Wartawan di Mata Pelaku Sepakbola

Fakhri Husaini di ruang kerjanya. | foto: Dok Pribadi

Bagikan

Wartawan di Mata Pelaku Sepakbola

Fakhri Husaini di ruang kerjanya. | foto: Dok Pribadi

MASAKINI.CO – Februari selalu istimewa bagi pemilik profesi wartawan. Saban 9 Februari, diperingati sebagai Hari Pers Nasional (HPN). Ragam ucapan, kritik, hingga jabaran makna diutarakan. Termasuk dari kalangan pelaku sepakbola di Tanah Air.

Tak berlebihan rasanya, bila Fakhri Husaini masuk salah satu pelaku sepakbola di Indonesia yang namanya besar.

Tindak tanduknya di lapangan baik sebagai pemain hingga menjadi pelatih, mewarnai sepakbola Indonesia. Mencakup lintas generasi. Sebagai pemain, namanya akrab bagi generasi boomers. Sebagai pelatih, ia dikenali milenial dan gen z.

HPN 2025 dengan tema: Pers Mengawal Ketahanan Pangan untuk Kemandirian Bangsa, terbilang istimewa baginya.

Di tengah getar cepat kereta api, Fakhri Husaini terhubung dengan masakini.co, Senin (10/2/2025). Di matanya, profesi wartawan atau jurnalis, mulia adanya. Meski menjadi wartawan sungguhan, tidaklah mudah.

“Ketika kemajuan teknologi dapat menjadikan semua orang seperti wartawan. Perlu perjuangan, pengorbanan; bagi wartawan asli untuk menjadi pencerita yang baik,” kata Fakhri Husaini.

Dinamika dan Dampak

Pelatih berusia 59 tahun ini cermat membaca dinamika warta. Di era sekarang, dengan modal gawai dan jempol saja, setiap orang bisa mengabarkan apa pun lewat akun media sosial masing-masing. Bagian dari perkembangan teknologi.

Nama Fakhri sering ramai, terutama saat timnas masih ditukangi STY, juru latih asal Negeri Ginseng, Kore Selatan. Ada banyak akun media sosial olahraga terutama sepakbola, yang mencatut namanya tanpa mengkonfirmasi langsung. Begitulah berita di media sosial, yang sebahagian besar tidak menerapkan prinsip cover both side.

Sebagai lelaki berdarah Aceh, Fakhri terbentuk dengan kepribadian petarung, berani dan apa adanya. Baginya, kebenaran harus disampaikan meskipun berbeda dari opini arus utama. Ia memilih menjaga prinsip, di tengah godaan populisme.

“Pencerita yang buruk, tidak akan pernah menjadi wartawan yang baik,” ujarnya.

Keteguhan pada idealisme yang ia yakini, bukan tanpa risiko. Banyak hal yang berdampak terhadap diri, bahkan keluarga. Namun semua itu ia simpan sendiri.

Presiden Indonesia ke-7, Jokowi menyambut Fakhri Husaini bersama timnas di Istana Negara. Usai juara AFF U-16 tahun 2018. | foto: Dok Pribadi

Fakhri berdamai dengan takdir sisi lain teknologi, dimana setiap orang bisa saja memenggal statementnya. Ketidakutuhan kalimat tersebut, sering kali berbeda makna dari konteks yang sebenarnya ia niatkan.

“Tugas wartawan adalah menyampaikan kebenaran. Bukan membenar-benarkan kesalahan. Bukan pula mengglorifikasi kebodohan,” jelas Fakhri.

Sebagai manusia biasa, ia tak menampik ada kekurangan pada diri. Tapi Fakhri juga menyadari betul; namanya besar di sepakbola, baik sebagai pemain maupun pelatih; dengan label timnas. Selain karena kerja keras, doa orangtua, dan dukungan keluarga. Peran pers diakuinya menjadi faktor penting yang berdampak besar.

“Semoga profesi wartawan tetap menjadi profesi mulia untuk menyuarakan kebenaran, mengedukasi, mencerdaskan kehidupan bangsa,” harap Fakhri.

Di masa jayanya, ban kapten pernah tersemat di bahunya. Capaian terbaik Fakhir, membawa Indonesia ke grand final SEA Games 1977.

Sebagai pelatih Fakhri membawa Timnas Indonesia U-16 merengkuh gelar bergengsi Piala AFF U-16 2018. Serta dua trofi turnamen Turnamen Jenesys 2018 dan Tien Phong Plastic Cup 2017.

Media Stimulus Industri Sepakbola

“Tanpa pers sepakbola akan terasa hambar, bagai sayur tanpa garam,” ucap Manajer Persiraja, Ridha Mafdhul alias Gidong.

Menurutnya, kelindan pers dengan industri sepakbola tak bisa dipisahkan. Posisi pers tak hanya sebagai media, tapi juga alat yang kerap digunakan sebagai strategi untuk memenangkan pertandingan.

Gidong bersama Pj Gubernur Aceh, Safrizal dan Direktur Utama BSI, Hery Gunardi saat lauching tim Persiraja di Banda Aceh. | foto: MO Persiraja

“Dalam dunia sepakbola modern sekarang, keberadaan media sangat penting. Salah satunya sebagai bagian dari marketing tim. Sehingga dilirik sponsor dan diminati masyarakat untuk menonton pertandingannya,” jelasnya.

Gidong paham betul bagaimana media dibutuhkan untuk menggerakkan bisnis. Latar belakangnya sebagai Ketua Umum HIPMI Aceh, menjadi modal utama dalam menggarap lini bisnis Persiraja.

Sejak dua musim bersama Laskar Rencong, perannya vital. Sejumlah sponsor besar masuk, tertera di jersey maupun di board pinggir lapangan. Kehadiran Gidong dengan jejaring yang ia punya, serta paham marketing, telah membawa Persiraja punya sponsor lebih baik ketimbang musim-musim sebelum ia hadir.

Jembatan Pemain Muda

Kapten tim sepakbola Aceh pada PON Aceh-Sumut 2024, Mohd Gazzi Al Ghifari menyampaikan terima kasih kepada pers. Kerja-kerja jurnalistik berdampak terhadap karier pesepakbola terutama yang masih muda.

“Untuk dikenal publik, selain kapasitas di lapangan, karya jurnalistik abang-abang wartawan berpengaruh besar bagi kami pemain muda. Setiap tulisan, video atau apapun, menjadi portofolio kami untuk dilirik klub-klub,” bebernya.

Kapten tim sepakbola Aceh pada PON Aceh-Sumut 2024, Mohd Gazzi Al Ghifari. | foto: Safri Pampum

Ia mengaku beruntung bisa bermain di PON 2024 hingga bisa terekspos ke nasional. Saat ini, ia berseragam Persikab Kabupaten Bandung. Sebuah tim yang berjarak cukup jauh dari tanah kelahirannya, Aceh.

“Pada kesempatan ini, saya berterima kasih karena dimintai komentar HPN 2025,” ucap Gazi.

“Jujur, masakini.co menjadi satu-satu media bukan saja di Aceh, tapi nasional yang lengkap memberitakan kami. Anak-anak muda Aceh,  (PON Aceh) dengan mimpi besar ke klub hebat di Indonesia, bahkan mudah-mudahan timnas. Amin,” ujarnya.

TAG

Bagikan

Berita Terkait

Tinggalkan Komentar

Berita Terbaru

Berita terpopuler

Add New Playlist