MASAKINI.CO – Tim peneliti Save School Save Communities (SSSC) atau komunitas aman sekolah aman Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala (FK USK) melakukan studi banding ke 2 sekolah di Provinsi Yogyakarta, pada Jumat (2/12/2022) lalu. Kunjungan itu jadi bahan evaluasi dan mengadaptasi penerapan penanganan remaja sekolah di sana.
Ada dua sekolah yang dikunjungi tim SSSC FK USK, yakni SMAN 2 Banguntapan dan SMAS Masa Depan Yogyakarta.
General Koordinator tim peneliti SSSC FK USK Dr. Rina Suryani Oktari, mengatakan berdasarkan kunjungan pada dua sekolah tersebut orangtua peserta didik dan guru di sekolah adalah tokoh kunci dalam mendidik anak. Oleh karena, itu dalam mendidik harus selaras dilakukan agar tidak ada ketimpangan.
Lebih lanjut, tuturnya, remaja adalah pribadi yang harus dihargai kemerdekaan yang tidak bisa divonis secara baku dalam suatu sikap saja. Karenanya, sebagai fasilitator (orang tua dan guru) harus memfasilitasi terhadap penghargaan dan kemerdekaan anak.
“Kenakalan anak memang sangat menjengkelkan, namun di situlah kesabaran kita sebagai orang tua diuji. Anak pasti masih punya nurani yang bisa kita sentuh,” katanya.
Selain itu, berdasarkan hasil kunjungan ke Yogyakarta, pihaknya juga melihat kedua sekolah memiliki metode yang berbeda dalam menghadapi tingkah laku siswa remaja.
Seperti, melalui visual melalu metode menggambar yang diajarkan untuk anak, mengajak untuk mengatur pernapasan. Lalu home visit sebagai metode penyaluran emosi bagi anak yang dilihat langsung bagaimana tingkah anak di luar lingkungan sekolah.
“Pendidikan tidak bisa dijalankan sendiri namun harus holistik integrasi, dan penanganan terhadap anak harus komprehensif. Kemudian BK tidak boleh memberikan punish, hanya kesiswaan yang bisa menertibkannya,” ujarnya.
Sementara untuk pendekatan atau menaklukkan anak-anak yang istimewa, dua sekolah itu melibatkan mereka dalam organisasi, agar bisa berinteraksi dengan sesama.
“Anak istimewa akibat kurang perhatian dan kurang pekerjaan. Karenanya mental health start early,” jelasnya.