MASAKINI.CO – Petani palawija di Bener Meriahkan keluhkan mahalnya harga pupuk non subsidi. Namun para pedagang mengaku harga pupuk sedang turun walau tidak signifikan.
Data yang dihimpun masakini.co di Pasar Simpang Tiga, Kecamatan Bukit, Kabupaten Bener Meriah, pedagang menjual NPK Basf Rp710 ribu per sak dengan eceran Rp14 ribu per kilogram.
Sementara pupuk Intek dijual Rp870 ribu per sak dengan eceran Rp19 ribu per kilogram, NPK 16 16 16 Rp735 ribu persak dan ecerannya Rp16 ribu per sak. Berikutnya pupuk SS tawon dijual Rp510 ribu per sak atau harga eceran Rp11 ribu per kilogram.
“Keempat jenis pupuk tersebut lazim digunakan petani palawija sebagai pupuk tanaman mereka mulai dari fase vegetatif sampai masa generatif,” kata pedagang pupuk, Muhammad Rijal, Jumat (25/8/2023).
Menurut Rijal harga pupuk telah mengalami penurunan. Tiga bulan lalu, NPK Basf dijual Rp785 ribu per sak, Intek Rp825 ribu per sak, NPK 16 16 16 Rp820 ribu per sak dan SS Tawon Rp680 ribu per sak.
Ada beberapa faktor penyebab mahalnya harga pupuk non subsidi kata Rijal, seperti naiknya harga BBM yang berimbas meningkatnya biaya operasional.
Selain itu, konflik antara Rusia dan Ukraina ikut mempengaruhi. Rusia merupakan salah satu penghasil bahan baku pembuatan pupuk KCL terbesar di dunia.
Petani tomat di Bener Meriah, Sabardi keluhkan mahalnya pupuk saat ini. Harga pupuk tinggi, membuatnya terpaksa keluarkan modal lebih besar.
Sabardi mengaku, sebelumnya mengeluarkan modal sekitar Rp4 juta sampai Rp4,5 juta. Kini untuk kebutuhan bibit, pupuk dan perawatan merogoh kocek minimal Rp6 juta.
“Tidak masalah harga pupuk mahal bila harga panen petani stabil. Nyatanya tidak demikian. Tahun lalu harga tomat pernah dihargai seribu per kilogram,” ucap Sabardi.(Mag.Antoni)