Gurihnya Cuan Kerupuk Singkong Regar

Khairudin Siregar, pemilik usaha kerupuk singkong di Kampung Tingkem Bersatu, Kecamatan Bukit, Kabupaten Bener Meriah (Syah Antoni/masakini.co)

Bagikan

Gurihnya Cuan Kerupuk Singkong Regar

Khairudin Siregar, pemilik usaha kerupuk singkong di Kampung Tingkem Bersatu, Kecamatan Bukit, Kabupaten Bener Meriah (Syah Antoni/masakini.co)

MASAKINI.CO – Khairuddin Siregar terlihat sibuk membalik ratusan kerupuk singkong yang baru saja dibuatnya pagi tadi. Terik matahari tak dihiraukannya.

Kerupuk-kerupuk itu diletakkan di atas meja sepanjang lima meter dan lebar sekitar satu meter. Satu meja bisa menampung puluhan kerupuk singkong siap jemur.

Regar menetap di Kampung Tingkem Bersatu sejak tahun 1986. Namun baru membuka usaha pengolahan kerupuk singkong 2015 lalu. Regar mendapat ide usaha tersebut dari sang istri yang mahir mengolah singkong.

Sementara istrinya, pewaris resep mengolah singkong dari orang tuanya. Istri Regar berasal dari keluarga penjual aneka olahan singkong di Kampung Gading Isak, Aceh Tengah.

Menurut Regar, selama berjualan kerupuk singkong ia berhasil membeli sepetak tanah. Di sana ia mendirikan rumah tempat mengembangkan lagi usaha kecilnya tersebut.

Selain membuat kerupuk singkong, Regar juga beternak ikan dan unggas. Bagian samping rumah disulapnya menjadi kolam ikan dan kandang unggas. Hasil ternak juga menjadi sumber cuan baginya.

Usaha kerupuk Regar mampu menghabiskan 30 sampai 50 kilogram singkong tiap harinya. Singkong – singkong tersebut ia tanam sendiri. Bila tak cukup, ia membeli singkong dari petani sekitar.

Dalam sehari, ia dan istri memproduksi 10 sampai 20 kilogram kerupuk singkong siap goreng. Tergantung cuaca, karena usaha pembuatan kerupuk singkong tersebut masih dilakukan secara manual.

“Yah tergantung cuaca lah. Kalau cerah bisa sampai 20 kilogram sehari. Kalau sebaliknya, palingan 5 sampai 10 kilogram perhari,” kata Regar.

Kerupuk singkong dipatok Rp30.000 per kilogram. Bila menghasilkan 10 kilogram saja perharinya. Regar mampu meraup cuan sembilan juta rupiah. Nominal tersebut tergolong besar untuk usaha kelas rumahan.

Pemasaran skala lokal

Selama ini produk singkong buatan Regar hanya dipasarkan di rumah. Kerupuk olahannya kebanyakan dipesan warga yang hendak menggelar hajatan. Pelanggan berasal dari kampung-kampung sekitaran Kecamatan Bukit, Bener Meriah.

Pesanan lazimnya diambil langsung pembeli setelah kering atau siap goreng. Kerupuk biasanya dipesan beberapa hari sebelum hajatan untuk memastikan ketersediaan stok.

Untuk pemasaranpun belum mengalami kendala yang berarti. Regar malah sering kualahan memenuhi pesanan pelanggan karena pembuatan kerupuk hanya dilakukan berdua bersama istri.

“Kadang kami berdua kualahan memenuhi pesanan pelanggan. Ada rencana merekrut orang bekerja di sini tapi urung terlaksana. Padahal bagus ya, bisa memberi pekerjaan ke orang lain,” ucapnya.

Kerupuk buatan Regar punya daya tarik tersendiri bagi pelanggannya. Tidak mengandung bahan kimia, berupa penyedap rasa atau pewarna tertentu dalam proses pengolahannya.

Selain itu, sensasi rasa gurih dan nikmat kata Regar karena pemarutan singkong masih dilakukan secara manual menggunakan parutan kelapa.

Pemarutan singkong secara modern dapat mengurangi cita rasa kerupuk singkong, karena unsur kanji yang dikandung singkong banyak terbuang sia-sia.

“Memenuhi kepuasan dan kepercayaan pelanggan nomor satu. Jangan sampai usaha yang kami rintis sejak lama tersendat akibat rasa kecewa pelanggan. Semoga usaha kami dikenal masyarakat luas tidak hanya tingkat dusun atau kampung,” seloroh Regar.

TAG

Bagikan

Berita Terkait

Tinggalkan Komentar

Berita Terbaru

Berita terpopuler

Add New Playlist