Pasukan Hijau, Penjaga Jatim di Tribun PON XXI Aceh-Sumut

Pebasket Jatim menyapa suporter Jatim usai mengalahkan Bali di PON XXI Aceh-Sumut 2024 | foto: Ichsan Maulana (ICM)

Bagikan

Pasukan Hijau, Penjaga Jatim di Tribun PON XXI Aceh-Sumut

Pebasket Jatim menyapa suporter Jatim usai mengalahkan Bali di PON XXI Aceh-Sumut 2024 | foto: Ichsan Maulana (ICM)

MASAKINI.CO – Sejumlah suporter berbaju hijau tiba di GOR Harapan Bangsa, Banda Aceh tepat pukul 09.40 WIB. Mereka berada di atas tribun. Sementara di bawah, dua tim basket 5×5 dari Sulawesi Selatan (Sulsel) dan Jawa Tengah (Jateng) sedang memainkan laga perdana cabor tersebut, di PON XXI Aceh-Sumut.

Sebanyak 35 suporter di tribun dengan atribut serasi, hadir bukan untuk Sulsel maupun Jateng. Tapi menunggu tim kebangaan mereka, Jawa Timur yang sebentar lagi berlaga, pukul 10.00 WIB.

Bendera dengan warna hijau pucuk pisang melambai-lambai dalam kerumunan. Beberapa dari mereka, memasang spanduk bertuliskan: “Kami Hadir Untuk Jadikan Kalian Juara.” Ada juga spanduk, “Kobarkan Semangat Juara.” Dua spanduk tersebut, berukuran kecil sekitar satu meter.

Sementara spanduk utama berukuran 300 cm x 80 cm. Bertuliskan “Selamat bertanding. Putra putri kebangaan Jawa Timur,” di bagian bawah kanan, ada pesan lain, “Tak kan ada kata lelah untuk Jawa Timur,” Satu semboyan khas Jatim “Wani!” menjadi font penutup pilihan di bagian kiri bawah spanduk.

Tidak lebih 15 menit sejak tiba, semua atribut itu sudah terpasang degan ikatan tali pada besi pembatas. Lengkap dengan Bass Drum. Sementara di bawah tribun, laga Sulsel vs Jateng selesai untuk kemenagan anak-anak Bugis. Tim yang dinanti-nanti oleh 35 suporter mania, Jatim akhirnya memasuki arena.

Sejak tim melakukan warming-up, tak ada mulut yang tertutup. Mereka yang tergabung dalam Suporter Jawa Timur, kompak bernyanyi, mengeluarkan kata-kata penyemangat baik dalam Bahasa Indonesia, juga sesekali diselipkan Bahasa Jawa.

Seorang lelaki tampil mencolok. Berambut hijau, warna kebesaran Jatim. Tiba-tiba membuka jersey hijau. Dengan baju ala basket tanpa lengan, bertulis Lion City warna hitam aksen merah. Dia adalah Okto Tyson, dirijen suporter Jatim.

Pria ini menggebuk drum, menambah meriah GOR Harapan Bangsa, yang baru selesai bersolek untuk PON Aceh Sumut pukul 07.25 WIB.

Ring basket LED menjadi benda terakhir yang dipasang, dari serangkaian persiapan tuan rumah.

“Dum, dum, dum,” suara tabuhan drum beradu dengan “ceu at, ceu it,” bunyi sol sepatu pemain menginjak lantai lapangan. Sementara anak-anak Jatim, dalam tekanan. Kuarter 1 dan 2, Aven, Dhoifullah, Endrata dkk tertinggal 9-20 dan 26-34. “Ayo Jatim, jangan loyo!” sorak suporter berambut panjang lewat toa merah yang ia genggam.

Ketika istirahat menuju kuarter 3, dengan koor nyanyian dilantunkan. “Ku kan selalu mendukungmu. Sampai mati,” suara chant di atas tribun. Seolah menembus sanubari pelatih dan pemain Jatim yang sedang memberikan instruksi menyambung kuarter 3.

Kehadira suporter Jatim yang riuh dan kreatifitasnya, menyita perhatian penonton yang lain. “Kalau ada hadiah, ke orang itu kita kasih,” ucap petugas PLN sambil menunjuk suporter Jatim. “Kalau gak ada orang itu sepi kan. Kalau ditinggal terasa senyap,” timpal seorang panitia yang lain.

Sadar tim yang didukung sedang berusaha untuk bangkit. Suporter Jatim makin menjadi-jadi bernyayi.

Para pentolannya saling bergantian ke naik ke besi pembatas. Sampai salah seorang inggatkan dengan bahasa tubuh, untuk hati-hati supaya tak terjatuh ke lantai bawah. Jempol diacungkan, tanda terimakasih.

