Kopi Gayo Tersohor Hingga Eropa

Sara Morrocchi di salah satu kebun kopi dataran tinggi Aceh. | foto: Mufti

Bagikan

Kopi Gayo Tersohor Hingga Eropa

Sara Morrocchi di salah satu kebun kopi dataran tinggi Aceh. | foto: Mufti

MASAKINI.CO – “Unique,” ucap perempuan berkewarganegaraan Belanda, Sara Morrocchi. Saat mencicipi (cupping) biji kopi luwak di Kampung Umang, Takengon, Aceh Tengah.

Dahinya berkerut, matanya seakan menyimpan tanya, mengapa kopi gayo luwak punya rasa unik. Untuk pertama kali dalam hidupnya, lidah dari Founder Vuna Coffee School ini, mencecap biji kopi luwak Gayo.

Its my first time, try this coffee,” aku Sara.

Bagi Sara, Takengon adalah salah satu surga penghasil kopi terbaik di dunia. Karena kopi Gayo, ia rela terbang 9.700 km melintasi benua.

Selain Lut Tawar, sudah lama kopi Gayo mengundang ramai wisatawan mancanegara. Baik untuk bisnis, penelitian, atau sekadar berlibur. Sara datang untuk berbagi pengalaman bisnis kopi, dengan produsen kopi di Takengon.

Rasa, bukan satu-satunya hal yang membuatnya terkesan. Ketika menyusuri kebun kopi di Kampung Umang, buah kopi yang melekat di batang, juga membuatnya terpana.

Katanya, buah kopi di Takengon, jumlahnya banyak. Lebih banyak dari negara-negara penghasil kopi, yang pernah ia sambangi. Seperti di Afrika, meliputi Rwanda, Ethiopia, Kenya, Tanzania dan Uganda.

Selama tiga hari Sara berada di Tanah Gayo. Lidah Sara seru dikejutkan dengan ras khas kopi di sini.

Mata dan telinga perempuan yang sudah menggeluti dunia kopi sejak tahun 2007 itu, menabung banyak pengalaman dari perjalanan kopinya ke Takengon.

“Menurut saya, perbedaan terbesarnya adalah metode pengolahannya, yaitu wet-hulled yang tidak dilakukan di tempat lain,” pujinya.

Sara mengetahui ihwal kopi Gayo beberapa tahun yang lalu, ketika dirinya mulai terhubung dengan produsen Indonesia, melalui kolaborasi dengan Fairtrade Internation dan Root Capital.

Sara Morrocchi mencicipi (cupping) biji kopi luwak gayo. | foto: Mufti

Selain berbagi edukasi kopi di Aceh Tengah, Indonesia. Di Asia Tenggara, Sara juga telah berbagi pengalaman di Myanmar dan Timor Leste.

Sementara di Amerika Latin, ia melatih kopi di Peru, Kosta Rika dan Honduras.

“Saya berharap Gayo menjadi daerah asal kopi yang terkenal di seluruh dunia, dengan koperasi dan organisasi produsen yang memiliki akses ke pasar internasional premium, dan lebih banyak pengakuan merek untuk kualitas dan jenis kopi yang mereka hasilkan,” ujarnya.

TAG

Bagikan

Berita Terkait

Tinggalkan Komentar

Berita Terbaru

Berita terpopuler

Add New Playlist