Pecah Rindu Penggawa Persiraja dengan Fakhri Husaini di Sidoarjo

Fakhri Husaini mengabadikan momen reuni (akhir Januari 2025) di rumahnya, dengan mantan anak asuhnya di PON Aceh, yang kini berseragam Persiraja. | foto: Dok Fakhri Husaini

Bagikan

Pecah Rindu Penggawa Persiraja dengan Fakhri Husaini di Sidoarjo

Fakhri Husaini mengabadikan momen reuni (akhir Januari 2025) di rumahnya, dengan mantan anak asuhnya di PON Aceh, yang kini berseragam Persiraja. | foto: Dok Fakhri Husaini

MASAKINI.CO – Lawatan Persiraja ke Jawa Timur, punya makna lebih bagi tiga penggawa: Rizky Yusuf Nst, Fayrushi dan Yasvani. Mereka memecah celengan rindu, bersua salah satu sosok berpengaruh di timnas Indonesia. Baik sebagai pemain maupun pelatih.

Penghujung Januari 2025, cuaca Kota Surabaya malam itu dingin. Ketiganya sibuk mempersiapkan diri. Lepas Isya, Rizky alias Ucok, memesan transportasi via Grab.

Tak lama menunggu, mobil yang dipesan sudah tiba di depan Hotel Luminor, Jemursari. Ketiganya bergegas ditemani seorang driver.

Kurang lebih hampir sejam jarak tempuh, pemain Persiraja sudah tiba di Sidoarjo. Mobil yang mereka tumpangi, berdiri di depan sebuah rumah.

Hujan deras menyambut ketibaan mereka. Beberapa saat kemudian, seorang lelaki dengan perawakan khas: plontos, kumis dan jenggot putih, keluar dari rumah. Membuka gerbang.

Driver memasukan mobil ke bagian depan rumah. Sejenis teras atau garasi. Barulah Yasvani, Fayrushi dan Ucok turun. Mereka selamat dari kemungkinan diguyur hujan.

Dengan takzim, ketiganya langsung meraih tangan pria tersebut. Dia adalah Fakhri Husaini, pelatih yang pernah membawa timnas Indonesia U-16 juara AFF 2018. Suasana menjadi hangat, di tengah deru hujan.

“Masuk, masuk,” ajak Fakhri.

***

Rizky Yusuf Nst, Fayrushi dan Yasvani merupakan puzzle penting Fakhri Husaini saat menukangi tim sepakbola Aceh.

Ketiganya menjadi pilihan utama di bagian pertahanan. Sukses mencatatkan sejarah. Aceh merengkuh medali perak di PON XX Papua tahun 2021.

Setiba di ruang tamu, air mineral sudah tersedia. Mereka duduk. Perempuan berparas ayu, Novita Tri Hastuty bertanya kepada Fakhri: minum apa yang mau dihidangkan.

“Kopi,” jawab sang suami.

Sang istri juga menawarkan hal yang sama kepada pemain Persiraja. Dan ‘menangguk,’ tanda setuju. “Ini asli kopi Aceh,” ujar Fakhri. Tak lama, cangkir kopi sudah tiba.

Kopi tersebut dibeli Fakhri saat PON Aceh Sumut di Pasar Aceh. Beberapa menjadi buah tangan kepada kerabat di Jatim, sejumlah yang lain menjadi stok kopi di rumah, untuk diracik sendiri.

“Meskipun racikan sendiri, belum pernah pas sampai kini, hehe...” kelakarnya.

Mereka larut dalam obrolan. Tema sepakbola mendominasi perbincangan.

Novita ikut membersamai. Mereka bak orangtua dan anak yang sudah lama tak bertemu. Keakraban tersebut, tercipta karena pemusatan latihan di Aceh jelang PON Papua. Novita menemani sang suami. Tak jarang, menjadi ibu bagi segenap pemain PON Aceh.

“Yasvani berapa udah usia anak,” tanya Fakhri.

“Dua tahun, Coach,” jawab Yasvani.

Pertanyaan sederhana ihwal rumah tangga, menjadi bentuk paling nyata; ikatan emosional antara keluarga Fakhri dengan mantan anak asuhnya. Lalu, candaan menyeruak.

“Yasvani sudah, ini Rizky sama Fayrushi tunggu apa?” celetuk Fakhri.

