Safrizal Dibuntuti Aral Hingga ke Negeri Sakura

Bagikan

Safrizal Dibuntuti Aral Hingga ke Negeri Sakura

MASAKINI.CO — Gelap. Senyap. Hanya suara bandul jam terdengar deras. Tiga titik cahaya yang sempat berkedip hilang seketika.

Ratusan mata yang penasaran, mulai menemukan jawaban setelah cahaya kuning menyinari jeruji menemukan M Safrizal duduk meratap. Serupa kerasukan.

Ia meluapkan seluruh bahasa tubuh, panic disolder. Lewat tari, remaja itu menceritakan pengalaman empirisnya di masa kecil. Hidup dalam badai kekerasan dalam rumah tangga berkepanjangan.

Sejumlah gerak khas tari tradisional Aceh, seperti ratoh jaroe turut menjadi kemasan tari dinamai Frekuensi Rasa tersebut.

Tak hanya penonton, juri South Borneo Art Festival, Kalimantan Selatan turut terpukau hingga memilih Mahasiswa Prodi Seni Tari angkatan 2014 itu Penyaji terbaik II Solo Dance.

“Karya ini juga bisa menjadi tolak ukur bagi audiens sejauh mana mereka memperlakukan anak, baik secara lahir maupun batin,” kata pria yang kerap disapa Dekjal itu.

Ia memulai larut berkesenian sejak duduk di bangku sekolah menengah pertama. Tamat dari MAN N 3 Rukoh, Dekjal melanjutkan pendidikannya di Institut Budaya Indonesia (ISBI) Aceh prodi tari pada tahun 2014 silam.

Ia terus mempelajari karya seni tari dan musik, hingga memulai debutnya sebagai koreografer.

Karyanya mulai diminati penikmat tari internasional maupun nusantara. Tak ayal, Dekjal sering mendapat undangan pertunjukkan.

Tahun 2014, ia mengisi Kemilau Seni Rumpun Melayu di Riau bersama teman sejawatnya di ISBI Aceh. Setahun sesudah itu, Ia bersama rekan-rekannya kembali tampil di Pentas Kreatifitas Mahasiswa di Solo.

Dekjal juga tampil di Binjai Expo di Medan, Festival Kesenian Indonesia ke IX di Padang Panjang, Lanjong Art Festival di Kalimantan Timur tahun 2016.

Tepat pada tahun 2017, berkat kerjasama dengan penari dari Palembang, Dekjal bersama rekan-rekannya dipercaya untuk tampil di Kagoshima Asian Youth Art Festival yang berlangsung di Jepang.

Selain Jepang, ia juga kerap tampil di Malaysia, Thailand dan Singapura. Kini selain menari, juga sering menjadi pemateri dan juri.

Nekat Gadai Motor Demi Pertunjukkan

Tak terhitung aral gendala yang dilewati M Safrizal menuju pentas demi pentas. Bahkan ia rela memilih risiko kehilangan harta demi pertunjukkan.

Ia masih menyimpan sepotong kenangan empat tahun silam, saat hendak tampil di Lanjong Art Festival di Kalimantan Timur tahun 2016.

“Saya menggandaikan motor mio sekitar 4 jutaan untuk ongkos tiket berangkat ke sana, saya tebus kembali di tahun 2017,” ungkap Dekjal mengingat masa kelamnya.

Hingga setahun kemudian sakunya masih juga tipis. Lagi-lagi demi penuhi undangan, ia terpaksa mengadaikan aset miliknya.

Saat hendak tampil di event South Borneo Art Festival tahun 2018, ia terpaksa gadaikan properti tarinya. Ia bandrol Rp 2 juta, sekedar ongkos berangkat.

“Setelah beberapa jam saya dan teman-teman memposting tangga (properti seni) untuk digadaikan, ada temen dekat saya dari Palembang, dia berbaik hati menolong saya dengan memberikan uang secara cuma-cuma 2 juta untuk ongkos saya ke sana, dan itu rejeki tanpa diduga sama sekali,” lanjutnya.

Dekjal mengakui untuk tampil di luar daerah, ia kerap kali merogoh kocek pribadi untuk biaya perjalanannya seperti ke Jakarta, Pekanbaru dan Malaysia. Itu merupakan hasil tabungannya yang ia kumpulkan dari hasil penampilannya.

“Terlepas dari itu segala kekurangan finansial, dosen saya Fitra Airiansyah selalu menutupi segala kekurangan keberangkatan saya,” sebutnya.

Sahabatnya, Akhyar M Daud mengatakan, Dekjal sangat serius menabung untuk biaya perjalanan tampil di luar daerah.

“Kalau kita periksa tasnya, pasti selalu ada mi instan karena itulah satu-satunya penghilang rasa laparnya kalau sedang berhemat,” kata Akhyar.

Apa hendak dikata, inilah kehidupan nyata berkesenian. Pengorbanan, bagian dari frekuensi rasa.[Ahlul Fikar]

Deretan prestasi M Safrizal:

– Koreografer terbaik Aceh 2016
– Salah satu Koreografer Muda Potensial “Indonesia Dance Festival” 2018
– Juara terbaik 2 event “South Borneo art festival” di Kalimantan Selatan
– Aktif menjadi juri di beberapa event di Aceh baik kampus maupun sekolah dari tahun 2018 sampai sekarang
– Pementasan tunggal karya tari di Taman Budaya Aceh 2019
– Aktif menjadi pemateri workshop di Aceh maupun di luar Aceh dari tahun 2017 sampai sekarang.

Deretan karya-karya M Safrizal:

– Rapa’i Loen (2016)
– Ata Poe (2016)
– Cet Langet (2017)
– Pasukan Hantom Manoe (2017)
– Mebut (2018)
– Getaran (2018)
– Frekuensi Rasa (2019)

TAG

Bagikan

Berita Terkait

Tinggalkan Komentar

Berita Terbaru

Berita terpopuler

Add New Playlist