Setelah 18 Tahun Dibunuh, Wajah Munir ‘Merias’ Simpang Lima

Pelukis Aceh, Arifa Safura termenung sejenak di depan lukisan wajah Munir saat aksi peringatan 18 tahun pembunuhan Munir di Simpang Lima, Banda Aceh, Rabu (7/9/2022). (masakini.co/Maimun Saleh)

Bagikan

Setelah 18 Tahun Dibunuh, Wajah Munir ‘Merias’ Simpang Lima

Pelukis Aceh, Arifa Safura termenung sejenak di depan lukisan wajah Munir saat aksi peringatan 18 tahun pembunuhan Munir di Simpang Lima, Banda Aceh, Rabu (7/9/2022). (masakini.co/Maimun Saleh)

MASAKINI.CO – Aktivis HAM Indonesia, Munir Said Thalib kehilangan nyawa setelah diracun arsenic, 7 September 2004. Ia meninggal dalam perjalanan menuju Amsterdam menumpang pesawat Garuda GA-974.

Peserta aksi memperingati 18 tahun pembunuhan Munir menuju Simpang Lima, Banda Aceh, Rabu (7/9/2022). (masakini.co/Maimun Saleh)

“Kasusnya memasuki 18 tahun dan segera kadaluarsa, sebab Komas HAM tidak menjadikannya kasus pelanggaran HAM berat,” kata Koordinator Aksi Forum Solidaritas untuk Munir (FOSMUR), Rozhatul Valica, Rabu (7/9/2022).

Orator aksi peringatan 18 tahun pembunuhan Munir menyampaikan aspirasinya di depan peserta aksi di Simpang Lima, Banda Aceh, Rabu (7/9/2022). (masakini.co/Maimun Saleh)

Sejak pagi, Rozhatul memimpin puluhan mahasiswa dari sejumlah universitas beraksi simpati memperingati 18 tahun Munir dibunuh. Unjukrasa berlangsung di Simpang Lima, Banda Aceh dengan kawalan aparat Polresta Banda Aceh.

Koordinator Forum Solidaritas untuk Munir (FOSMUR), Rozhatul Valica membacakan puisi terkait peringatan 18 tahun pembunuhan Munir di Simpang Lima, Banda Aceh, Rabu (7/9/2022). (masakini.co/Maimun Saleh)

Dalam aksinya, seluruh peserta memakai topeng wajah Munir. Berpakaian serba hitam-hitam.

“Kita masih merasakan duka hingga saat ini, maka kita pakai dress code hitam-hitam,” kata Rozhatul, saat memimpin rapat jelang aksi, Selasa malam. “Munir sangat dekat dengan Aceh, kalau bukan kita yang beraksi maka siapa lagi.”

Seniman Aceh, Arifa Safura (depan) dan Alika Putri Anjani melukis wajah Munir, di Simpang Lima, Banda Aceh, Rabu (7/9/2022). (masakini.co/Maimun Saleh)

FOSMUR melancarkan aksinya dengan berorasi bergantian. Para orator, menyatakan rasa kecewa atas proses hukum terhadap pembunuhan aktivis HAM kelahiran Malang, 8 Desember 1965 tersebut.

Selain orasi, pengunjuk rasa juga membaca puisi bergantian. Puisi-puisi itu ditulis warga yang mengikuti “sayembara kecil-kecilan,” menulis puisi untuk Munir.

Tiga perempuan peserta aksi di Simpang Lima Banda Aceh, memperlihatkan poster tuntutannya dalam peringatan 18 tahun pembunuhan Munir, Rabu (7/9/2022). (masakini.co/Maimun Saleh)

Seniman Aceh, Arifa Safura dan Alika Putri Anjani turut serta berekspresi. Mereka tidak bersuara sepatah katapun. Tidak juga memakai topeng wajah Munir.

Seorang peserta aksi bertopeng wajah Munir, memperhatikan dua pelukis menyelesaikan karyanya dalam aksi peringatan 18 tahun pembunuhan Munir di Simpang Lima, Banda Aceh, Rabu (7/9/2022). (masakini.co/Maimun Saleh)

Dalam diam, Arifa dan Alika melukis wajah pejuang hak asasi yang dimakamkan di TPU Sisir, Kota Batu, Jawa Timur tersebut.

TAG

Bagikan

Berita Terkait

Tinggalkan Komentar

Berita Terbaru

Berita terpopuler

Add New Playlist