MASAKINI.CO – Aktivis HAM Indonesia, Munir Said Thalib kehilangan nyawa setelah diracun arsenic, 7 September 2004. Ia meninggal dalam perjalanan menuju Amsterdam menumpang pesawat Garuda GA-974.

“Kasusnya memasuki 18 tahun dan segera kadaluarsa, sebab Komas HAM tidak menjadikannya kasus pelanggaran HAM berat,” kata Koordinator Aksi Forum Solidaritas untuk Munir (FOSMUR), Rozhatul Valica, Rabu (7/9/2022).

Sejak pagi, Rozhatul memimpin puluhan mahasiswa dari sejumlah universitas beraksi simpati memperingati 18 tahun Munir dibunuh. Unjukrasa berlangsung di Simpang Lima, Banda Aceh dengan kawalan aparat Polresta Banda Aceh.

Dalam aksinya, seluruh peserta memakai topeng wajah Munir. Berpakaian serba hitam-hitam.
“Kita masih merasakan duka hingga saat ini, maka kita pakai dress code hitam-hitam,” kata Rozhatul, saat memimpin rapat jelang aksi, Selasa malam. “Munir sangat dekat dengan Aceh, kalau bukan kita yang beraksi maka siapa lagi.”

FOSMUR melancarkan aksinya dengan berorasi bergantian. Para orator, menyatakan rasa kecewa atas proses hukum terhadap pembunuhan aktivis HAM kelahiran Malang, 8 Desember 1965 tersebut.
Selain orasi, pengunjuk rasa juga membaca puisi bergantian. Puisi-puisi itu ditulis warga yang mengikuti “sayembara kecil-kecilan,” menulis puisi untuk Munir.

Seniman Aceh, Arifa Safura dan Alika Putri Anjani turut serta berekspresi. Mereka tidak bersuara sepatah katapun. Tidak juga memakai topeng wajah Munir.

Dalam diam, Arifa dan Alika melukis wajah pejuang hak asasi yang dimakamkan di TPU Sisir, Kota Batu, Jawa Timur tersebut.