MASAKINI.CO – Selama bulan Ramadan 1445 Hijriah, warga yang beribadah di Masjid Tuha Indrapuri meningkat. Selain mendekatkan diri pada Allah lewat amalan wajib dan sunah, warga juga belajar sejarah Islam di Aceh.
Rahmat Sentosa, seorang warga Jantho, Aceh Besar seorang diantaranya, ia mengaku sengaja mengunjungi Masjid Tuha Indrapuri untuk merasakan sensasi beribadah yang berbeda.
āKebetulan sudah sampai waktu Zuhur, jadi sekalian membawa keluarga ke sini,ā kata Rahmat saat ditemui masakini.co.
Rahmat membawa anak dan istrinya menunaikan shalat zuhur di masjid yang berdiri di atas bangunan peninggalan kerajaan Lamuri itu.
Baginya itu menjadi pengalaman kedua, setelah tahun lalu sempat berkunjung untuk melaksanakan ibadah. Namun berbeda bagi istri dan anaknya, kemarin menjadi pertama kali mereka menginjakkan kaki di Masjid Tuha.
Memiliki nuansa sejuk saat memasukinya, memberikan kesan daya tarik tersendiri bagi Rahmat. Meski harus menempuh perjalanan yang lumayan jauh, keinginan beribadah yang khusyuk terbayarkan saat tiba di sana.
āIni terasa dapat menambah semangat beribadah dan berpuasa,ā ucap Rahmat, Minggu (24/5/2024).
Masjid Tuha Indrapuri ini berada di Gampong Pasar Indrapuri, Kecamatan Indrapuri, Aceh Besar.
Rahmat terlihat begitu semangat menggali informasi sejarah Masjid Tuha kepada seorang pengurus.
Selain kuat dari segi sejarah, Masjid Tuha Indrapuri memiliki arsitektur yang berbeda dari masjid modern. Marmer yang begitu sejuk serta ukiran-ukiran indah yang terpahat dari kayu.
Lafaz kalamullah menghiasi sejumlah sisi. Tiang-tiang kayu jadi penopang, tanpa dipaku berdiri kokoh di dalam bangunan masjid.
Kedatangan Rahmat bersama keluarga juga dijadikan waktu belajar dan mengenal sejarah bagi anaknya. Apalagi sejarah Masjid Tuha Indrapuri, kata dia telah dipelajari saat duduk di bangku sekolah.
āDan ini juga cocok sebagai wisata edukasi saat kita kunjungi saat Ramadan,ā tuturnya.

Rahmat mengaku bakal terus mengunjungi Masjid Tuha Indrapuri ini, tak hanya melaksanakan salat fardhu juga berkeinginan untuk melaksanakan Salat Ied Idul Fitri.
āKarena di sini lebih menimbulkan sentuhan-sentuhan rohani yang berbeda dari masjid lain, itu yang kita rasakan,ā ucapnya.
Masjid Tuha Indrapuri tak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai cagar budaya yang dilindungi pemerintah.
Masjid ini terus dirawat dan dijaga kelestariannya sebagai warisan sejarah yang tak ternilai harganya.
Selama bulan Ramadan, selain menunaikan salat lima waktu, salat tarawih, tadarus, pesantren kilat, buka puasa bersama dari berbagai dayah atau pesantren di sekitarnya.
Menurut pengurus Masjid Tuha Indrapuri, Ismawardi, masjid peninggalan zaman Hindu ini mengalami peningkatan kunjungan selama Ramadan.
āKalau biasanya jamaah dari warga lokal, sekarang dari daerah lain juga datang ke sini,ā sebutnya.
Bahkan selain pengunjung dari Aceh, wisatawan dari negara jiran Malaysia tak pernah absen untuk berkunjung untuk mempelajari seluk beluk bangunan bertingkat ini.
āSangat ramai, tiap bulan pasti ada,ā sebutnya.
Berbeda dengan masjid pada umumnya, bangunan Masjid Tuha Indrapuri menyimpan kisah masa lalu yang tak biasa.

Konon, Masjid ini dibangun di atas bekas bangunan candi Hindu-Buddha peninggalan Kerajaan Lamuri yang diperkirakan berdiri sejak abad ke-12 Masehi atau 600 Masehi.
Uniknya, atap masjid berbentuk limas segi empat, dengan lima titik sudut yang tiang-tiangnya terpacak di atas keramik. Di dalamnya terdapat 36 tiang berbahan kayu.
Namun seiring waktu berjalan, benteng tersebut dihancurkan beberapa bagian. Sehingga dibangunkan Masjid Tuha Indrapuri pada masa pemerintah Sultan Iskandar Muda pada 1607-1636 Masehi.
Bahkan, Masjid ini pernah digunakan sebagai tempat penobatan Sultan Muhammad Daud Syah pada tahun 1878 Masehi, yang merupakan Sultan Aceh terakhir. Pemerintah telah menetapkan sebagai cagar budaya.