MASAKINI.CO – Cahaya matahari yang bersinar siang itu membuat hawa panas kian terasa. Kala sudah begini, santapan yang segar-segar menjadi pilihan tepat untuk dicicipi.
Aceh dikenal sebagai daerah yang kaya akan kuliner menggugah selera. Selain kuliner tradisional yang mampu menarik wisatawan, daerah Tanah Rencong ini juga terdapat ragam penganan unik lainnya, seperti; rujak u groh atau dalam bahasa Aceh disebut lincah u groh.
Berbeda dengan rujak yang ditemukan pada umumnya, rujak yang berbahan dasar batok kelapa ini menjadi penganan unik dan banyak dicari oleh masyarakat. Pondok-pondok yang menjual lincah u groh banyak tersebar di Aceh Besar.
Berjarak 23,5 kilometer dari pusat Kota Banda Aceh, pengunjung hanya membutuhkan waktu 45 menit untuk tiba ke lokasi. Berada di Gampong Reukih, Kecamatan Indrapuri, Aceh Besar. Sangat mudah ditemukan sebab penjual rujak ini mendirikan lapaknya di pinggiran Jalan Banda Aceh-Medan.
Bangunan sederhana yang beratapkan rumbia, serta kursi yang berjejer rapi langsung terlihat saat pengunjung mendekati pondok tersebut.
Susunan kelapa muda hingga buah-buahan serta umbut kelapa, berjejer rapi di depan pondok itu membuat pengunjung tergugah seketika.
Suasana angin sepoi-sepoi serta hamparan persawahan menjadi pandangan ternyaman bagi pengunjung saat menikmati rujak u groh di Indrapuri ini.
Suwardi (50) dengan cekatan memotong batok kelapa muda sepanjang 5 centimeter. Sesekali ia mengulek bumbu yang berisi cabai rawit serta gula merah.
Pengunjung datang silih berganti. Suwardi dibantu dua pekerja untuk mengolah rujak u groh ini. Dengan semangat ia mengaduk-ngaduk potongan batok kelapa muda itu, sebelum disajikan kepada pengunjung.
Dia bercerita rujak u groh miliknya itu pertama kali ada usai bencana tsunami melanda Aceh 2004 silam. Nama yang ditabalkan pada tempat usahanya ini pun menunjukkan ciri ke-acehan-nya, yakni “Rujak U Groh Aneuk Garuda”.
Penamaan tersebut, kata Suwardi memiliki sejarah. Dimana sebelum kejadian bencana besar itu, Suwardi mengaku pernah bekerja di Lapangan Blang Padang atau yang kerap disebut Garuda pada zaman dahulu.
Akibat bencana Tsunami, Suwardi memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya, dan akhirnya ia mendirikan pondok rujak yang bernama Aneuk Garuda.
“Usai peristiwa tersebut kami memutar otak agar bisa bekerja kembali, akhirnya kami putuskan untuk berdagang rujak,” kata Suwardi, Rabu (8/3/2023).
Adapun pondok rujak U Groh milik Suwardi merupakan pondok Rujak U Groh yang pertama kali ada di Aceh Besar. Dalam kawasan itu memang tak pernah ditemukan penganan berbahan dasar batok kelapa muda selain di rujak u groh Aneuk Garuda.
Namun seiring perjalanan waktu, rujak ini sudah dipelajari oleh para pelaku usaha lainnya. Maka tak heran di jalan lintas Banda Aceh-Medan ditepi jalan Indrapuri itu, terdapat pedagang lainnya yang menjajakan rujak u groh.

Ide rujak u groh ini, tutur Suwardi inspirasinya datang dari makanan orang zaman dahulu. Namun di tangannya batok kelapa bisa diolah menjadi penganan yang menggugah selera.
“Dulu orang sering makan, sekarang sudah jarang ditemukan. Akhirnya kita berinisiatif untuk kembangkan kembali,” ujarnya.
Namun untuk menghasilkan rujak yang sesuai, pemilihan batok harus benar-benar diperhatikan. Batok kelapa yang digunakan di pondok Suwardi minimal berusia dua bulan.
Selain menggunakan batok kelapa, rujak ini juga mencampurkan umbut kelapa. Rasa gurih di rujak ini semakin terasa.
Umbut ini merupakan bagian dalam pucuk pohon kelapa yang berwarna putih. Diiris tipis-tipis kemudian dicampurkan dengan dengan bumbu-bumbu lainnya seperti cabai rawit, gula merah, garam dan ditambahkan sedikit perasan jeruk nipis.
“Perasan jeruk nipis dapat membuat rujak terasa lebih nikmat karena ada rasa asam,” sebut Suwardi.
Dipadukan dengan es kelapa akan membuat santapan menjadi lebih lengkap, apalagi disantap saat cuaca panas.
Lebih lanjut, Suwardi mengatakan rujak u groh jualannya tersebut bukan hanya dicicipi oleh masyarakat lokal saja, namun banyak juga dari penikmat kuliner berbagai daerah yang telah mencicipi.
“Penikmat kuliner dari negara Malaysia, China, Jepang, Jerman, Arab, hingga beberapa negara lain,” ungkapnya.
Tak perlu merogoh kocek dalam-dalam, penganan ini hanya dibandrol dengan harga Rp13 ribu per porsi. Mencicipi rujak u groh di pondok Suwardi, pengunjung bukan saja dapat menikmati sensasi makanan yang menggugah selera, tapi juga dapat melihat pemandangan ciptaan sang Khalik yang mempesona. Bukit barisan dipadu hijaunya persawahan jadi lanskap pondok rujak itu.
Menurutnya, selain menjadi makanan, rujak u groh dapat dijadikan sebagai obat yakni untuk penyakit diabetes.
Sementara itu, salah satu penikmat kuliner rujak u groh, Hendri, mengatakan rujak ini baru ia cicipi di Indrapuri. Dengan rasa sepet atau kelat yang khas, membuat dirinya semakin tertarik. Namun, ia menegaskan rasa sepet ini berbeda dari rasa sepet pada umumnya.
“Ada sensasi lain yang sulit saya jelaskan,” ujarnya seraya menambahkan, “Saya sudah sering makan rujak ini. Sebab cocok di lidah, sehingga terus-terusan tergerak untuk datang ke sini.”