Kesempatan Kedua Kurator HIPI ‘Abadikan’ Jokowi

Syah Reza berdiri paling belakang kanan, bersama tim 13 | foto: kiriman Syah Reza

Bagikan

Kesempatan Kedua Kurator HIPI ‘Abadikan’ Jokowi

Syah Reza berdiri paling belakang kanan, bersama tim 13 | foto: kiriman Syah Reza

MASAKINI.CO – Joko Widodo (Jokowi) membelah pagar ayu. Langkahnya santai, senyum selaras dengan lambaian tangan pada perempuan Aceh, yang siang itu menggunakan pakaian adat dari berbagai kabupaten/kota di Aceh.

Tepat pukul 11.10 WIB, Jokowi hadir di Kawasan Industri Aceh (KIA) Ladong, Aceh Besar, Selasa (15/10/2024). Untuk meresmikan Gedung Aneuk Muda Aceh Unggul Hebat (AMANAH).

Di pintu ruang UMKM gedung AMANAH, Syah Reza dengan kamera Nikon D850 sigap membidik setiap momen presiden.

“Cekrak, cekrek,” bunyi tombol shutter. Dia satu-satunya fotografer Aceh, yang mendapatkan kepercayaan memotret Jokowi di titik UMKM.

Dari jarak 10 meter dengan Jokowi, Reza melihat presiden ke-7 Indonesia memegang tas kerajinan tangan rajutan perempuan Aceh. Sejurus kemudian, Jokowi berbicara dengan Nasya, narator yang memandunya.

Selain rombongan Jokowi, hanya ada tujuh orang di titik UMKM: narator, pengrajin tikar tradisional, penyaji bir pala, dan Reza sebagai fotografer. Dan talent sejumlah lima orang. Mereka hanya berdiri mematung sebagai peraga busana.

“Berada sangat dekat degan Jokowi, yang terpikir satu. Apapun caranya, karya foto saya musti bagus,” ungkap Reza.

Sejujurnya, ia sempat gugup. Sebelum Jokowi masuk ke ruang UMKM. Reza sempat keluar dari barisan pagar ayu, untuk menelaah jarak presiden dengan Paspampres, dengan fotografer istana. Hal ini bagian dari riset, agar saat Jokowi tiba di titik tugasnya, tidak ada foto yang goyang.

Jokowi pegang tas kerajinan tangan khas Aceh | foto: Syah Reza

Foto Bersejarah

“Foto ini istimewa, bersejarah untuk saya. Karena dalam keyakinan saya, kunjungan terakhir Jokowi sebagai presiden ke Aceh,” ungkapnya.

Sebab 25 hari ke depan, tepatnya tanggal 20 Oktober 2024, Jokowi akan melakukan serah terima jabatan kepada Prabowo, presiden terpilih ke-8 RI. Selama 10 tahun menjabat, tercatat 14 kali Jokowi menyambangi Aceh.

Sejak malam, dari rumahnya di Blang Krueng, Aceh Besar. Reza melakukan sejumlah persiapan. Lensa kamera ia bersihkan. Tiga baterai di-charger. Langkah ini, semata-mata agar esok pagi perkakas kerjanya tidak ada kendala apapun.

Fajar menyingsing. Reza yang seyogyanya harus berangkat dengan Hiace, rombongan fotografer AMANAH pukul 06.30 WIB, dengan titik berangkat dari Batoh. Tapi ia terlambat. Karena harus mengantar buah hatinya ke sekolah terlebih dulu. Reza tiba di AMANAH 07.20 WIB. Menggunakan motor.

Dari jalan Ladong di luar Gedung Amanah, ia menghubungi ketua tim, Ismail. Lewat celah-celah pagar besi hitam, bed tugas fotografer diberikan kepada Reza. Kemudian, di gerbang, sejumlah petugas keamanan dengan baju batik memeriksanya. Dua tas warna hitam milik Reza dibuka.

“Apa isinya, Bang?” tanya petugas keamanan.

“Lensa, dan kamera,” jawabnya.

“Ada korek?” timpal petugas keamanan. “Tidak ada,” tukasnya.

Setelah pemeriksaan aman. Ia tidak langsung masuk. Reza mengaktifkan kamera. Mengabadikan sejumlah momen proses pemeriksaan. Baginya, setiap tahapan yang dilakukan adalah pengalaman berharga.

Sejak hari Minggu dan Senin, Reza sudah duluan mengikuti gladi kotor dan bersih. Di hari pertama, ia menggunakan kaos putih, di hari kedua memakai kaos kerah polo hitam. Baru di hari H, ia menggunakan batik. Semua pakaian tersebut, pemberian Amanah untuk crew.

Jokowi bersalaman dengan Wali Nanggroe Aceh, Malik Mahmud usai menekan tombol peresmian Gedung AMANAH | foto: Syah Reza

Kesempatan Kedua

Bagi Reza, memotret Jokowi punya rasa berbeda. Sebab, dalam kontestasi sejak periode pertama. Ia bukanlah pendukung Jokowi. Namun, sebagai fotografer ia profesional.

“Kontestasi itu pilihan, kebebasan. Lawan politik, bukan berarti perang. Ketika salah satu menang, saya punya prinsip, menghormati pemenang,” jelasnya.

Peresmian gedung AMANAH, menjadi kali kedua Reza mengabadikan momen Jokowi di Aceh. Kali pertama lelaki kelahiran Sigli 1987 itu memotret ayah Gibran itu, saat PON XXI Aceh Sumut 2024.

“Di PON, saya satu-satunya fotografer utama di bawah Menkominfo. Bertugas di Hermes, media center,” katanya.

Dia masih terkenang. Ketika kedatangan Jokowi di Hermes, yang disambut Wamenkominfo, Nezar Patria. Hanya dirinya dan satu fotografer istana yang memotret ketika itu.

“Tidak boleh gerak satu langkahpun, sesuai titik yang sudah ditetapkan paspampres,” bebernya.

Rezeki Usai Akikah

Kehadiran Jokowi saat PON lalu, berarti besar hadirnya kamera Nikon-nya. Sebelum itu, Reza sudah tidak lagi punya kamera. Dijual untuk akikah anaknya yang kedua, Fakih.

Tapi tawaran menjadi fotografer presiden, membuatnya bermusyawarah dengan istri, Evi Zuhara. Perempuan yang ia cintai itu, meyakinkan suaminya untuk mengambil tawaran tersebut. Dan segera mengirimkan CV.

“Istri meminjamkan uang yang ia siapkan untuk kuliah S3-nya. Untuk saya beli kamera,” ungkap Reza.

Bagi Reza, bisa memotret presiden RI berguna untuk penambahan portofolionya. Apalagi dia hanyalah fotografer freelancer. Namun ada bekal ilmu yang sudah lama ia tuntut.

Tahun 2011, di Ponorogo, Jawa Timur. Ia bertemu dengan Michael Ken. Pendiri
Humanity Photography Indonesia (HIPI). Kurang lebih 4 tahun belajar darinya. Sejak member, hingga menjadi kurator di HIPI. Hanya ada 5 kurator di HIPI, seorang diantaranya Reza.

“Foto terbaik adalah foto yang punya kekuatan cerita. Momen utama. Itu pesan Michael yang selalu saya ingat,” kenangnya.

TAG

Bagikan

Berita Terkait

Tinggalkan Komentar

Berita Terbaru

Berita terpopuler

Add New Playlist