43 Tahun Washiyatul Akmal, Menjawab Nyinyir, Menggenggam Bara di Persiraja

Washiyatul Akmal saat memberikan instruksi kepada anak asuhnya, penggawa Persiraja. (foto: untuk masakini.co)

Bagikan

43 Tahun Washiyatul Akmal, Menjawab Nyinyir, Menggenggam Bara di Persiraja

Washiyatul Akmal saat memberikan instruksi kepada anak asuhnya, penggawa Persiraja. (foto: untuk masakini.co)

MASAKINI.CO – Tanggal 12 Oktober selalu istimewa untuk lelaki bernama Washiyatul Akmal. Hari Rabu tahun 2022, usianya telah menginjak angka 43. Ulang tahun kali ini terasa berbeda, sebab kini ia sudah sah menjadi pelatih profesional di level senior bersama Persiraja.

“Makna milad sekarang, semoga semakin sabar, dewasa dan ikhlas,” ucap pelatih kelahiran 12 Oktober 1979, kepada masakini.co, Rabu (12/10/2022).

Rabu malam itu, selepas isya, buah hatinya bersama istri, memberikan kue ulang tahun. Akmal bersyukur, perayaan usianya yang ke 43 bisa dilaksanakan bersama keluarga. Kebetulan, ia masih belum balik ke Banda Aceh, karena tim diliburkan latihan sementara waktu.

Rumah di Sektor 9, Pondok Aren, Bintaro, Tanggerang Selatan begitu syahdu. Akmal berulang kali mengucapkan kalimat masyaAllah dan terimakasih untuk buah hatinya, atas surprise dan doa yang diberikan. Baginya, kesabaran dan keikhlasan menjadi modal dalam mengarungi babak baru sebagai pelatih kepala.

“Hanya itu saja yang harus kita pegang di karier. Apa sih yang mau diraih? Namanya pelatih banyak resiko,” katanya.

Akmal tak menampik, petualangan barunya bersama Laskar Rencong punya segudang tantangan. Tapi ia tetap merasa beruntung lagi bersyukur, karena di Persiraja semua unsur yang terlibat begitu welcome atas kehadirannya. Bagi pelatih berlisensi A ini, meskipun mendapatkan sejumlah tawaran dari beberapa tim, tapi Persiraja punya nilai berbeda.

“Jujur ya, sebenarnya banyak juga tawaran. Tapi beda sekali dengan ini. Pertama, yang memberikan tawaran Bang Ismed. Beliau sahabat yang luar biasa. Tidak tau kenapa, Allah lah yang memberikan suatu keberkahan,” ujarnya.

Hingga pekan ke 7 Liga 2 musim kompetisi 2022/2023, di bawah taktik Akmal, Persiraja menyapu semua kemenangan di kandang, kecuali laga perdana menghadapi PSMS Medan, yang kalah karena hukuman akibat insiden mati lampu dan perusakan fasilitas stadion oleh sejumlah oknum suporter. Serta kalah di dua laga tandang.

Menggenggam Bara, Melawan Nyinyir

Sejak direkomendasikan Ismed Sofyan ke Persiraja, sejatinya sahabatnya itu tidak tau persis bagaimana situasi Persiraja saat itu, yang sedang melakukan proses transisi, dan dipegang oleh orang baru, yang notabene perdana mengurusi sepakbola profesional.

Akmal juga sebetulnya tidak mengerti banyak mengenai situasi tim. Namun, melalui jejaring yang dimilikinya, secara mandiri ia mencoba cari tau. Beberapa praktisi sepakbola di Aceh, terutama para pelatih dihubungi Akmal. Kata mereka, salah satu hal yang bisa menjadi modal untuk Akmal adalah tipologi pesepakbola Aceh itu pejuang, militansinya tinggi.

“Itu sudah cukup untuk saya. Saya senang dengan pemain yang mau kerja keras. Dari pada pemain bintang yang lalai. Semangat dan rasa percaya diri saya tumbuh, saat diberi tau bahwa pemain Aceh itu pejuang,” sebutnya.

Sebagai mantan pemain bola dan juga lama melatih Persija Development (akademi), Akmal mengaku sudah terbiasa dengan tekanan. Bahkan ketika baru hendak datang ke Persiraja pun, dirinya sudah merasakan nyinyiran. Salah satunya, mempertanyakan reputasinya, yang dianggap hanya pelatih Sekolah Sepak Bola (SSB).

“Tapi saya engga peduli dengan hal nyinyiran itu. Saya selalu menjaga profesionalisme yang selama ini saya jalankan di Persija. Ilmu itu bekal yang saya pegang,” akunya.

Menurutnya, tantangan menjadi keseruan tersendiri. Kepada Presiden Persiraja, Zulfikar SBY, Akmal mengatakan tidak peduli omongan orang lain, terpenting baginya adalah bagaimana misinya dalam bekerja. Untuk itu, ketimbang harus pusing dengan nyinyiran, Akmal memilih fokus.

Sejak bertemu dengan orang tertinggi di Persiraja beserta jajanan manajemen, ia berterus terang, bila dalam perjalanan kepelatihannya tidak sesuai ekspektasi, silahkan dipecat. Sedangkan soal ikhlas dengan segala kelebihan dan kekurangan tim, ia menggarisbawahi agar manajemen tak usah ragu. Karena baginya, sepakbola sudah mengalir dalam darah beserta resikonya.

“Bara api ini memang panas, tapi bagaimana merasakan ini dengan dingin, cara menyikapinya, walau engga dingin, ya hangat lah. Bagaimana bisa kita pegang dan kendalikan,” ucapnya.