Tim sepakbola PON Aceh berfoto bersama di depan Masjid Raya Banda Aceh, sebelum bertolak ke Jatim untuk TC lalu dilanjutkan ke Papua. | foto: Arsip Ichsan Maulana

Dua teman Yasvani itu, tampak kikuk. Menjawab normatif dengan penuh malu-malu. Satu per satu, Fakhri menanyakan kabar anak asuhnya yang lain, yang juga bagian dari keluarga besar PON Aceh. Hingga tersebut nama Amiril Mukminin.

“Ada juga ya yang mau sama Amiril. Orang selucu dia,” candanya.

Amiril merupakan salah satu kapten sepakbola Aceh untuk PON Papua. Dia jenaka, ringan tulang, punya kepribadian unik. Akumulasi itulah, yang memberikan kesan mendalam bagi Fakhri.

Pernah suatu ketika, tanpa sepengetahuan Amiril, Fakhri bersama istri, diam-diam dari Banda Aceh bertolak ke Kutablang, Bireuen. Hanya untuk bersilaturahmi dengan orangtua Amiril.

Kini ia sudah menikah. Mempersunting Intan, dara manis sekabupaten dengannya. Usia rumah tangganya masih seumur jagung, hitungan bulan. Namun kesan antara pelatih dan anak asuh, masih melekat sampai sekarang.

***

Hampir dua jam lamanya, jebolan PON Aceh bereuni di Sidoarjo. Memecah celengan rindu, dengan obrolan sepakbola pun keluarga. Rizky Yusuf Nst, Fayrushi dan Yasvani mohon pamit.

“Gak apa-apa, kami antar saja,” tegas Fakhri.

“Jangan, Coach. Kami nge-Grab saja,” ujar Rizky.

Rasa sungkan ini, semata-mata tak ingin merepotkan orang yang amat mereka segani. Dari Fakhri, jebolan PON Aceh menambah ilmu sepakbola, lengkap dengan wawasan si kulit bundar.

Usai mengantarkan anak asuhnya ke hotel. Sepanjang perjalanan, hatinya berkecamuk. Potongan memori selama setim di Aceh, terlintas di benaknya.

Tiba di rumah. Di dalam kamar, Fakhri membuka kembali foto kunjungan pemain Persiraja. ‘Album’ PON Papua jua tak ketinggalan.

Kok kalau aku tatap foto anak-anak, rasanya rindu sekali ya. Tak cukup waktu tadi untuk melepas rindu,” ungkap Fakhri.

Perasaan ini ia utarakan kepada Novita, di sebelahnya. Ia paham, betapa sang suami terikat batin dengan pesepakbola Aceh itu.

Ya sudah, besok atau pas ada waktu dilanjutkan kembali,” timpal Novita.

Fakhri turut menyaksikan pertandingan Deltras vs Persiraja, yang berkesudahan kemenangan bagi tim Aceh. Niatnya besar, untuk kembali bersua. Namun paska laga itu, ada etik yang ia jaga.

Keluarga besar tim sepakbola PON Aceh, peraih medali perak di PON Papua. | foto: Arsip Ichsan Maulana

Hari setelah laga itu, Fakhri sudah meniatkan untuk jumpa kembali. Hanya saja, ia harus menjemput ibunya. Untuk menjalani pengobatan di sana. Katanya, hendak membawa jebolan PON, seturut dengan pelatih Persiraja, Akhyar Ilyas ke rumah makan Cita Rasa Aceh, yang ada di sana.

“Sulit untuk saya gambarkan perasaan saya kepada mereka. Seperti ayah dan anak. Ingin saya rangkul, peluk erat. Tapi tak mudah untuk saya peluk, karena mereka sudah besar. Apalagi Yasvani sudah ada anaknya. Kira-kita begitulah,” ujarnya.

Ia mengaku masih memantau pemainnya, baik jebolan PON Aceh, maupun yang terbaru PON Jatim. Khusus kepada pemain Aceh, kerinduan itu sudah dipendam lama. Karena terakhir kali bersua, momen Ramadan tahun 2024 di Banda Aceh.

“Saya melihat Rizky, Fayrushi, Yasvani dan lain-lain, adalah pemuda yang ikhlas, penuh pengharapan untuk sukses. Meskipun jujur, harapan saya pada mereka lebih dari itu,” jelasnya.

“Saya membayangkan, masih berharap, suatu hari nanti, bisa bersama mereka lagi dalam satu tim,” imbuhnya.

TAG

Bagikan

Berita Terkait

Tinggalkan Komentar

Berita Terbaru

Berita terpopuler

Add New Playlist