Melatih Insting Pelatih di Final Soeratin U-13

Suasana class room lisensi C tahun 2025 yang diikuti belasan pelatih dari berbagai kab/kota di Aceh serta Sumut. | foto: Istimewa

Bagikan

Melatih Insting Pelatih di Final Soeratin U-13

Suasana class room lisensi C tahun 2025 yang diikuti belasan pelatih dari berbagai kab/kota di Aceh serta Sumut. | foto: Istimewa

MASAKINI.CO – Pertandingan final Soeratin U-13 regional Aceh, spesial bagi 18 pelatih sepakbola dari berbagai kabupaten/kota di Aceh, termasuk satu dari Sumatra Utara, yang sedang mengambil lisensi C, yang diselenggarakan Asprov PSSI Aceh.

Satu jam jelang kick off laga Rawa Singkil FC vs Talenta Aceh Football Academy, di ruang Seulanga, Puslanbang KHAN LAN RI, Batoh. Asisten instruktur, Samsul Bahri memberikan instruksi.

“Hari ini kita belajar analisa sekaligus scouting talent,” kata Samsul, Rabu (15/1/2025).

Penghuni ruangan yang seluruhnya mengenakan seragam kaos putih berkerah, mengamini instruksi tersebut. Calon pemilik lisensi C tersebut, seyogyanya akan class room. Namun dialihkan ke lapangan.

“Nanti kalian cari (nilai) satu atau dua pemain terbaik,” ujarnya.

Form penilaian diberikan. Masing-masing satu rangkap per pelatih. Setidaknya, ada lima item penilaian. Satu, buruk sekali. Dua, buruk. Tiga, sedang. Empat, baik. Lima, baik sekali.

Grup penilai terbagi enam. Grup 1 hingga 3 bertugas memantau tim Rawa Singkil. Sedangkan Grup 4 hingga 6, menganalisa Talenta Aceh. Fokus penilaian dibagi tiga sektor: bek, gelandang dan striker.

Jarum jam menunjukkan pukul 15.30 WIB, kick off grand final Soeratin U-13 Aceh dimulai. Belasan pelatih sudah berada di dekat lapangan. Mereka lesehan di koridor luar musala; tepat di samping pagar Lapangan Sintetis, SHB.

Retina mata para pelatih tersebut, seayun langkah dengan gerak-gerik pemain dari kedua kesebelasan. Setiap aksi pemain, menjadi catatan.

Riza Fandi berada di Grup 5, bertugas menganalisa sektor tengah tim Talenta Aceh. Pemain nomor punggung 7 (M Ivan Khairullah) menarik perhatiannya. Ia memberikan nilai 4 dari total 5 yang tersedia.

“Empat artinya baik. Saya sengaja tidak memberikan baik sekali (5). Karena masih muda, ia masih harus terus belajar, menjadi lebih baik,” jelas Fandi.

Sebagai mantan gelandang bertahan dan legenda PSAP Sigli, tidak sulit baginya untuk menganalisa kepiawaian pemeran nomor 6, 8 bahkan 10 di lini tengah.

Para pelatih calon pemilik lilensi C, sedang menganalisa grand final Soeratin U-13 regional Aceh. | foto: Istimewa

Di mata Fandi, Ivan berbeda. Bermain melampaui usianya, bermakna dewasa.

“Lucunya, setelah analisa saya baru tahu, bahwa pemain itu anaknya legenda Semen Padang FC, Husaini Ibrahim,” kenangnya.

Sementara Muhajir yang tergabung di grup lain, menilai sektor pertahanan Rawa Singkil. Sebagai mantan bek, Ajir (sapaannya) jatuh hati pada bek nomor 2 (Vabiano). Nilai tertinggi ia berikan; 5 atau baik sekali.

“Meski kebobolan tiga gol, tapi secara 1 vs 1. Nomor 2 tidak pernah kalah,” terang Ajir.

Nantinya, ia akan mempertanggungjawabkan nilai ‘sempurna’ tersebut di hadapan instruktur, Zaenal Zapellon bersama asistennya, Samsul Bahri.

Meskipun Ajir tak menampik, Rawa Singkil kebobolan tiga gol. Namun tidak satu pun gol lawan, lolos dari nomor 2 langsung.

“Secara argumen, saya harus siap. Ini proses pembelajaran bagi kami pelatih,” ucapnya.

Senada dengan Fandi dan Ajir, Hadina Rifaldi Diaz juga merasakan hal yang sama. Di matanya, pemilik nomor punggung 7 Talenta Aceh memang berbeda dari yang lain. Ditambah pemakai nomor 11.

“Dan GK (kiper) juga juga sangat dewasa teknik individunya,” puji Rifal.

Ia tak bisa memisahkan pandangan dari sektor penjaga gawang. Sebab basic-nya kiper. Saat masih aktif sebagai pemain, Rifaldi pernah menimba ilmu sepakbola di Paraguay. Sebuah program pembinaan di era kepemimpinan Irwandi Yusuf sebagai Gubernur Aceh.

Rifal mengaku, pengalaman menganalisa sore itu memberikan pengalaman tersendiri.

“Banyak yang menarik, khususnya untuk tim Telanta. Terutama pada saat build-up. Kedua, sangat compact dan defender cukup rapi disiplin posisi,” ungkapnya.

“Namun gol kedua (Rawa Singkil) kesalahan fatal (Talenta) terlalu lama selebrasi,” pungkas Rifal.

Senja mulai meninggi. Pertandingan selesai. Talenta Aceh keluar sebagai juara, unggul 3-2 atas Rawa Singkil. Belasan pelatih calon pemilik lisensi C bergegas ke penginapan. Saat sesinya tiba nanti, analisa mereka akan dibahas bersama instruktur kepelatihan.

TAG

Bagikan

Berita Terkait

Tinggalkan Komentar

Berita Terbaru

Berita terpopuler

Add New Playlist