Udara Panas, AC Laku di Banda Aceh Seperti Beli ‘Kacang Rebus’

Etalase berbagai merek AC di sebuah toko elektronik di Jalan Mohd. Jam, Kota Banda Aceh. (foto: masakini.co/Alfath)

Bagikan

Udara Panas, AC Laku di Banda Aceh Seperti Beli ‘Kacang Rebus’

Etalase berbagai merek AC di sebuah toko elektronik di Jalan Mohd. Jam, Kota Banda Aceh. (foto: masakini.co/Alfath)

MASAKINI.CO – Suhu udara yang panas mendera Aceh sejak pertengahan Maret atau awal bulan Ramadan 1445 Hijriah lalu. Tak hanya pada siang hari, suhu panas pun terasa hingga malam, terutama di Kota Banda Aceh dan sekitarnya.

Kondisi ini mendorong banyak warga Aceh membeli air conditioner atau AC. Toko elektronik di Jalan Mohd. Jam, Kota Banda Aceh, pun kebanjiran pembeli alat pendingin ruangan itu.

“Orang beli AC seperti membeli kacang rebus. Banyak sekali. Dalam sehari toko kami menjual lima unit AC. Paling rendah tiga unit sehari,” kata Azwar, seorang pekerja toko elektronik di Jalan Mohd. Jam kepada masakini.co, Rabu (1/5/2024).

Menurut Azwar, ramai-ramai warga membeli AC ini telah terjadi sejak awal bulan Ramadan hingga sekarang. Pembelinya bukan saja datang dari Banda Aceh, melainkan juga daerah tetangga seperti; Aceh Besar, Sabang, dan Aceh Jaya.

“Sebulan toko kami laku 50 unit AC,” ungkapnya.

Dia menyebut harga AC yang dijual di toko tempatnya bekerja bervariasi. Mulai dari harga Rp3 juta hingga Rp5 juta-an tergantung merek. Kendati demikian, banyak warga membeli AC yang spesifikasinya hemat listrik. “Barang tidak terduduk di toko. Sehari baru masuk langsung laku,” ujarnya.

Sementara itu Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Stasiun Meteorologi Kelas I Sultan Iskandar Muda menjelaskan dalam sepekan terakhir suhu udara di Aceh menyentuh 26 Celcius pada malam hari. Padahal suhu udara yang normal antara 24-25 Celcius.

Prakirawan BMKG Kelas I Sultan Iskandar Muda, Muhammad Rafli, mengatakan suhu udara ini dipengaruhi tutupan awan tebal di malam hari, karena suhu yang keluar dari permukaan bumi terperangkap oleh awan sehingga suhu panas tak dapat naik ke atas atmosfer.

Kemudian, adanya pengaruh kecepatan angin yang rendah yang dapat mempengaruhi atau menyebabkan kelembaban yang cukup tinggi dan mengakibatkan suhu udara lebih lembab, serta panas daripada biasanya.

“Itulah faktor suhu udara panas atau gerah saat malam hari,” terang Rafli kepada masakini.co, Selasa (30/4/2024) kemarin.

TAG

Bagikan

Berita Terkait

Tinggalkan Komentar

Berita Terbaru

Berita terpopuler

Add New Playlist