MASAKINI.CO – Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh mengungkapkan bahwa populasi orang utan sumatra (Pongo abelii) di provinsi ini masih cukup tinggi, namun keberadaannya terus terancam akibat penyusutan habitat dan praktik perburuan.
Kepala BKSDA Aceh, Ujang Wisnu Barata, menyebutkan hasil Population and Habitat Viability Analysis (PHVA) tahun 2016 mencatat estimasi populasi orang utan sumatra di Aceh mencapai lebih dari 13.180 individu. Kepadatan tertinggi tercatat di kawasan rawa gambut, khususnya Suaka Margasatwa Rawa Singkil.
“Habitat orang utan terus mengalami penurunan, dan hal ini tentu berdampak langsung pada kelangsungan populasinya. Jika tidak dijaga, angka tersebut bisa terus menurun,” ujar Ujang, Minggu (24/8/2025).
Menurut dia, ancaman utama terhadap orang utan sumatra di Aceh datang dari hilangnya habitat akibat alih fungsi lahan, serta perburuan dan perdagangan satwa untuk dijadikan peliharaan.
Beberapa wilayah dengan intensitas interaksi negatif cukup tinggi antara lain Aceh Selatan, Aceh Barat Daya, Subulussalam, Aceh Tamiang, Aceh Timur, dan Aceh Tenggara.
Untuk menjaga kelestarian satwa dilindungi ini, BKSDA Aceh melakukan berbagai upaya, mulai dari sosialisasi konservasi, patroli monitoring habitat, hingga evakuasi orang utan yang terisolir atau diserahkan masyarakat.
Selain itu, pihaknya juga telah membangun Stasiun Reintroduksi Orangutan di Cagar Alam Jantho serta melakukan survei populasi dan delineasi koridor satwa.
“Orang utan bukan satwa peliharaan. Kami mengimbau masyarakat untuk menjaga habitat alaminya, tidak memelihara, dan tidak memperniagakan orangutan dalam bentuk apapun,” tegas Ujang.