Barongsai Simbol Keberagaman dan Toleransi di Aceh

Atraksi barongsai dalam perayaan Imlek di Aceh, Rabu 29/1/2025. (foto: Riska Zulfira/masakini.co)

Bagikan

Barongsai Simbol Keberagaman dan Toleransi di Aceh

Atraksi barongsai dalam perayaan Imlek di Aceh, Rabu 29/1/2025. (foto: Riska Zulfira/masakini.co)

MASAKINI.CO – Di bawah langit Aceh yang cerah, dua piringan besar ditabuh. Bunyinya begitu nyaring.

Cring-cring.”

Di belakang, sejumlah pemuda memukul drum mengikuti irama ala musik khas Tionghoa.

Sesekali, dua orang di balik kostum singa yang akrab dikenal barongsai itu, menoleh ke kiri dan ke kanan, seakan mencari sesuatu di tengah hiruk-pikuk perayaan. Gerakannya lincah, harmonis dengan dentuman gendang yang membahana.

Ratusan penonton dari berbagai usia memadati Vihara Sakyamuni, Kecamatan Kuta Alam, Banda Aceh. Tak hanya etnis Tionghoa, masyarakat muslim pun ikut hanyut dalam aksi naga kepala besar itu.

Di tanah Serambi Mekkah yang dikenal kental dengan nilai-nilai Islam, seni tradisional Tionghoa ini justru mendapat ruangnya sendiri.

Aceh menjadi provinsi yang menunjukkan keberagaman dan toleransi umat minoritas. Kehadiran barongsai, tak sekadar menjadi tontonan, melainkan juga bagian dari jiwa masyarakatnya.

Barongsai di Aceh bukan sekadar cerita baru. Ia lahir dari inisiatif sebuah LSM pada 2011 lalu, berkembang dari sekadar hiburan menjadi cabang olahraga yang diminati berbagai kalangan.

“Awalnya banyak masyarakat skeptis, tapi kini sudah diterima oleh banyak orang,” kata pelatih Barongsai Golden Dragon Koh Acong, Rabu (29/1/2025).

Bahkan hari ini, kata dia, atlet barongsai yang dilatihnya sudah sebanyak 35 orang. 65 persen anggota tim barongsai di Aceh adalah muslim. Mereka bukan sekadar pemain, melainkan bagian dari harmoni yang menjadikan seni ini begitu hidup.

Atraksi barongsai dalam perayaan Imlek di Aceh, Rabu 29/1/2025. (foto: Riska Zulfira/masakini.co)

“Di sini, kami belajar bahwa toleransi dan keberagaman di Serambi Mekkah,” tuturnya.

Ketika tahun baru Imlek tiba, barongsai menjadi bintang yang dinanti. Di Banda Aceh, tempat di mana etnis Tionghoa banyak bermukim, perayaan Imlek berlangsung meriah.

Ritual-ritual agama dijalankan dengan khidmat, tanpa gangguan dan ketakutan. Inilah wajah Aceh, yang meski dikenal sebagai benteng syariat, tetap memeluk keberagaman dengan tangan terbuka.

Penampilan Barongsai tahun ular kayu ini lebih arah tradisional. Sedangkan dua tahun lalu barongsai tonggak yang ditampilkan.

Bagi Acong, Barongsai menjadi tradisi untuk melestarikan budaya. Sebab, budaya bisa menjembatani perbedaan. Warna-warni kehidupan bisa menari bersama dalam satu irama.

“Kami semua di sini adalah satu keluarga. Di atas panggung, kami bukan hanya pemain, kami adalah simbol kebersamaan,” katanya.

Seorang penonton asal Banda Aceh, Silvia merasa terpukau menyaksikan Barongsai. Baginya ini pengalaman pertama menyaksikan atraksi kebudayaan dari Tionghoa itu.

“Sangat seru walau cuacanya sangat terik,” ujarnya

Menurutnya pertunjukan tersebut menjadi pengetahuan baru tentang budaya agama lain dan toleransi antar umat beragama. “Intinya sangat keren,” ujarnya.

TAG

Bagikan

Berita Terkait

Tinggalkan Komentar

Berita Terbaru

Berita terpopuler

Add New Playlist