Ramlah Sikumbang, Pewaris Takhta Tukang Urut Keluarga

Ruko tempat Ramlah Sikumbang praktik pengobatan tradisional.(Rino Abonita/masakini.co)

Bagikan

Ramlah Sikumbang, Pewaris Takhta Tukang Urut Keluarga

Ruko tempat Ramlah Sikumbang praktik pengobatan tradisional.(Rino Abonita/masakini.co)

MASAKINI.CO – Ramlah Sikumbang meneruskan estafet keluarga: bekerja di dunia pengobatan tradisional khusus patah tulang dan terkilir.

Lahir di Krueng Kalee, Aceh Selatan, Juni 1977 silam, Ramlah kecil kerap membantu sang kakek, Tengku Syekh Bilal Ali. Kakeknya, tukang urut patah tulang dan terkilir kesohor. Pasiennya bejibun.

Ramlah kecil sering disuruh menggiling rempah-rempah untuk obat balur pasien. Dari sini ia mulai menghafal campuran bahan-bahan rahasia. Resep keluarga khusus patah tulang dan terkilir.

“Dulu waktu kecil sering disuruh. Dari kelas dua sekolah dasar,” Ramlah memulai kisahnya.

Sang kakek pun dengan senang hati memberi kesempatan bagi cucunya, membantu lebih jauh bila jumlah pasien yang datang membludak. Namun Ramlah masih ragu-ragu.

“Ketika ramai orang, disuruh tangani sebisanya. Saat itu sudah kelas empat SD dan ramai pasien. Pegang sedikit-sedikit. Disuruh tarik. Sambilan belajar,” tutur Ramlah.

masakini.co menemui Ramlah di rukonya, Rabu malam (17/1/2024). Itu menjadi rumah sekaligus tempat praktik pengobatan tradisional khusus patah tulang dan terkilir miliknya. Berada di Lamlagang, Banda Aceh.

Sebuah spanduk dipampang di atas pintu ruko. Tulisan “Ramlah Sikumbang” sengaja ditonjolkan agar calon pasien tidak salah alamat. Selebihnya hanya penjelasan mengenai jenis keluhan yang akan ditangani.

Malam itu sepasang suami istri datang berkunjung. Sepertinya pasien lama. Ramlah memberi kode agar yang perempuan segera menuju ke balik tirai penyekat, berbaring di atas ranjang kayu.

“Ada rasa sakit di bagian pinggang,” keluh perempuan itu kepada Ramlah.

“Lebih sakit lagi kalau tidak punya pinggang, kan?” Ramlah menyambar keluhan pasiennya dengan celetukan-celetukan asbun.

Keluarga Ramlah, baik dari pihak ayah maupun ibu, diisi silsilah tukang urut. Namun, ibu tiga anak ini lebih banyak belajar teknik mengurut patah tulang dan terpelecok dari sepupu ibunya yang ia panggil ‘ibu asuh.’ Ainun namanya.

“Dari umur tiga bulan sampai enam tahun saya diasuh sepupu ibu. Sewaktu sudah mulai beranjak remaja juga masih diajarin. Caranya begini dan begini. Supaya pasien tidak sakit,” Ramlah memperagakan, menarik jempol dan telunjuknya ke atas lengan.

Ramlah Sikumbang.(Rino Abonita/masakini.co)

Setelah menikah dengan seorang tentara bernama Ridwan, Ramlah hampir melupakan darah tukang urut yang mengalir dalam nadinya. Hingga suatu hari ia ditampar kenyataan: tidak ada satu pun tukang urut yang berani mengambil tanggung jawab mengobati anaknya yang baru kecelakaan.

Doni, anak laki-laki Ramlah waktu itu baru berumur lima tahun tiba-tiba diantar guru taman kanak-kanaknya dalam kondisi baju kotor penuh tanah. Sepertinya habis bermain pasir. Ramlah yang tidak menangkap gelagat aneh anaknya berniat mengganti baju.

Ia agak kesusahan sewaktu menyorong keluar tangan anaknya dari lengan baju panjang itu. Agaknya tersangkut sesuatu. Alangkah terkejutnya pas ia tahu bahwa benda yang menahan lengan anaknya, ternyata tulang siku dan lengan yang menyembul keluar membentuk huruf X.

“Pas mau buka baju sudah tidak bisa dibuka lagi. Sudah tertahan oleh tulang. Anak saya tidak teriak. Suaranya hilang. Saya terkejut,” tutur Ramlah.

Hari itu juga, Ramlah langsung membawa lari anak keduanya tersebut ke salah seorang tukang urut di pusat kota Banda Aceh. Melihat kondisi tulang yang telah menyembul dari siku seperti itu, si tukang urut pun angkat tangan. Begitu juga dengan tukang urut selanjutnya.

Kedua tukang urut yang didatangi Ramlah tidak ada yang mau ambil risiko. Ramlah panik bukan main. Anehnya, kedua tukang urut yang serentak menolak sama-sama berpesan bahwa satu-satunya orang yang bisa mengobati bocah malang itu, hanya Ramlah: ibunya sendiri.

Ramlah kalang kabut. Memang dulu dirinya pernah belajar teknik urut patah tulang dan terkilir dari keluarga, tetapi ia merasa belum khatam.

