MASAKINI.CO – Mulanya sekedar hobi gadis belia. Dilakoni sejak duduk di bangku sekolah menengah pertama. Beranjak remaja, ia mulai merintis usaha.
Perempuan ini Akmil Muna namanya. Di Aceh, ia penjahit busana ternama. Usianya baru 32 tahun, tapi karyanya menarik pelanggan dari berbagai penjuru nusantara.
“Awalnya hanya menyalurkan hobi menjahit dan belajar secara otodidak,” kata Akmil Muna kepada masakini.co, Sabtu (17/6/2023).
Merintis usaha secara perlahan, Emie kerap menjahit baju pesta untuk keperluan pribadi. Tapi jagat maya membuatnya tersohor, hingga order berdatangan.
Emie bercerita, dirinya memulai usaha dengan mamanfaatkan rumahnya di Sibreh, Kecamatan Suka Makmur, Aceh Besar untuk dijadikan sebagai tempat menjahit pada tahun 2011 silam.
Saat itu, ia yang masih belum terima orderan dalam jumlah banyak sehingga nekat mengikuti les kustum untuk memantapkan ilmunya.
“Kustum hanya 10 hari, kemudian baru menerima orderan,” ujarnya.
Meskipun terlahir dari yang keluarga berlatar belakang Pegawai Negeri Sipil (PNS) tak membuat Emie memanjakan diri. Ia nekat tetap harus menghasilkan uang dari kerja kerasnya.
Semakin dipelajari, Emie semakin kepincut untuk menekuni sebagai seorang penjahit. Sehingga ia mengembangkan busana dengan menjahit beragam model yang tren di masanya.
Seiring bertambahnya usia, pada tahun 2016 Emie mulai mengepakkan sayapnya dengan mempromosikan hasil jahitannya di Media sosial seperti Facebook dan Instagram. Bahkan ia mulai mengembang desain busana yang berbeda dari yang lainnya.
Emie yang sekaligus berprofesi sebagai guru Bimbingan Konseling di MAN 1 Aceh Besar ini sempat tidak mendapatkan dukungan dari keluarga. Pasalnya Emie yang merupakan sarjana Psikologi digadang-gadang juga mengikuti jejak orang tua yakni PNS.
“Padahal ibu dan nenek saya juga bisa menjahit hanya saja sudah tidak aktif lagi, bahkan sebelumnya saya tidak mendapat dukungan saat memulai bisnis ini,” tukasnya.

Jatuh bangun kerap ia rasakan, kala itu usahanya yang masih seumur jagung tak membuat Emie patah semangat. Kegigihan ia mempromosikan busananya membuahkan hasil. Orderan kian memenuhi list, bahkan orderan dari luar daerah semakin mendominasi.
Desain dan gaya jahitnya makin diminati banyak orang, mulai dari masyarakat biasa hingga pesohor.
Karena tak memungkinkan lagi bekerja di rumah, pada tahun 2019 ia membuka sebuah toko konveksi yang berlokasi di Aneuk Galong, Kecamatan setempat.
“Saat itu banyak juga yang jahit baju di sini mulai dari pejabat-pejabat di Banda Aceh, Meulaboh, hingga Gayo Lues,” sebutnya.
Bekerja sebagai bentuk pembuktiannya kepada orang tua, Emie mengaku dirinya mampu mendapatkan penghasilan hingga Rp2 juta setiap harinya.
Karena orderan semakin membludak, dan sudah tak sanggup untuk kerja sendiri, akhirnya tahun 2021 hingga sekarang Emie pindah ke toko yang berada di Jalan Rel Kereta Api, Lambaro, Kecamatan Ingin Jaya.
Usahanya semakin dikenal, pembuatan busana-busana mewah hingga keluar daerah itu cukup menguras waktu istirahat. Kini dengan bantuan 20 karyawan, mereka mampu menyelesaikan ratusan baju pelanggan setiap bulannya.
Emie menyebutkan, 20 karyawan itu terbagi dari 10 penjahit, sembilan pemayet dan satu orang yang mengurus bagian administrasi.
“Satu orang karyawan mampu menyelesaikan dua baju setiap harinya, artinya setiap hari kami mampu siapkan 20 baju,” katanya.
Di balik cerita penggunaan nama Emiezein pun cukup menarik. Di mana kata itu diambil dari kata Emie yang merupakan namanya sendiri, dan Zein merupakan nama Ayah kandungnya. Menurutnya penggunaaan nama orang tua dalam usaha dapat memberikan keberkahan pada usaha yang telah ia rintis dari nol itu.
Kini, bekerja sebagai penjahit, Emie mampu meraup omzet hingga puluhan juta per bulan.
“Itu tapi tergantung dari permintaan konsumen, jika Lebaran dan banyak yang mengadakan pesta tentu orderannya semakin banyak, tapi paling minim Rp25 juta,” imbuhnya.
Emie menuturkan, di Emiezen konsumen tidak hanya dari Aceh Besar dan Banda Aceh saja, namun konsumen luar daerah hingga luar negara pun sangat mendominasi seperti dari Jawa, Sulawesi, Papua, Jakarta, Malaysia dan Brunei Darussalam.
Untuk prosedurnya sendirinya, lanjut Emie, konsumen hanya dapat mengirim ukuran baju dan model yang diinginkan. Selebihnya Emie akan berusaha memberikan yang terbaik kepada pelanggan.
“Untuk pelanggan luar daerah biasanya kami akan berkomunikasi via smartphone, dan juga melakukan video call untuk menentukan model apa yang cocok bagi konsumen,” tutupnya.