MASAKINI.CO – Forum Jurnalis Lingkungan (FJL) Aceh menilai distribusi data terkait bencana, misalnya data soal bencana banjir yang sedang melanda beberapa kabupaten di Aceh saat ini dinilai lamban dan tumpang tindih.
FJL Aceh menyarankan agar Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) memfungsikan pusat data informasi dengan maksimal.
Kepala Departemen Monitoring, Kampanye, dan Advokasi FJL Aceh, Munandar Syamsuddin, mengatakan BPBA sebagai pemangku data kebencanaan seharusnya memperbarui data bencana setiap hari sehingga media dapat memberitakan lebih akurat.
āMemang tugas jurnalis meliput di lapangan, namun untuk kebutuhan data yang akurat harusnya didukung oleh instansi terkait, dalam hal ini pemangku data adalah BPBA,ā kata Munandar, Selasa (4/1/2021).
Penyediaan data satu pintu, tutur Munandar, sangat penting agar tidak ada perbedaan penyebutan data antar media. Misalnya, data jumlah desa yang tergenang, jumlah pengungsi, dan kondisi terkini mestinya di-update secara berkala.
Munandar mengeluhkan, perbedaan penyebutan data dikhawatirkan bakal membuat publik bingung.
āMisalnya data terbaru dirilis setiap pukul 16.00 sore. Setelah liputan kondisi lapangan, jurnalis bisa melengkapi dengan data yang akurat,ā ujarnya.
Pada konteks era digital, kata dia, semestinya penyediaan data semakin mudah. Jika tidak bisa dikirimkan ke group jurnalis, BPBA bisa menggunakan kanal youtube, instagram, atau akun media sosial lainnya pada jam tertentu yang bisa diakses jurnalis.
Ia juga mengatakan penyediaan data berkala juga meringankan kerja-kerja Kepala BPBA, sehingga tidak perlu melayani jurnalis satu per satu jika hanya ingin update data terkait banjir.
āPemberitaan yang presisi penting agar tidak menyesatkan informasi bagi publik. Namun, untuk menyajikan data yang presisi perlu keterbukaan dari instansi terkait,ā pungkasnya.