MASAKINI.CO – Rindangnya pepohonan besar, menyambut kedatangan sepuluh anak muda yang memarkir motor. Tepat di dekat pohon tersebut. Mereka baru saja tiba di Lhok Gop, Pidie Jaya, Aceh.
Lantas bergegas, menuruni sedikit saja bukit. Gemerincik air menyambut kedatangan Aulia, Khalidin, Azhari, Boy, Arrazi, Ikram, Islahul, dan Muhib.
Mereka para dewan guru dari Dayah MUDI Mesra Samalanga, Bireuen. Dua yang lain, teman mereka dari Dayah di Batee Iliek.
Lelahnya empat puluh lima menit perjalanan, seketika sirna. Manakala nuansa sejuk membelai pori-pori tubuh. Hijaunya air sungai, menandakan airnya dalam. Pagi itu, kebetulan matahari malu-malu, mendung.
“Kami punya agenda rutin, setiap sebulan sekali insyaallah tamasya, biar rileks,” ungkap Aulia, kepada masakini.co.

November 2024, Lhok Gop menjadi destinasi pilihan yang disepakati. Para teungku (ustadz) ini merasa nyaman di Lhok Gop, karena sunyi.
Dua dari mereka langsung menceburkan diri ke sungai. Dinginya air, membuat badan terasa segar. Sementara yang lain, bersiap memasak. Berbagi tugas. Mencari kayu untuk dibakar. Serta mencuci daging bebek sebagai menu utama.
Dari atas, air jatuh. Mengikuti lekuk badan sungai. Mengalir diantara bebatuan besar. Menciptakan pemandangan seolah-olah air terjun. Aulia, yang sudah sebelas tahun menuntut ilmu di MUDI, tak ingin melewati setiap momen di Lhok Gop.
“Sensasi Lhok Gop ada di situ, seolah-olah air terjun. Nyaman dan asri,” akunya.
Khalidin tampak sudah menemukan sejumlah kayu bakar. Kemudian ditumpuk di satu titik. Sementara Ikram dan Islahul, telaten merajang bawang, tomat, dll. Daging bebek pun, sudah bersih suci, dicuci Boy dan Azhari.

Api dinyalakan. Beulangong atau wajan besar sudah siap. Beulangong itu adalah infentaris grup ini. Saban kali bertamasya, aset tersebut setia menemani.
Satu sama lain saling bergantian berenang, maupun melihat dan menjaga makanan lekas masak. Jelang zuhur, bebek telah siap untuk disantap. Lelahnya bermain air, membuat mereka lahap menikmati makanan.
“Kali ini alhamdulillah ditraktir Tgk Khalidin. Sedikit lama masak, karena apinya tidak stabil,” jelasnya.
Pemuda tersebut satu bilik (kamar santri) di Dayah. Memiliki sistem kas bersama. Saban kali bertamasya, urunan satu sama lain melancarkan perjalanan. Tak jarang yang rezekinya lagi banyak, memberi lebih, atau ditanggung oleh yang bersangkutan.
Lhok Gop hidup dalam dua arus cerita. Tentang kisah lagenda bahwa di situ, dihuni aulia (orang suci). Di sisi yang lain, Lhok Gop juga tempat penting dalam narasi konflik Aceh, saat masih berkecamuk. Sebab ini pula, Lhok Gop memantik rasa penasaran untuk bertandang.
Lhok Gop menjadi salah satu aset wisata Pidie Jaya dan Aceh. Sungai yang jernih, hutan yang hijau, menjadi komposisi utama sebagai wajah asri Lhok Gop.