MASAKINI. CO – Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh mencatat realisasi luas panen padi di Aceh tahun 2022 sekitar 214.318 ribu hektar sementara pada Januari hingga Agustus 2023 mencapai 181.766 hektar.
Sementara jika dibandingkan dengan potensi pada September dan Oktober 2023, maka luas lahan panen mencapai 216.453.
Artinya dari jumlah tersebut mengalami kenaikan sebesar 1 persen atau 2.136 hektar jika dibandingkan luas panen tahun 2022.
“Sebenarnya dari data Juli BPS bisa memperhitungkan potensi untuk Agustus, September dan Oktober. Jadi dari Januari – Oktober potensinya jika dibandingkan pada tahun 2022 maka tahun ini ada kenaikan,” kata Statistisi Ahli Madya BPS Aceh Andariati Afrida di Banda Aceh, Jumat (8/9/2023).
Sementara untuk angka produksi, Andariati menyebutkan ada penurunan jumlah produktivitas jika dibandingkan pada tahun 2022 sebesar 0,08 persen.
Meskipun belum final pada tahun 2023, ia menerangkan angka itu belum pasti. Apalagi pihaknya masih mendata angka potensi hingga Oktober.

“Data potensinya masih sampai Oktober, jadi kalau hingga Desember mendatang itu belum bisa diprediksi,” ucapnya.
Penurunan itu disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi, seperti dampak kekeringan yang terjadi di Aceh pada tahun ini. Sehingga katanya banyak daerah-daerah yang mendapatkan hasil panen tidak optimal.
Tak hanya itu, Andariati menyebutkan, faktor penurunan juga disebabkan oleh l rusaknya saluran irigasi di wilayah Aceh Utara. Apalagi Aceh Utara menjadi wilayah penyumbang produksi padi dan beras terbesar di Aceh.
“Hampir 50 persen beras di Aceh dari Aceh Utara. Jadi jika terganggu di sana maka produksi beras kita juga dalam gangguan,” jelasnya.
Ia menerangkan, dari produksi tahun 2021 ke 2022 penurunan produksi Gabah Kering Giling (GKG) mencapai 7,6 persen atau 130 ribu ton.
Namun jika dilihat dari potensi hingga Oktober 2023, maka ada peningkatan 1 persen sehingga sedikit berimbang.
“Semoga saja dengan target 1,7 ton produksi padi bisa tercapai, karena hingga saat ini masih terealisasi hingga 1,1 ton,” sebutnya.
Kemudian, Andariati menyampaikan untuk harga gabah ditentukan sejalan dengan produksi padi. Apabila produksi rendah maka harga yang beli bakal merangkak naik, begitupun sebaliknya.
“Seperti pada Januari 2023 harga gabah dibeli Rp5.927 ribu per kilogram. Seiring berjalannya bulan hingga Agustus, gabah dibeli dengan harga Rp6.322 ribu karena produksinya rendah,” imbuhnya.