Kerugian Masyarakat akibat Investasi Bodong Rp 114,9 Triliun

ILUSTRASI

Bagikan

Kerugian Masyarakat akibat Investasi Bodong Rp 114,9 Triliun

ILUSTRASI

MASAKINI.CO – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyampaikan, investasi ilegal atau investasi bodong semakin marak dan berkembang pesat di tengah masyarakat.

Bahkan, Ketua Satgas Waspada Investasi Tongam L Tobing menyebut, kerugian akibat investasi bodong mencapai angka yang sangat fantastis, dalam 10 tahun terakhir mencapai Rp 114,9 triliun.

“Kalau kita lihat kerugian 10 tahun terakhir akibat investasi ilegal mencapai Rp 114,9 triliun,” ujarnya secara virtual, kemarin (26/2).

Tongam menjabarkan, kerugian tersebut baru berasal dari korban-korban investasi ilegal yang melapor. Padahal tak sedikit masyarakat yang bungkam dan tidak mengadukannya ke pihak berwenang.

“Banyak masyarakat kita yang tidak lapor karena berbagai hal,” sebutnya.

Tongam menambahkan, jumlah investasi bodong yang banyak terlapor adalah layanan pinjaman digital atau peer to peer lending ilegal, kemudian pegadaian ilegal yang diduga mencapai ribuan aduan. Untuk itu, dia meminta masyarakat waspada.

OJK meminta agar masyarakat waspada dalam memutuskan mengambil penawaran investasi yang menggiurkan. Perlu diketahui terlebih dahulu apakah aplikasi atau perusahaan tersebut terdaftar di OJK atau tidak.

“Apa yang kita bisa pelajari dari data ini adalah perlunya kewaspadaan masyarakat agar tetap menjaga dan tidak mudah tergiur dengan penawaran-penawaran investasi ilegal ini,” pungkasnya.

Tongam memaparkan, terdapat empat hal yang menyebabkan investasi ilegal tumbuh subur dan tak hentinya memakan korban. Namun, masih saja banyak masyarakat yang tergiur oleh investasi ilegal tersebut.

Pertama, masih rendahnya tingkat literasi masyarakat mengenai produk-produk keuangan, hingga manfaat dari investasi yang masuk akal. “Sehingga mereka bisa mengetahui mana yang bisa diikuti, mana penipuan, mana yang benar,” ujarnya.

Kedua, lanjutnya, kelemahan masyarakat yang sangat mudah tergiur dengan tawaran keuntungan besar tanpa harus repot-repot berusaha. Ketiga, kesulitan ekonomi yang dialami oleh masyarakat, sehingga mengambil keputusan yang tidak dipertimbangkan secara matang.

Terakhir, banyak yang terjebak dengan investasi bodong lantaran melihat testimoni pengalaman orang yang sudah bergabung lebih dulu. Testimoninya tentu saja menggiurkan untuk menarik minat anggota baru.[]

JAWAPOS

TAG

Bagikan

Berita Terkait

Tinggalkan Komentar

Berita Terbaru

Berita terpopuler

Add New Playlist