Pentolan dengan kacamata hitam membuka air mineral gelas, lalu disiram ke atas drum. Percikan air keciprat-ciprat ke wajah pemainnya. Sisanya terkena spanduk. Buah dari semangat dari tribun, Jatim mampu menyamakan kedudukan bahkan menyalip Bali.

Di momen penting tersebut, pentolan suporter di depan, langsung mengganti yel-yel. Dari lagu ke salawat. “Salatullah.. salamullah.. ala yasin habibillah,” dikumandangkan. Kuarter 3 menjadi milik Jatim dengan skor 53-46. Sadar pebasket Jatim di atas angin, suporter ini langsung mengintimidasi mental pemain Bali.

Ketika mendapatkan penalti, saat pebasket Bali bersiap menembak bola ke ring, suporter Jatim berteriak menganggu konsentrasi. Bola pun gagal masuk. Tidak tinggal diam, suara “wou wou wo,” dengan gestur ala Tarzan terlihat dari atas tribun. Dan akhirnya, Jatim menutup kuarter 4 dengan skor akhir 73-64. Sekaligus mengamankan poin penuh dari laga perdana.

Usai bel tanda pertandingan selesai. Pebasket Jatim berlari sambil memeluk satu sama lain tanda bahagia. Mereka tidak langsung ke ruang ganti. Namun ke bibir lapangan. Dari bawah menyapa suporter Jatim. Mengangkat tangan, dan bernyanyi bersama.

Okto Tyson direjen suporter Jatim dengan bangga menunjukkan indentitas Jawa Timur | foto: Ichsan Maulana (ICM)

Sempat Pesimis

Kepada masakini.co setelah semuanya selesai. Tyson mengaku sempat pesimis ketika melihat tim basket Jatim tertinggal jauh. Terutama di kuarter 1.

“Tapi kita sebagai suporter tugasnya untuk memberi semangat. Pantang menyerah! Saya yakin Jawa Timur bisa. Karena selama PON, Jawa Timur tidak lepas dari tiga besar. Di PON Jabar kita emas, di PON Papua kita turun perunggu. Mungkin di sini saya yakin emas. Saya yakin karena tim basket Jawa Timur selalu tiga besar,” jelas Tyson sambil menyeka keringat, Minggu (1/9/2024).

Ia sempat minta izin untuk ganti jersey hijau, agar identitas Jatim melekat pada tubuhnya. Foto pertama tetap dengan jersey ala basket. Di foto kedua, bergaya dari belakang dengan menunjuk tulisan Jawa Timur di punggung jersey. Sebuah selebrasi ala pesepakbola.

Mereka sejujurnya adalah Bonek. Suporter lagendari di blantika sepakbola Indonesia, yang setia mendukung Persebaya. “Maka kita pakai slogan Wani. Artinya berani. Tapi di sini kita tidak bawa nama Bonek, kita Jawa Timur. Karena kita mendukung Jawa Timur, bukan Persebaya,” tegasnya.

Okto Tyson direjen suporter Jatim dengan bangga menunjukkan indentitas Jawa Timur | foto: Ichsan Maulana (ICM)

Perjalanan Darat

Kehadiran mereka di PON XXI Aceh-Sumut dikoordinir langsung oleh KONI Jatim. Terstruktur. Begitu pengakuannya.

Bus ALS dari Surabaya bergerak 24 Agustus. Kurang lebih empat hari perjalanan dari tanah jawa hingga Sumatera. Sempat transit di Medan, untuk menurunkan setengah dari jumlah suporter. 35 orang.

“Lalu sambung Bus Pusaka dan tiba di Aceh tanggal 28 Agustus. Bayangkan. Kita dengan semangat yang tinggi untuk mendukung Jawa Timur, meraih juara umum,” sebutnya.

Selama di sini, Tyson mengungkapkan, mereka tinggal dekat-dekat Era Kopi, tidak jauh dari Komplek Perumahan Kejari. Untuk makan, suporter Jatim punya koki khusus. Dua perempuan manis, yang siang itu ikut mendukung di tribun.

“Di Aceh dua, di Medan dua. Untuk memasak, membantu kita. Karena mungkin kurang cocok dengan masakan di sini. Karena kita kan masih lama di sini,” bebernya.

Selama di Aceh, Tyson tidak merasa ada kendala cuaca. Kurang lebih sama. Sedikit lebih panas Aceh, yang menurut pengakuannya, di Surabaya jam 5 petang sudah adem.

“Paling terasa seperti perbedaan jam. Di sini masih terang, kalau Surabaya sudah gelap. Begitu pagi, di Surabaya sudah terang, si sini masih gelap,” urainya.

Tyson dan suporter Jatim yang lain meniti tangga. Mereka keluar GOR Harapan Bangsa. Sembari menunggu juru kemudi untuk berangkat.

TAG

Bagikan

Berita Terkait

Tinggalkan Komentar

Berita Terbaru

Berita terpopuler

No Content Available
No Content Available

Add New Playlist