Keuchik Dayat The New Rising Star

Hidayatus Siddiq (baju kuning), saat penyerahan bibit ikan lele program bioflok di Teupin Siron, Gandapura | foto: dok pribadi

Bagikan

Keuchik Dayat The New Rising Star

Hidayatus Siddiq (baju kuning), saat penyerahan bibit ikan lele program bioflok di Teupin Siron, Gandapura | foto: dok pribadi

MASAKINI.CO – Usianya masih 25 tahun saat membangun Blang Guron, Kecamatan Gandapura, Bireuen. Ia bersiasat, membangun kampung halaman di tengah minimnya anggaran.

Lewat program Kota Tanpa Kumuh (Kotaku), Hidayatus Siddiq membangun jalan desa dengan rabat beton. Keuchik termuda di Bireuen ini juga memperbaiki sanitasi warganya.

“Membangun 37 tandas lewat program Sanitasi Berbasis Masyarakat (Sanimas),” kenang pria yang akrap disapa Keuchik Dayat ini.

Ia mengaku saat menjadi keuchik sedang tak mujur, pasalnya pandemi Covid-19 menghadang. Tak ada pembangunan bila mengandalkan dana desa semata. Apalagi saat itu, 40 persen dana desa wajib Bantuan Tunai Langsung (BLT).

Di masa sulit, Keuchik Dayat sukses merehab 40 rumah warga kurang mampu. Selain itu, ia juga membangun saluran irigasi.

“Membangun saluran irigasi. Selama empat tahun pengerjaan. Telah saya lakukan satu tahun sebelum menjabat, dan saya lanjutkan tiga tahun saat sudah menjadi keuchik.”

Lima tahun telah berlalu. Keuchik Dayat, terlihat di hotel terbesar di Banda Aceh. Ia bersama 39 anggota DPRK Bireuen lainnya, mengikuti pembekalan sebagai anggota legislatif.

Modal sosialnya saat menjabat sebagai keuchik tak dilupakan warga. Dayat berhasil lolos setelah mendapat kepercayaan 2 ribu lebih pemilih.

“Kita tidak boleh merasa sudah bisa, apalagi periode pertama. Wakil rakyat harus selalu belajar. Mengerti betul tupoksi, paham sistem, serta empati terhadap kebutuhan masyarakat,” katanya.

Dayat mengakui keberhasilannya membangun Blang Guron dengan APBN dan APBA, tak lepas dari peran anggota DPR, Ilham Pangestu dan anggota DPR Aceh, Ilham Akbar. Keduanya politisi Golkar.

Berkat pembangunan yang sudah ia lakukan di desanya. Masyarakat mendorongnya untuk maju sebagai calon wakil rakyat. Dayat sempat lama dalam kebimbangan, sebelum akhirnya memutuskan ikut bertarung dalam kontestasi Pileg 2024.

“Dorongan dari masyarakat sulit untuk saya tolak. Setelah bermusyawarah dengan keluarga, dan istiqarah. Akhirnya saya bertarung,” bebernya.

Strategi disusun matang-matang. Peta politik dipelajari seksama. Dayat tak mau sekadar penggembira. Baginya, sekali menyelam, mutiara kemenagan musti diraih. Apalagi ia berlaga di Daerah Pemilihan (Dapil) 3, meliputi tiga kecamatan; Kutablang, Makmur dan Gandapura.

“Kemenangan saya adalah kemenangan masyarakat. Yang memilih percaya, untuk menitipkan amanah. Kerja-kerja politik saya hingga menang, mungkin sangat terbantu, karena sudah berbuat sejak jadi keuchik,” jelasnya.

Hidayatus Siddiq meninjau pengerjaan normalisasi saluran air di Cot Tufah, jauh sebelum menjadi anggota dewan | foto: pribadi

Bintang Baru

Kiprah pria kelahiran 1994 di kecamatan paling ujung timur Bireuen itu, membuat namanya tidak hanya dibicarakan masyarakat. Namun turut ‘ditandai’ DPD II Golkar Bireuen, sebagai kader potensial.

Itulah mengapa, orang nomor satu di Golkar Bireuen, Mukhlis Takabeya. Jauh-jauh waktu, sebelum ditetapkan sebagai cabup Bireuen. Saban turun ke lapangan, turut menggandeng Dayat. Baik untuk urusan sosial, atau kerja-kerja politik lainnya.

Sepulang dari orientasi nanti. Dayat sudah ditunggu segudang pekerjaan. Salah satunya, merebut dan mengikat hati masyarakat Bireuen, khususnya di dapilnya. Untuk memenangkan Mukhlis Takabeya sebagai bupati Bireuen periode 2024-2029, bersama pasangannya Razuardi.

“Tugas kader, memberikan yang terbaik untuk rakyat dan partai Golkar. Saya diberi mandat sebagai ketua tim pemenangan di Kecamatan Gandapura. Insyaallah Tgk Haji Mukhlis, meuhase,” ucap Keuchik Dayat.

Mandat tersebut diberikan tidak lepas karena bukti ketangkasan Dayat dalam kontestasi elektoral legislatif. Harapan yang sama, juga diharapkan mujur bagi kemenagan ‘partai beringin’ dalam kontestasi pucuk eksekutif.

“Berkat kekompakan, kerja keras, dan kerja cerdas, parlemen Bireuen sudah kuning. Tugas kami bersama, memenangkan kontestasi bupati, agar terasa lebih indah,” pungkasnya.

Dayat tidak sesumbar, ia optimis. Karena kerja-kerja mereka sudah maraton jauh-jauh waktu, sebelum kandidat lain turun ke tengah-tengah masyarakat. Kecermatannya dalam membaca peta, taktis dalam berstrategi, menjadikan Dayat sebagai the new rising star Golkar dari timur Bireuen.

TAG

Bagikan

Berita Terkait

Tinggalkan Komentar

Berita Terbaru

Berita terpopuler

Add New Playlist