih serta ombaknya yang tenang,” kata Almuniza.

Bagi anda yang ingin berselancar, dapat mencoba Pantai Balue. Di Pulau Breueh juga tersedia homestay dengan harga berkisar Rp 150 ribu perkamar. Bagi backpacker, kamar dengan harga Rp 50 ribu juga tersedia.

“Di sini cocok untuk keluarga, keren. Ditunggu kedatangannya,” jelasnya.

Selain di Pulau Breueh, lokasi menarik lain di Pulo Aceh adalah Pulau Nasi. Pulau ini dikenal sebagai surga bagi para penyelam.

Di sini terdapat beragam jenis terumbu karang dan keanekaragaman hayati laut yang sangat memukau. Selain itu, Pulau Nasi juga terkenal dengan keindahan pantainya yang masih alami dan sepi. Namun, perlu diingat bahwa fasilitas di Pulau Nasi masih sangat terbatas.

Menurut Almuniza, Pulo Aceh memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai destinasi wisata yang menarik. “Kita ingin mengembangkan Pulau Aceh sebagai kawasan wisata yang berkelanjutan, yang tidak hanya menghasilkan keuntungan ekonomi namun juga menjaga kelestarian lingkungan dan budaya lokal,” ujarnya.

Kesempatan untuk menikmati keindahan alam dan budaya di Pulau Breueh dapat menjadi pengalaman yang tak terlupakan bagi para wisatawan yang berkunjung ke sini.

TAG

Bagikan

Berita Terkait

Tinggalkan Komentar

Berita Terbaru

Berita terpopuler

Add New Playlist