Di tengah rasa bingung yang bercampur panik, serta perasaan kalut demi melihat kondisi lengan anaknya, Ramlah pun menghela napas panjang. Mau atau tidak mau, ia harus turun tangan. Dengan segala konsekuensinya.

“Saya paskan posisinya, terus saya tarik,” tutur Ramlah.

Ramlah tidak bisa membayangkan bunyi kerutup dari tulang yang saling berdetas ketika ia menarik lengan Doni, anaknya. Bocah itu memekik. Sebuah teriakan yang bikin hati seorang ibu kian ngilu.

“Pertama kan, anak. Kedua tidak tega. Tarikannya pelan-pelan. Enggak sekali tarik. Sebab anak kecil,” ujar Ramlah.

Setelah menilai adanya perubahan, Ramlah pun segera membalut lengan buah hatinya dengan kain penyangga, lalu memacu sepeda motornya ke pasar. Kini ia harus menemukan sejumlah bahan untuk obat lanjutan. Resep rahasia.

Simsalabim, keesokan paginya lengan bocah tersebut tampak mulai membaik. Lumayan bisa digerakkan. Walaupun sedikit demi sedikit.

“Dalam satu minggu, Alhamdulillah pulih,” kata Ramlah.

Kabar Ramlah berhasil mengobati lengan anaknya yang patah dalam waktu yang tergolong singkat tersebar dari tetangga ke tetangga. Rasa penasaran pun mulai berdatangan beriringan dengan banyaknya jumlah pasien yang ingin berobat. Ramlah Sikumbang, si ahli patah tulang dan terkilir pun langsung lekat pada bahunya.

Sejak 2002 hingga diwawancara oleh masakini.co, Ramlah sudah berganti tempat praktik sebanyak tiga kali. Yang pertama dan kedua berlokasi di Neusu. Ketiga di Lamlagang.

“Kalau satu tahun itu 365 hari, kita hitung saja satu hari dua orang,” sebut Ramlah, menjawab pertanyaan soal jumlah pasien yang ditangani.

Madu dan minyak urut ramuan tradisional racikan Ramlah Sikumbang.(Rino Abonita/masakini.co)

Ia pun mengaku tidak pernah mematok harga. Kebanyakan angka yang dilontarkan kepada para pelanggan selalu memperhatikan tingkat kesulitan kasus serta status. Selain itu, Ramlah juga menjual minyak urut buatan sendiri.

“Minyak obat rempah-rempah. Minyak bisa dibeli Rp50 ribu. Paling kecil harga Rp200 ribu,” sebut Ramlah.

Selain menjual minyak hasil olahan sendiri berdasarkan resep keluarga, Ramlah juga menyediakan madu. Termasuk jenis madu kelulut atau dalam masyarakat Aceh dikenal dengan sebutan madu linot. Harganya pun pasaran.

Satu hal yang diakui oleh Ramlah membuat ia dipandang anomali dibanding tukang urut lain, yakni caranya dalam menanggulangi pasien terutama dengan keluhan terkilir yang terkesan ekstrem. Ia pernah tanpa ba-bi-bu menghantamkan kepalan tangannya ke lutut pasien yang sedang sakit.

Itu kesannya amat kasar dan serampangan. Tapi aneh bin ajaib, berdasarkan pengakuan seorang mantan pasien yang pernah berobat, sakit karena terkilir barusan seakan sembuh seketika. Tentu saja ini dibarengi dengan pengolesan minyak buatan Ramlah secara rutin.

“Itu sebenarnya supaya tidak diketahui pasiennya sakit. Langsung tarik terus. Kalau tahu pasiennya sakitnya, nanti uratnya ditahan. Tegang ototnya, tidak bisa balik,” kata Ramlah menjawab soalan tersebut.

Metode ini tentu tidak berlaku bagi pasien patah tulang. Pendekatan untuk setiap pasien juga berbeda-beda. Beberapa kali ia bertemu pasien dengan kasus tengkorak retak hanya diolesi minyak secara rutin saja.

Apakah Ramlah menurunkan legasi sebagai keluarga dengan silsilah tukang urut kepada anak-anaknya? Ramlah tersenyum. Jawabannya iya.

“Kalau saya yang patah, tidak diurut sama orang lain. Diurut sama anak. Sering (terjatuh) di tangga itu. Ini patah dua bagian,” Ramlah menunjuk bagian luar tapak kakinya.

Namun, Ramlah tentu tidak akan menampakkan kondisi kakinya di depan para pasien. Apa kata mereka nanti? Karena itu ia selalu mengenakan kaus untuk menyembunyikan kakinya yang sakit.

“Jangan terkejut pasien nanti,” Ramlah terkekeh.

Menjadi tukang urut khusus patah tulang dan terkilir sudah dijalaninya 20 tahun lebih. Pahit manis dirasakannya. Karena memberi kelonggaran bagi pasien untuk membayar setengah harga terlebih dahulu, Ramlah sering kecele.

“Kalau (pasien) yang tidak kenal, ya, tidak balik lagi untuk membayar sisa uangnya,” ujar Ramlah.

TAG

Bagikan

Berita Terkait

Tinggalkan Komentar

Berita Terbaru

Berita terpopuler

Add New Playlist