MASAKINI.CO – Rakyat Palestina tengah dilanda kecemasan terkait rancangan undang-undang (RUU) yang berisi rencana pembagian area Masjid Al Aqsa. RUU diajukan Amit Halevi, anggota partai berhaluan kanan, Likud, yang dalam beberapa hari ke depan diserahkan ke parlemen Israel (Knesset).

Perdana Menteri Palestina Mohammed Shtayyeh berharap bantuan negara-negara Muslim di antaranya Turki, Malaysia, Indonesia, dan Mesir untuk mencegah penerapan undang-undang tersebut di kemudian hari.

Membagi area Al Aqsa, menurutnya akan memicu kemarahan luas. ”Dampaknya tak bisa diprediksi karena kesakralan dan nilai agama atas Al Aqsa bagi Palestina, Arab, dan Muslim,” katanya dilansir dari arabnews, Selasa (13/6/2023).

Mohammed Shtayyeh menyerukan negara-negara Arab, dunia Islam, dan internasional bertindak untuk mencegah hal tersebut. Tak hanya kecaman, tapi menjatuhkan sanksi yang akan mencegah perubahan status Al Aqsa dan kekerasan di situs suci Islam dan Kristen di Yerusalem.

RUU ini akan memecah Al Aqsa menjadi wilayah bagi Muslim dan Yahudi. Halevi mengusulkan dalam RUU itu, area yang diperuntukkan bagi Yahudi membentang dari halaman Dome of the Rock hingga ujung batas utara Al Aqsa.

Pemecahan daerah ini akan mengubah identitas Islam di Al Aqsa dan kesulitan pada aula shalat Al-Qibli. Ini seperti yang terjadi pada Masjid Ibrahim di Hebron yang juga pecah, 75 persen wilayah untuk Yahudi sedangkan sisanya bagi Muslim.

Draf ini akan memperbolehkan pemeluk Yahudi memasuki kompleks Al Aqsa dari semua gerbang. Bukan lagi secara khusus dari Gerbang Maroko, yang selama ini dikendalikan penuh oleh Israel dan warga Palestina tak bisa mengaksesnya.

Palestina meyakini rencana ini merupakan permulaan proyek besar dan bahaya Israel terkait Al Aqsa yang akan menyeret konflik Palestina-Israel ke dalam perang agama. Memperluas kekerasan di wilayah Palestina.