Konflik Rusia-Ukraina, Ekonomi Indonesia Terancam ?

Ilustrasi perang Rusia-Ukraina.[iStockphoto]

Bagikan

Konflik Rusia-Ukraina, Ekonomi Indonesia Terancam ?

Ilustrasi perang Rusia-Ukraina.[iStockphoto]

Di luar dan selain penderitaan dan krisis kemanusiaan yang ditimbulkan dari invasi Rusia ke Ukraina, seluruh ekonomi global akan merasakan efek pertumbuhan yang lebih lambat dan inflasi juga akan menjadi lebih cepat.

Menurut saya, dampak akan mengalir melalui tiga saluran permasalahan utama. Pertama, harga komoditas yang lebih tinggi seperti makanan dan energi akan mendorong inflasi lebih lanjut, yang pada gilirannya mengikis nilai pendapatan dan membebani permintaan.

Dua, ekonomi negara-negara tetangga khususnya akan bergulat dengan perdagangan yang terganggu, rantai pasokan, dan pengiriman uang serta lonjakan bersejarah dalam arus pengungsi.

Dan yang ketiga, berkurangnya kepercayaan bisnis dan ketidakpastian investor yang lebih tinggi akan membebani harga aset, pengetatan kondisi keuangan, dan berpotensi memacu arus keluar modal dari pasar negara- negara berkembang (termasuk Indonesia).

Rusia dan Ukraina adalah produsen komoditas utama, dan gangguan telah menyebabkan harga global melonjak, terutama untuk minyak dan gas alam. Biaya makanan melonjak, dengan gandum, di mana Ukraina dan Rusia merupakan 30 persen dari pengekspor global.

Selain itu negara-negara dengan perdagangan langsung, pariwisata, dan eksposur keuangan akan merasakan tekanan tambahan.

Perekonomian yang bergantung pada impor minyak akan mengalami defisit fiskal dan perdagangan yang lebih luas serta tekanan inflasi yang lebih besar, meskipun beberapa eksportir seperti di Timur Tengah dan Afrika mungkin mendapat manfaat dari harga yang lebih tinggi.

Konsekuensi dari perang Rusia di Ukraina telah mengguncang tidak hanya negara-negara itu tetapi juga dunia, dan menunjukkan pentingnya jaring pengaman global dan pengaturan regional untuk menopang ekonomi.

Bagi Indonesia sendiri hal ini akan memperlambat recovery atau stimulus pertumbuhan era setelah pandemi.

Sebagaimana yang kita ketahui bersama. Ekonomi dunia baru saja pulih dengan kuat pada tahun 2021 dari pandemi COVID-19 ketika Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari.

Tetapi sekarang setelah sekutu Barat menjatuhkan sanksi terhadap Rusia, ia harus menghadapi melonjaknya harga minyak dan komoditas lainnya, serta gangguan ekonomi lainnya di seluruh dunia.

Kemudian belum lagi ketergantungan pada energi fosil tidak hanya terjadi di Jerman, atau negara-negara Uni Eropa. Indonesia juga memiliki ketergantungan yang besar terhadap energi fosil baik untuk pembangkit listrik maupun bahan bakar untuk sektor transportasi.

Isu krisis energi saat ini bukan hanya ketidakseimbangan antara supply-demand, tetapi ada faktor lain yaitu perang, sehingga harga komoditas energi berfluktuasi dan dalam konteks Indonesia, pemerintah berada dalam pilihan yang sulit antara memberikan lebih banyak subsidi atau meningkatkan harga energi seperti bahan bakar.

Pilihan pemerintah Indonesia untuk mempertahankan pangsa energi fosil bahkan memberikan subsidi melalui berbagai kebijakan semakin tidak relevan di masa sekarang ini.

Salah satu pelajaran yang dapat diambil dari dampak konflik Rusia-Ukraina ini terutama di negara-negara Eropa adalah ketergantungan pada satu komoditas merupakan ancaman bagi ketahanan energi suatu negara.

Tidak hanya sampai disitu, walaupun bukan menjadi bahan makan pokok di Indonesia (Makanan sehari- hari Indonesia adalah beras), tapi perang Rusia dan Ukraina juga telah menghambat suplai untuk komoditas gandum.

Seperti yang kita ketahui bersama, gandum bagi masyarakat kita di Indonesia adalah bahan baku utama untuk pembuatan Mie, roti dan tepung- tepungan lainnya. Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (Aptindo) melaporkan konsumsi tepung terigu domestik naik 4,6 persen pada 2021.

Aptindo mengaitkan pertumbuhan konsumsi ini dengan pemulihan ekonomi dan pertumbuhan bisnis kuliner atau toko roti berbasis tepung.

Ukraina adalah pemasok gandum utama Indonesia. Tetapi banyak dari lumbung gandumnya berada di wilayah timur, yang dekat dengan tempat pasukan Rusia dikerahkan. Sehingga ancaman dari sisi penawaran semakin terasa.

Kemudian izinkan saya melampirkan data UN Comtrade mengungkapkan bahwa impor Indonesia dari Ukraina mencapai $963,06 juta pada tahun 2020. Impor Indonesia dari Rusia mencapai $957,89 juta pada tahun yang sama. Angka-angka ini menempatkan Ukraina dan Rusia masing-masing di peringkat 19 dan 21 dalam hal sumber impor utama bagi Indonesia.

Juga pada tahun 2020, ekspor Indonesia ke Rusia adalah $973,82 juta. Ini jauh lebih tinggi dari ekspor Indonesia ke Ukraina senilai $223,92 juta. Jadi Rusia dan Ukraina masing-masing berada di peringkat 29 dan 41, dalam hal pasar ekspor terbesar Indonesia.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa Ukraina juga merupakan pemasok gandum dan meslin terbesar di Indonesia pada tahun 2020. Ukraina memasok 2,96 juta ton gandum dan meslin ke Indonesia pada tahun itu. Disusul Argentina dengan sekitar 2,63 juta ton. Indonesia hanya mengimpor sekitar 830.836 ton dari Australia pada tahun 2020.

Jika saya boleh menyampaikan saran saya pada tulisan kali ini selaku mahasiswa dan akademisi, Pemerintah Indonesia sudah seharusnya menyiapkan kalibrasi kebijakan untuk mengatasi dampak konflik antara Ukraina dan Rusia, Makroekonomi dan Keuangan Internasional.

Kalibrasi kebijakan dilakukan mengingat besar dampak dan dampak perang antara Ukraina dan Rusia yang belum terukur secara detail. Oleh karena itu, pemerintah berupaya untuk menyiapkan buffer.

Kalibrasi kebijakan ini meliputi metode untuk menutupi atau memitigasi jika konflik Ukraina dan Rusia membawa dampak negatif bagi Indonesia.

Selain itu, kalibrasi kebijakan dilakukan untuk mempersiapkan potensi dampak positif dari perang Ukraina dan Rusia bagi Indonesia, sehingga dapat dimanfaatkan untuk mempersiapkan masa yang lebih sulit.[]

Penulis: Azzah Nazhifah
Mahasiswa Prodi Ilmu Politik Universitas Syiah Kuala

TAG

Bagikan

Berita Terkait

Tinggalkan Komentar

Berita Terbaru

Berita terpopuler

Add New Playlist