MASAKINI.CO – Menjelang panen raya, kasus pencurian kopi di Bener Meriah dan Aceh Tengah makin sering terjadi. Hal tersebut membuat sebagian petani was-was.
Agar kebunnya tidak dijamah pencuri, sejumlah petani melakukan penjagaan di kebun kopi mereka.
Aman Rida, Seorang petani kopi di Kampung Tingkem Bersatu, Kecamatan Bukit, Bener Meriah mengaku hampir saban hari dirinya berada di kebun. Bahkan baru pulang menjelang malam.
“Benar, jam pulang tidak menentu. Kalau sekitaran kebun sepi, kadang pulang sebelum atau sesudah magrib,” ungkap Aman Rida saat Masakini.co berkunjung ke kebunnya di Kampung Kutekering, Kecamatan Bukit, Rabu (8/11/2023).
Maraknya kasus pencurian kopi akhir-akhir ini membuatnya resah. Pasalnya musim panen raya sebelumnya, kopi petani lain di kebun yang berbatasan dengan kebunnya beberapa kali disatroni maling.
Seminggu sebelum panen, waktu yang paling sering para maling menjalankan aksinya. Sebab pada periode tersebut, kopi sedang memerah.
“Panen biasanya dilakukan dua minggu sekali. Nah, penjagaan intens dilakukan pada minggu kedua pasca panen. Saat itu kopi- kopi kembali memerah dan siap petik,” katanya.
Harga kopi merah atau gelondong yang cukup tinggi, kata Aman Rida, membuat pencuri makin semangat melancarkan aksinya. Saat ini harga kopi arabika Gayo dihargai hingga Rp17 ribu perbambu.
Ia berharap, kasus pencurian semakin berkurang karena momen panen kopi sangat dinantikan petani. Karena hasil panen menjadi tumpuan ekonomi sebagian besar masyarakat di dataran tinggi Gayo.
“Petani menggunakan hasil panen untuk kebutuhan sehari-hari. Kebutuhan dapur, keperluan berobat bahkan membayar biaya sekolah anaknya. Bayangkan betapa kecewanya petani saat hendak memetik kopi namun sudah dipetik duluan,” pungkasnya.