MASAKINI.CO – Pisang. Buah segar kaya vitamin. Mengenyangkan lagi murah dan amat mudah ditemui di Aceh. Pengunaannya relatif masih belum terlalu inovatif.
Berakhir di wajan sebagai bada (pisang goreng), dikukus, atau sekadar untuk bahan baku kue. Sedangkan kulitnya, lebih sering berakhir di tong sampah. Paling-paling, menjadi pakan ternak kambing.
Sekelompok mahasiswi di Universitas Syiah Kuala (USK), dari dua program studi (prodi) Farmasi dan Teknologi Hasil Pertanian (THP) berkolaborasi. Mereka tergugah, untuk memaksimalkan limbah kulit pisang menjadi sesuatu yang bernilai lebih.
Syifa An Najwa mahasiswi Farmasi, bersama rekan-rekannya dari THP yakni Rena Fahleny, Sofia Elisa, dan Rossa Novalia berinovasi. Menyulap kulit pisang, sebagai bahan kosmetik. Mereka dibimbing Nadia Isnaini, Apt. S.farm, M.Sc., dosen dari Farmasi FMIPA USK.
Riset dilakukan. Try and error sebagai proses terjadi. Hingga akhirnya, produk yang diberi nama ‘Rechle Eyebrow Cream’ menjadi kenyataan.
Selaku ketua tim, Syifa menuturkan, produk karya mereka adalah inovasi eyebrow cream, sebagai natural dye penutrisi alis mata. Memanfaatkan ekstrak limbah kulit pisang.
Sebagai perempuan, ia sangat menyadari bahwa belakangan ini, geliat dunia kosmetik marak tumbuh dan berkembang. Tren kosmetik bukan lagi sebatas mempercantik diri, tetapi juga untuk perawatan.
Ramah Lingkungan
“Tim kami berkeinginan menyediakan kosmetik dekoratif alami yang ramah lingkungan, aman bagi pemakai, dengan ciri khas komoditi lokal Aceh,” ucapnya.
Pemilihan limbah kulit pisang, dipercaya berpotensi menjadi basis sediaan krim yang baik. Sebab, kulit pisang memiliki kandungan zat seperti pelembab, emulsifier, pengental, dan lainnya. Manfaatnya, baik bagi perawatan kulit atau kesehatan rambut.
“Selain itu kandungan mangan, magnesium, dan potasium dalam kulit pisang memiliki potensi untuk memadati dan membentuk tekstur, sehingga mudah diaplikasikan. Terlebih lagi ketersediaan kulit pisang di Aceh sangat tinggi dan melimpah,” ungkap Syifa.
Data BPS Aceh per April 2024 menyebutkan. Kurun tiga tahun terakhir, produksi pisang di Aceh terus meningkat. Tahun 2021, 1.086.433 kuintal, tahun 2022, 1.071.949 kuintal, dan tahun 2023, 1.115.655 kuintal.
Selain kulit pisang, Rechle Eyebrow Cream turut memanfaatkan minyak kemiri sebagai pewarna alami. Tidak hanya sebagai pewarna, tapi zat aktifnya, berpigmen dan memberikan banyak manfaat bagi rambut alis.
Kemiri mengandung banyak nutrisi yang baik untuk rambut, seperti vitamin E, vitamin C, zinc, selenium, asam gamma-linolenic, dan asam linoleat. Buah kemiri juga merupakan hasil pertanian beberapa kawasan di Aceh.
“Harus dari bahan alami. Karena sekarang banyak kosmetika kurang aman, dan produknya tidak ramah lingkungan. Selain itu dengan menggabungkan kedua bahan khas Aceh ini, akan menaikkan nilai perekonomian Aceh,” bebernya.
Kemdikbudristek Beri Apresiasi
Melalui ide inovasi ini, tim USK ini berhasil lolos seleksi dan memperoleh dana pengembangan dari Kemdikbudristek dalam program Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) 2024.
Rencananya produk akan dibuat dalam bentuk kemasan berukuran 6 gram dengan harga Rp45 ribu. Produk ini dilengkapi aplikator, yang dapat digunakan dalam pengaplikasian produk, sehingga lebih praktis dan higienis.
Tim ini berharap, produk Rechle Eyebrow Cream dapat menjadi salah satu jalan mendukung Sustainable Development Goals (SDGs) ke-12. Yaitu konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab.
“Tidak hanya mementingkan nilai-nilai ekonomi, tetapi juga sebagai upaya menjaga bumi,” jelas Syifa.
Wakil Rektor Bidang Akademik USK, Prof. Dr. Ir. Agussabti, M.Si menyampaikan rasa bangga terhadap inovasi mahasiswa USK. Kolaborasi antara Prodi Farmasi dan Teknologi Hasil Pertanian USK, sukses menghadirkan produk yang ramah lingkungan.
“Terus berinovasi. Insyaallah setiap niat baik, dengan ilmu yang benar, dapat mendatangkan manfaat bagi banyak orang,” ucapnya.