Mobil Usang yang Berkisah tentang Lenyapnya Kota Calang

Mobil warga peninggalan tsunami Aceh di Kota Calang | Riska Zulfira/masakini.co

Bagikan

Mobil Usang yang Berkisah tentang Lenyapnya Kota Calang

Mobil warga peninggalan tsunami Aceh di Kota Calang | Riska Zulfira/masakini.co

MASAKINI.CO – Di bawah rindangnya pepohonan di Taman Kota Calang, berdiri sebuah monumen unik yang menggugah hati. Sebuah mobil tua tampak menggantung di atas gelombang beton raksasa, seakan membeku dalam waktu.

Monumen ini adalah pengingat abadi atas tragedi tsunami dahsyat yang menghantam Aceh dua dekade silam, membekaskan luka mendalam sekaligus menginspirasi kebangkitan.

Mobil tua itu, dengan pelat bertuliskan tahun 2004, berdiri kokoh di atas gelombang melengkung yang menggambarkan kedahsyatan tsunami yang meluluhlantakkan bumi Serambi Mekah.

Monumen ini seolah berbicara tanpa kata-kata, menyampaikan jerit tangis dan kepanikan yang pernah menggetarkan Aceh.

Di tengah keheningan pagi, para pengunjung sering kali berdiri terdiam, merenung di hadapan replika peristiwa yang tak terlupakan ini.

Namun, Taman Memorial Tsunami Calang bukan hanya simbol duka. Kehadiran bunga-bunga yang tumbuh subur di taman ini melambangkan harapan baru, kehidupan yang bangkit dari puing-puing kehancuran.

Berjarak tak jauh dari pesisir pantai Pasie Luwah, lokasi ini pernah rata dengan tanah akibat terjangan gelombang raksasa.

Kini, taman ini menjadi saksi perjuangan masyarakat Aceh Jaya untuk membangun kembali kehidupan mereka.

Taman Memorial Tsunami Calang memiliki potensi besar sebagai destinasi wisata edukasi. Berlokasi di Jalan Teuku Umar, Dayah Baro, Kecamatan Krueng Sabee, taman ini menawarkan pelajaran berharga tentang pentingnya mitigasi bencana dan menjaga keharmonisan dengan alam.

Dibangun sejak tahun 2020, taman ini juga menjadi tempat refleksi bagi generasi muda yang lahir setelah bencana.

Salah satu pengunjung, Putri seorang remaja 17 tahun, mengungkapkan kesannya. “Kami hanya mendengar cerita tentang tsunami, tapi tak pernah merasakan,”

“Melihat mobil rusak ini, saya mulai membayangkan betapa dahsyatnya musibah itu,” tuturnya.

Meski tak menyaksikan langsung tragedi tersebut, ia merasakan kesedihan yang mendalam dan belajar banyak dari kisah para korban.

Selain itu, taman ini juga menjadi lokasi ziarah. Banyak keluarga korban datang untuk mengenang dan mendoakan orang-orang terkasih yang telah tiada. Suasana haru sering kali menyelimuti taman ini, menciptakan rasa kebersamaan yang menguatkan.

Dalam rangka memperingati 20 tahun gempa dan tsunami Aceh, Pemerintah Kabupaten Aceh Jaya menyelenggarakan doa bersama di taman ini.

Meski ada kritik terkait kurangnya perawatan taman, monumen ini tetap menjadi alarm bagi masyarakat untuk terus siap siaga.

Tugu ini mengajarkan meskipun bencana datang menghancurkan, manusia memiliki kekuatan untuk bangkit dan membangun kembali dengan penuh harapan.

TAG

Bagikan

Berita Terkait

Tinggalkan Komentar

Berita Terbaru

Berita terpopuler

Add New Playlist