Nyaris Pisah Jalan

Sepandai-pandai meredam bara, fitrahnya yang panas, tak bisa ditolak. Hasil minor di dua laga tandang, kalah dari Semen Padang dan Sriwijaya FC hampir menyudahi kisah cinta Akmal-Persiraja yang waktu itu masih seumur jagung.

Alarm masa depannya hampir didepak berbunyi nyaring di Palembang. Jajaran petinggi Persiraja, setelah kalah dari Sriwijaya sudah memberikan aba-aba jika kembali kalah saat pulang ke Aceh, lawan PSPS Riau, maka besar kemungkinan kedua belah pihak talak.

“Betul sekali (konfirmasi Akmal tentang kemungkinan pemecatannya). Itu hal yang wajar bagi manajemen untuk memberikan pressure dan tantangan bagi saya. Saya anggap itu evaluasi,” bebernya.

Akmal legowo, lalu bersalaman dengan petinggi Persiraja. Sembari berjabat tangan dan mengucapkan kata bismillah, ia menyampaikan, kesiapan menerima konsekuensi.

Hari penghakiman itu tiba. Senin 26 September 2022 Stadion H Dimurthala, Lampineung, Banda Aceh tak ubahnya pengadilan. Hasil akhir melawan PSPS Riau menentukan ketuk palu, kebersamaan Akmal dengan Lantak Laju bersambung ataukah usai. Ia tidak panik. Hanya meminta anak asuhnya fokus dan maksimal.

“Saya sama sekali tidak tekan pemain. Saya sampaikan, yang penting maksimal, apapun hasilnya dalam dan luar lapangan, itu tanggungjawab saya sebagai pelatih,” ucapnya.

Gol duo Aceh Selatan, Perda dan Candra masing-masing di menit 9′ dan 49′ mengunci kemenangan Persiraja 2-1 atas tamunya PSPS Riau. Jalan takdir telah tertulis, kisah Akmal dan Persiraja masih berlanjut.

Lima hari setelah pertandingan itu, bekas pemain Persija, PSS Sleman dan PSM Makassar tersebut kembali membawa tim yang ia asuh memang. Perserang Banten, takluk di depan publik Lampineung dengan skor tipis 1-0.

Religius sebagai Pondasi Ketenangan

Ia mengakui, bahwa agama dengan segala amalannya membuat Akmal tak gusar dalam menghadapi saban tekanan. Setiap laga mau dimulai, ia selalu menyempatkan diri membaca Al-Quran.

“Itu keyakinan saya, agama adalah pondasi. Saat viral video saya baca Al-Quran di bench, saya tidak peduli. Itu cara saya memohon petunjuk, dan sama sekali bukan gimmick,” jelasnya.

Selain selalu berusaha membaca firman-Nya sebelum kick-off, Akmal juga selalu terlihat mengenakan tasbih digital di jarinya. Selain itu, di luar lapangan, misalnya di media sosial, ia kerap mengunggah potongan salawat di status WhatsApp maupun story Instagram.

Akmal bersaksi, ritual agama itu sudah ia lakukan jauh sebelum ke Persiraja. Di Persija Development, dengan caranya, ia kerap mengajak anak didiknya untuk bersedekah sebelum bertanding, membaca surah yasin, dan sebagainya.

Suatu ketika, ada momen menarik, saat orangtua pemain Persija kelompok umur menelponnya. Ibu anak tersebut mengucapkan terimakasih, berkat seni dakwah sambil berlatih Coach Akmal, saat itu, di kamar anaknya, sudah ada kitab suci umat Islam dan dibaca.

“Saya tau anak bola itu seperti apa, tidak bisa sekaligus. Apalagi kultur anak ibukota yang kita sama-sama tau bagaimana. Saya kalau bisa ya dakwah sambil berlatih dengan cara saya. Karena setiap profesi, termasuk pelatih akan diminta pertanggungjawaban di hadapan Allah SWT,” ungkapnya.

Saat menginjak usia 40 tahun, menjadi titik balik hidup Akmal. Ada sejumlah peristiwa hidup yang membuatnya merefleksikan diri, untuk kemudian memutuskan agar lebih mendekatkan diri kepada Sang Maha.

Pernah gagal dalam mengarungi bahtera rumah tangga, ketika umur pernikahan jalan 10-12 tahun, menjadi salah satu titik balik. Dari perempuan tersebut, Akmal diberikan amanah satu anak laki-laki dan dua perempuan, yang paling tua sudah kelas dua SMA.

Bersama istrinya yang sekarang, ia sudah dikaruniai satu orang buah hati, ditambah tiga anak dari istrinya. Ia mengaku bersyukur dan bahagia memiliki 7 orang anak. Sebab dirinya memang mencintai anak-anak.

Keputusan untuk memperbaiki diri dan lebih dekat pada-Nya diambil, setelah muhasabah diri dan konsultasi dengan guru-guru agama. Salah satu petuah orang alim kepadanya, 40 tahun jadi momentum untuk memilih jalan baik dan benar, atau sebaliknya.

“Biasanya taklim di Masjid Raya Bintaro Jaya (MRBJ) ba’da magrib sampai isya, sama istri dan mertua. Ikuti kajian habaib dan alim ulama. Saya banyak tercerahkan di situ,” ungkapnya.

Layar sudah terkembang, hidup terus berjalan, anak asli Betawi ini tak akan menyerah dengan keadaan. Kariernya baru saja dimulai bersama Persiraja. Akmal berharap, misi membawa Persiraja tetap bertahan di Liga 2 bisa terwujud.

TAG

Bagikan

Berita Terkait

Tinggalkan Komentar

Berita Terbaru

Berita terpopuler

Add New Playlist