Kisah Sepi Jembatan Karier dari Ismed Sofyan untuk Febry

Bagikan

Kisah Sepi Jembatan Karier dari Ismed Sofyan untuk Febry

MASAKINI.CO – September 2022 menyisakan pilu bagi publik sepakbola Indonesia. Ismed Sofyan mengumumkan bahwa per 11 Agustus, dirinya sudah menyelesaikan kontrak dengan Persija Jakarta. Kehilangan paling besar begitu membekas di hati pendukung Macan Kemayoran, The Jakmania.

Kabar tentangnya masih sembab hingga kini. Banner bertuliskan “Legenda Itu Adalah Ismed Sofyan” yang dibentangkan di Stadion Patriot, Sabtu (17/9/2022) merupakan sebuah pengakuan atas dedikasi selama 21 tahun, seorang bek kanan asal Aceh di tim ibukota.

Perjalanannya karier Ismed mengundang decak kagum. Kisahnya menjadi inspirasi bagi banyak orang. Pemilik nomor punggung 14 ini adalah perwujudan kata loyalitas dalam bentuk makhluk hidup. Pertanyaan besar ke depan, dimana Ismed akan gantung sepatu. Di luar itu, ada satu kisah antara Ismed dan Persija yang belum ditulis media apapun.

Ismed Sofyan sah menyandang status sebagai pesepakbola Aceh yang paling sukses hingga kini. Dengan pengabdian lebih dari dua dasawarsa, Ismed hanya pernah menjembatani satu pesepakbola Aceh lainnya, sebagai penerusnya di Persija. Orang itu adalah Febry Ramadhansyah.

Tujuh tahun lalu, langit Kota Langsa begitu cerah. Ismed pulang ke Aceh, bermain untuk PT Perkebunan Nusantara I (PTPN). Ia tidak beroperasi di bek kanan, tetapi bermain sebagai gelandang. Di tim itu, Ismed berduet dengan Febry. Seorang pesepakbola remaja yang sedang ‘puber’ mengolah si kulit bundar.

Ismed menangkap bakat besar dari Febry. Setelah berhasil membawa PTPTN I ke final Piala Danrem dan harus puas sebagai Juara II, Ismed langsung menawarkan kesempatan bergabung dengan Persija untuk Febry.

“Saat itu Bang Ismed bilang; gini Feb, mau gak gabung ke Persija. Abang bukan agen, gak potong apapun, hanya membuka jalan, itupun kalau Feb mau,” tutur Febry kepada masakini.co, Selasa (27/9/2022).

Kabar bahagia itu membuat jiwa Febry berbunga-bunga. Malam harinya, ia bertemu dengan KTU PTPTN I, untuk membahas kemungkinan dirinya bertolak ke Jakarta. Meskipun mengaku seperti mimpi, tawaran dari Ismed di-iya-kan Febry.

Lelaki kelahiran 6 Februari 1996 tersebut tiba di Jakarta. Ia berjumpa dengan Rahmat Darmawan (RD) yang saat itu adalah pelatih kepala Persija. Setelah mengikuti trial, RD menilai Febry layak masuk tim. Febry kemudian bertemu dengan Ferri Paulus, petinggi Persija dan menandatangani kontrak untuk Piala Presiden tahun 2015.

Sebagai pemain muda, Febry menikmati betul keberadaannya di salah satu klub terbesar Indonesia itu. Setiap latihan, dirinya melahap semua materi yang diberikan tim pelatih. Waktu berjalan, Febry akhirnya mencatatkan debutnya untuk Persija di Piala Indonesia, saat menghadapi Bali United. Ia masuk sebagai pemain pengganti, sepuluh menit lamanya.

“Saya menikmati masa-masa indah di Persija. Kayak mimpi. Sebelum diajak ke sini, saya memang fans Persija, saya beli jerseynya. Di mes Persija ataupun saat latihan, saya masih sering bertanya pada diri, ini mimpi atau bukan,” kenangnya.

Setelah Piala Presiden, Ismed bertanya padanya, mau tetap bertahan di Jakarta ataupun pulang. Saat itu, Febry bimbang. Ia mendapatkan panggilan untuk memperkuat PTPN I di Piala BUMN.

Febry memutuskan untuk kembali ke Langsa. Perjalanannya di Piala BUMN yang berlangsung di Jakarta berbuah trofi, juara I usai menundukkan PT Pelindo lewat adu penalti.

Keputusan Febry kembali ke Aceh meninggalkan penyesalan tersendiri. Meskipun tidak memaksakan, ia tau Ismed bukanlah orang yang banyak bicara. Niat baik seniornya itu jelas dan bertanggungjawab.

“Andai tidak pulang waktu itu, InsyaAllah masih di Persija. Karena sejak awal niat Bang Ismed menjembatani. Ini juga mungkin sejalan dengan penilaian Coach RD yang memberi perhatian kepada pemain muda,” ungkapnya.

Meskipun rezekinya di Persija tidak panjang, Febry tidak menafikan bahwa itulah momen paling manis dalam karier sepakbolanya. Selama tiga bulan, ia sekamar dengan Rendi Irawan, pemain yang dianggap sebagai legenda Persebaya.

Di saat yang sama, Febry juga bersanding dengan nama-nama besar lainnya, seperti Bambang Pamungkas, Emanuel De Porras dkk.

Waktu berlalu, pertemuan antara Febry dengan Ismed di Aceh yang paling membekas dua kali. Pertama, saat Febry membawa tim salah satu SMA di Kota Langsa sebagai pelatih. Saat itu, ia merasa canggung.

“Wah, udah jadi pelatih aja ya kamu, Feb,” ujarnya, menirukan ucapan Ismed kala itu.

Pertemuan berikutnya, manakala Febry berseragam PSBL Langsa. Ismed entah kaget ataupun sekadar basa-basi, bercanda dengan pesepakbola yang mengidolakan Ronaldo itu. Kata Ismed, kemarin jadi pelatih, ternyata masih main bola juga kamu Febry.

Baginya, Ismed bukan sekadar pesepakbola biasa. Tetapi setiap tindak tanduknya merupakan keteladanan. Untuk ukuran atlet, sepengetahuan Febry, Ismed sangat disiplin menjadi diri. Saban pulang kampung, paling lama Ismed keluar sekadar ngopi, hanya sampai pukul 22:00 WIB. Ia langsung pulang untuk istirahat.

“Bang Ismed luar biasa, dia itu contoh terbaik untuk sepakbola. Kedisiplinan dan dedikasinya jempolan. Maka gak heran, ia masih aktif main bola di usia kepala empat,” tuturnya.

Febry bukan satu-satunya pesepakbola Aceh yang pernah bermain untuk Persija. Tapi ia menjadi orang yang satu, diajak oleh Ismed bergabung.

Sedangkan pesepakbola Aceh seperti Defri Rizky, Syahrizal, Fery Komul, Fitra Ridwan dll, datang sendiri. Baik karena bawaan pelatih, melalui agen ataupun hasil pantauan manajemen. Namun Ismed selalu hadir menjadi abang, atau layaknya ayah.

“Kita berharap, ada penerus Bang Ismed di Persija suatu hari nanti. Yang dicintai Jakmania bahkan melegenda,” pungkasnya.

TAG

Bagikan

Berita Terkait

Tinggalkan Komentar

Berita Terbaru

Berita terpopuler

Add New Playlist